Alifa orangnya sangat cemburuan. Ia melarang Alisa untuk naik ke atas itu karena merasa bahwa Ayu sekarang sudah menjadi milik dari bayi tersebut dan seperti abai terhadapnya. Jika tahu Ayu hafal dengan Ayu ya itulah yang namanya Alifa sangat mirip dengan Ayu.
Menyaksikan hal tersebut membuat seluruh keluarga yang berkumpul di situ terkakeh merdu dan gemas dengan tingkah Alifa. Apalagi dengan Alyssa yang orangnya memang bukan penurut ia selalu membangkang suka membangkang terhadap saudaranya itu ketika dimintai sesuatu ia bukan orang yang penurut dan ingin semaunya sendiri dibilang nakal ya ya memang Aliza itu nakal. Ya hanya mengenyitkan dahi sebentar kemudian langsung lanjut naik dan memeluk Alil beserta Aliq.Jika sudah demikian apalagi kalau bukan Alifa menangis dan tantrum karena merasa bahwa Alisa juga ikut-ikutan menjauhi dirinya. Anak kecil terbawa perasaan dengan tingkah yang demikian semakin membuat suasana-suasana romantis kekeluargaan semaki"Oh iya, ada Om Zaheer. Kita samperin yuk Sayang!" ajak Harsa. "Nggak mau! Takut ada belati!" tolak Alifa. "Nggak mau Pa! Kakak juga takut!" timpal Aliza. Melihat gelagat aneh, Harsa menghubungi anak buahnya untuk mengawasi Zaheer. Ia tetap melanjutkan beli coklat bersama kedua putrinya. Selain itu tidak lupa menghubungi Nyiur untuk menghundle semua tetap di dalam ruang Ayu. ***"Mas," panggil Ayu. "Iya, Sayang. Kenapa? Mau diambilin apa?" tanya Harsa. "Sakit, risih!" Ayu bersandar pada tubuh sang suami saat baru saja membuka mata di pagi hari. CUPP. "Hemm, nikmatin dulu ya Sayang!" "Jadi gak pengen ditinggilan kami deh!" rajuknya. Mau sudah punya anak maupun masih belum, Ayu tidak berubah. Ia tetap saja labil kalau di depan sang suami. Padahal sebelumnya, Harsa benar-benar dibuat yakin oleh Ayu supaya pergi honeymoon bersama Nyiur sampai-sampai Harsa juga
“Gak usah pura-pura gak bisa renang!” teriak Nyiur. “Nyiur! Kamu di mana!” panggil Ayu. “Aku di sini, Ay. Di kolam renang lagi nyeburin Mas Harsa!” jawab Nyiur dengan suara keras. Namun, karena Nyiur yang kurang hati-hati, ia ikut kejebur ke kolam renang. Jadilah kecemburuan yang kedua kalinya di pagi hati tersebut merajalela dalam diri Ayu karena saat Ayu sampai situ yang ada justru melihat Harsa memeluk Nyiur di dalam kolam renang “AWWWW.” “BYURR.” “Ciee ikut nyebur.” Harsa langsung menangkap tubuh Nyiur dan memainkan mulut Nyiur saat di dalam kolam. “Mas! Ini bencana siapa juga yang ikut nyebur! Lepasin ah keburu Ayu dateng yang ada bikin perkara baru di pagi gini!” pinta Nyiur. “Tenang aja, tuh Ayu nggak jadi ke sini. Kayaknya kembar laki lagi nangis. Kita pacaran dulu Sayang, nggak jadi dingin kalau kamu ikut nyebur.” Harsa memejamkan mata sembari menikmati pelukannya dengan sang istri. Nyiur juga menikmati pelukan tersebut sekalipun dalam hati kecilnya ju
BYUURR "Maaa!" pekik Harsa. "Dingin, Ma," rengek Harsa. "Nggak peduli!" celetuk Zalfa. "Ma, udah Ma. Kasihan wajahnya melas gitu," kata Ayu. "Ya biar ditolongin Nyiur! Kan mereka berdua yang bikin kamu sakit hati, Sayang!" Zalfa merangkuk Ayu untuk kembali masuk ke kamar. ***"Sayang!" Harsa memeluk Ayu dari depan saat Ayu terduduk. Wajah Harsa bersembunyi di balik perut Ayu. Terpantau jelas jika istrinya masih sangat sedih. Padahal faktanya, Harsa tidak sedikit pun marah atau ingin membentak, tetapi Harsa memang salah atas tindakan yang ia lakukan bersama Nyiur yang justru keasyikan di kolam renang. "Kamu maafin Mas gak? Maaf Sayang," kata Harsa sangat pelan yang masih menempel pada perut Ayu. "Nggak bisa, kamu keterlaluan!" jawab Ayu. Masih menjawab? Harsa lumayan tenang, bisa ditandai kalau istrinya masih bersuara itu tandanya tidak terlalu parah marah
"Be-belatinya ... mau dikasih pak satpam Sayang," jawab Harsa. "Kenapa dikasih?' tanyanya lagi. "Karena Pak Satpamnya lagi butuh buat ngebenahin pagar," kata Harsa. Memang hal itu benar apa adanya. Harsa kira ada sesuatu yang berbau negatif terkait dengan adanya belati waktu ditunjuk oleh putrinya tersebut. Ya tidak berniat untuk berburuk sangka tetapi dengan kejadian apa yang telah menimpa keluarganya terkait yang sangat berhubungan sekali dengan belati itu tentu sangat membuat hati Haruskah mudah sangat khawatir tatkala melihat Zaheer saat itu membawa belati lagi. "Pa, Alifa pengen dipeluk Papa." Mendengar sang putri yang ingin dipeluk, tak ada alasan maupun perbuatan yang membuat hal tersebut tidak terlaksana dengan baik. "Ooouhh, Sayang. Sini-sini Papa peluk. Kok terpejam? Kesayangan papa masih ngantuk?" tanya Harsa. Keadaannya memang masih sangat pagi. Biasanya di jam tersebut, sang putri juga belum bangun. Sebab matanya yang terlihat kantuk masih menyelimuti d
"Sayang, kata Nyiur tadi kalau memang honeymoon ditunda nggak masalah," kata Harsa. "Bagus! Langsung dituruti gitu aja?" "Sayang, harus gimana, sih? Capek saya! Bahas nanti saja!" Harsa melempar jas dan langsung ke ruang keluarga rebahan di sana. Ayu: "Daddy, boleh ya Ayu nginep sana nanti malem." Zulkarnain: "Boleh, tapi izin dulu sama Harsa." Ayu: "Ngapain?" Zulkarnain: "Astaghfirullaahal'adziim, anak daddy kok ngomong gitu?" Ayu: "Dia aja semena-mena sama aku. Dia nggedein nafsunya, Dad! Dia nggak sabaran mau honeymoon sama Nyiur! Tapi kan, Ayu juga butuh ada Mas Harsa!" Zulkarnain: "Kenapa dulu kamu sepakati? Mereka udah undur, sekarang diundur lagi? Harsa melakukan ini karena untuk sebuah hadiah, ngalah ya Nak, ada daddy dan yang lain." Ayu: "Jadi ngerasa gak ada gunanya hidup! Semua orang gak ada yang paham maksud aku!" SLEPP, PLOKK! Tadi Harsa ke ruang tamu hanya untuk mengelabui. Sekarang sudah berada di belakang Ayu dan langsung melempar ponsel
*** "Mas, tolong kita yang mau memahami ya." Nyiur memeluk suaminya dari belakang saat mereka sudah di kamar. "Iya, saya menyesal sudah bersikap seperti itu. Emang seberat itu ya suasana habis melahirkan?" kata Harsa. "Bener Mas, makanya aku juga udah nolak kan aslinya untuk yang seminggu setelah lahiran, aku bilang setelah Ayu lahiran, tetapi tidak secepat itu. Nanti masih ada waktu dan ... tolong. Mas nggak perlu merasa bersalah atas penundaan yang terjadi. Sekali lagi, tolong jangan sampai ada lagi kejadian babyblues di keluarga kita." Nyiur membalikkan badan dan menatap lekat kelopak mata Harsa. Harsa dan Nyiur sama-sama terdiam sejenak. Memutar kembali memori yang telah terjadi selama ini. Mulai dari awal pertemuan saat mereka masih kecil menuju mereka masih berada di tahap remaja sampai benar-benar mereka saat ini berada di fase dewasa. Menggiling kembali pikirannya untuk mengingat dan memperhatikan serta menganalisa yang akhirnya menyimpulkan apa yang sejatinya ter
Mereka saling meredakan ego. seperti biasa Zulkarnain hanyalah bercanda dan mencoba menghilangkan ketegangan-ketegangan yang sekarang ini menguasai diri Harsa. Zulkarnain juga manusia biasa yang mungkin banyak salah juga terhadap apa yang dididik untuk putrinya. malam itu harus ada nyiur video call juga dengan Zulkarnain dan akhirnya mendapatkan kelegaan yang luar biasa di atas rasa tegang yang mereka rasakan Zulkarnain hadir sebagai penghibur layaknya Ayu seperti biasanya. untuk perkara hanimun nyiur dan Harsa sudah menetapkan bahwa itu akan mereka lakukan ketika nanti saja yang memang keadaan Ayu sudah membaik. kembali mengingat apa yang pernah ia ucapkan terhadap para istrinya dalam suatu kebiasaan yaitu pameran romantis yang memang harus bentuk untuk mereka saling terbuka setiap hari, dari situ harusnya kembali mengingat apa yang ia ungkapkan mengenai tingkatan-tingkatan tawakkal dan bagaimana seharusnya mendidik hawa nafsu dengan tepat. "WA UFFAWWWIDHU AMRII ILALLAAH." **
“Papa lagi tahan tawa, Sayang. Boleh ngomongnya bidik-bisik sama pkai napas hahahhah. Rutinitas Papa sama Bunda dan Ibu kan kamu tahu kalau habis sholawat kumpul buat mereka setor tugas slogan sama puisi, begitu pula Papa setor omelan romantis. Bukannya kamu juga udah lihat hasilnya di akun Ibu, Sayang?” Harsa mengecup kening anak gadisnya. “Papa kok jadi galak?” rajuk Alifa. “Mama ada galak sambil kecup begini, ya ampun anak gadis papa ini emang wajib segera dinikahkan!” Harsa mengeratkan rangkulan. “Aaa, Papa!” *** “Fa, kamu tuh sebenarnya suka nggak, sih sama Om Yudhis?” tanya Aliza. “Enggak, Kak. Papa aja yang suka ngeledekin!” jawab Aliza. “Oh,” kata Aliza. Selama ini ternyata yang dijodohkan dengan Alifah itu adalah justru pria yang disukai oleh Aliza begitu pula sebaliknya. Pria kembar tiga yang menjadi anak dari sahabat Harsa dengan Yudhist
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga