Harsa segera pulang untuk menjemput sang istri. Ia sempat berhenti dulu sebelum sampai mobil karena melihat Nyiur yang tersandung di ruang depan. Ia gegas menghampiri wanita cantik itu dan membantu untuk berdiri. Pernikahan Harsa mempunyai dua istri ini tentu menjadi trending topik di kantornya, tetapi karena perkara-perkaranya mampu mereka kunci tidak menyebarkan aib satu sama lain maka sesuatu yang terjadi di kalangan perusahaan pun tidak menjadi fatal. Walaupun ada yang mengira-ngira ada sesuatu yang negatif. "Nyiur, hati-hati Sayang. Kamu mau ke mana?" tanya Harsa. "Mau ke depan sebentar, Mas. Mas sendiri mau ke mana?" tanya Nyiur. "Mau jemput Ayu, ngambek dia gara-gara saya suruh bawain novel kamu, jadi manjat di atas pohon." Harsa terkekeh sembari mengusap pelan pinggang istrinya. "Oh hahaa. Jangan keterlaluan gitulah Mas, kalau urusan novel bilangnya ke aku aja, harus lebih peka dong dengan kecemburuan. Pohonnya juga masih licin, Mas cepet jemput sana khawatir kalau Ayu
Ayu segera menggantikan posisi tersebut. Ia sudah nrnduga bahwa suaminya itu langsung kepikiran mamanya. Sedikit kurang tepat Ayu bicaranya di saat yang seperti itu. "Bisa, Mas. Maaf ya, Ayu bicaranya tidak di waktu yang tepat, Mas jadi kepikiran," ungkap Ayu. "Nggak apa-apa, Sayang!" Harsa pindah tempat duduk dan mengusap halus terlebih dahulu pada wajah cantik Ayu. *** Dalam berbicara dengan Ayu mengenai bagaimana cara melakukan pembuktian itu terhadap keluarga, Harsa terlebih dahulu mendatangi sang mama. Sekalian menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada mamanya kenapa kemarin Ayu bilang sempat melihat Zalfa menangis. Harsa dan Ayu sepakat untuk mengatakan bahwa mereka memang hanya berpura-pura. Mereka mengaku kalau cuma iseng saja melakukan hal tersebut untuk melihat reaksi-reaksi keluarga. Hal tersebut hanyalah sebuah candaan. Dengan mengatakan hal seperti itu tidak akan ada sesuatu yang menyinggung Nyiur dan membuat nyiur menjadi dibenci oleh orang tua Harsa. CUPP.
“Ma, udah dong, Harsa nggak sanggup lihat Mama nangis.” Harsa kembali menatap wajahnya sang mama. “Kamu percaya sama mama?” tanya Zalfa dengan pilu. “Percaya,” jawab Harsa. Entah, tiba-tiba seluruh organ tubuh itu mendorong Harsa untuk mempercayai Zalfa. Harsa baru sadar, mungkin ia harus memaklumi dan kembali terus berpikir positif terhadap orang tuanya sekalipun apa yang dilakukan mereka ke Nyiur sangat terasa kejam. Mungkin itulah yang namanya orang tua, di balik marahnya, paksaannya, keputusan yang membuat diri jungkir balik, hinaan yang tiap saat menyayat, di balik semua itu terbungkuslah kasih sayang luar biasa yang telah dipikirkan matang-matang, bahkan tidak hanya untuk hari ini, melainkan juga untuk di masa yang akan datang. “Harsa tidak paham kenapa mama bicara seperti itu? Kenapa mama seakan-akan tahu bahwa ke depannya Nyiur butuh hati yang kuat? Harsa nggak nggak ngerti, Ma,” ungkap Harsa. “Suatu saat kamu akan tahu, hal ini nggak perlu kamu kasih tahu Nyiur, biar
“Apa, sih Mas nanyanya kok gitu?” tanya balik Ayu. “Ya kan saya nanya Sayang, jawab aja,” kata Harsa. “Ya nggaklah,” jawab Ayu. “Maafin Mama ya kalau bikin kamu marah,” pinta Harsa. Ayu yang awalnya sibuk melihat dinding itu kini beralih memandang sang suami. Ada yang terasa aneh, tetapi tidak bisa dipahami. Menangis tadi katanya? Apa yang membuat menangis? Sama dengan Nyiur, Ayu pun berpikiran hal yang dilakukan suaminya bersama sang mertua itu temanya bercanda kenapa justru berakhir pilu? “Aneh bin nyata, bukannya tadi pakai cara canda-canda ngakak ya? Kenapa jadi sedih gitu? Hayo Mas kepleset ya mulutnya, hah?” Ayu melotot yang justru membuat Harsa ingin ketawa. “Wajah kamu Ay, Masyaallah. Hahahaha.” Harsa tertawa lebar. “Apa! Jelek, nggak cantik kayak Nyiur! Gendut pipinya!” rajuk Ayu. “Daddy Zulkarnain pinter banget ngasih titisan spermanya, bisa jadi selucu ini wajah kamu. Wkwk selalu menghibur, cantik pula. Bikin Mas nggak bisa lepas nih kalau udah peluk!” Harsa
Harsa dan Ayu segera menyelesaikan pembicaraan yang bernuansa candaan itu lalu melanjutkan misi. Tidak lain sekarang waktunya menemui Zulfikar. Sebenarnya, masih ingin lanjut bercanda ria dengan sang istri. Hanya saja, Harsa juga harus profesional'. "Ia, Harsa punya sesuatu yang konyol," ucap Harsa. "Ada apa? Yang penting tidak meninggalkan tanggung jawab kamu." Zulfikar menatap tajam pada putra semata wayangnya. "Papa jangan marah ya,”’pinta Harsa. "Cepat nggak perlu basa-basi!" seru Zulfikar. Belum apa-apa wajah Zulfikar sekarang sudah galak. Akan tetapi, kalau tidak galak memang namanya bukan Zulfikar. Karakteristik yang melekat dalam jiwa dan raga dari Zulfikar itu memang ia sosok pria yang galak. Harsa segera mengutarakan apa yang ia maksud. "Sebenarnya, Ayu belum hamil, tidak hamil di luar nikah, hehe ... kami cuma mau lihat reaksi keluarga saja, Pa." Harsa mencoba tersenyum. "Hhhhh! Sudah papa duga, tapi papa nggak tahu apa alasannya. Bilang itu saja kan? Ya sudah
Jika Harsa lanjutkan untuk melangkah maju, Harsa rasa akan sangat memberi kerumitan suasana. Lebih baik nanti saja Harsa bicara dengan Nyiur dan sekarang segera pergi. Apa yang dikatakan Zulfikar juga benar, cuaca malam tersebut memang dingin. *** FLASHBACK ON Saat masih di pesantren dan waktu itu Nyiur dan Ayu masih duduk di bangku kelas 1 Madrasah Aliyah, ada sebuah ekstrakurikuler sekolahnya, yaitu desain grafis. Ayu baru tumbuh bakatnya, baru mengembangkan apa yang menjadi skillnya itu ya di situ saat ekstrakurikuler tersebut. Yang mana guru dari ekstrakurikuler tersebut adalah Harsa. Dari sanalah kisah mereka bertiga itu bergemuruh. Sesuatu yang sangat diingat oleh mereka itu ketika membaca Sholawat Burdah. Sholawat yang setiap kali selesai mereka belajar, mereka dianjurkan untuk membaca bersama. Suara halus Harsa begitu menyejukkan dan dengan bait-bait makna yang begitu menenteramkan membuat hati mereka itu saling bergetar, bergemuruh cinta mereka terhadap Harsa. Di balik i
Nyiur: “Jika kamu tidak bisa tinggal di tempat tersebut kamu bisa loh hijrah ke tempat lain.” Ayu: “Udahlah, kalau kamu malu berteman sama aku, ya udah kita nggak usah berteman lagi.” Nyiur: “Terserah kamu menanggapinya bagaimana, aku sudah beberapa kali mengingatkan, Ay.” Nyiur: “Assalmu'alaikum.” Harsa: “Wa'alaikumsalam.” Nyiur: “Mas, tolong jangan patahkan kehormatan wanita ya🙏, apalagi ke sahabat aku, Ayu.” Nyiur: “Sekali lagi, tolong jangan dipatahkan. Ayu udah lama dan penuh perjuangan membenahi kehormatannya sebagai seorang wanita🙂. Aku ikut merasa salah jika melihat kalian yang seperti ini karena aku juga termasuk orang yang menjadi perantara kalian dalam berkomunikasi.” Harsa: “Ay, kita salah ya pacaran. Kita sudahi aja gimana?” Ayu: “Pasti habis dichat Nyiur, kamu juga paham apa yang aku rasakan. Terserah Mas!” Harsa: “Bukan begitu maksudnya Sayang, bagaimana kamu kita menikah saja? Saya sadar, kita sudah sangat sangat salah.” Ayu: “Dengan usia ya
"Tidak masalah, Daddy," jawab Harsa. "Mommy, Ayu kangen Mommy!” Ayu gegas memeluk Zahra. “Mommy juga, Sayang.” Zahra merangkul sang putri untuk segera masuk. Segera, Harsa menyampaikan maksud dan tujuan. Mereka menanggapinya dengan penuh canda tawa dan kelembutan. Zulkarnain dan Zahra mempunyai karakter yang berbeda. Zulkarnain cenderung mudah bergaul, random, sedangkan Zahra orangnya cenderung lemah lembut, tidak cerewet, dan penolong, tetapi Zahra sulit beradaptasi. “Hahhaaa, lucu banget langkah kalian ini, tapi kamu udah siap isi kan Nak?” tanya Zulkarnain. “Siap isi nasi, hahhaha. Ayu lapar.” Ayu terkekeh diikuti oleh semua keluarga. “Mommy udah siapkan makanan kesukaan kamu. Ayo Sayang bantu Mommy bawa ke meja makan!” ajak Zahra. Zahra juga sangat pintar untuk memasak. Terlihat sekali Zulkarnain masih ingin berbicara ke area sana. Sebelum itu karena Ayu juga memang lapar, ia pun segera mengalihkan untuk isi perut terlebih dahulu. Terlebih, aroma makanan khas favorit A
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga