“Mom tidak akan melakukan hal kejam seperti itu, Paman! Jadi, jangan menghasutku dengan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu.” Sebisa mungkin aku menyanggah pernyataan paman ini. Di akalku, mana mungkin ada seorang ibu yang tega memberi anaknya kutukan? Lagi pula, dari yang kulihat, Mom sangat menyayangiku. Terbukti dari perlakuannya saat ada bencana yang dihadapi.
“Tapi itulah kenyataannya, Dav! Pendar itu adlah kutukan untukmu. Kau boleh tidak memercayaiku, tetapi memang begitulah adanya. Kau tidak bisa mengelah dari kenyataan yang ada.” Paman Davian masih tetap bersikeras bahwa aku dikutuk. Entahlah ... aku seakan tidak memercayai dengan semua ini.
Kutukan adalah hal jahat yang bisa merusak kehidupan. Pun dengan jalan yang dilalui oleh yang dikutuk. Tak ada hal baik yang bisa dibanggakan daripadanya. Jadi, jika memang aku telah dikutuk sejak awal, kenapa aku harus menerimanya? Apa aku sangat pantas menerima ku
“Vampire memang memiliki air mata berwarna seperti itu, Dav. Kalau ayahmu yang mngeluarkannya, itu terlihat tidak cocok untuknya yang gelap, ya?” ujar Paman Davian. Beliau mengambil tempat di sampingku dan duduk. Dengan kaki diselonjorkan dan dua tangan menyangga tubuh, beliau dan aku mungkin terlihat seperti teman sebaya. “Jika rasa sakit dan takut sudah mendominasi, tidak cocok bukan suatu hal yang patut ditertawakan, Paman.” Seketika aku berubah menjadi melankolis saat melihat adegan itu. Di sana memperlihatkan bagaimana ayah memelik dan melindungi ibu, lalu ada batu yang menimpa keduanya. Aku tak tahu. Ingin menjerit, tetapi tak bisa. “Kau harus ingat jika ibu dan adikmu masih selamat.” Yah ... apa yang dikatakan Paman Davian memang benar adanya. Dari kilas kejadian itu bisa terlihat keadaan yang buruk, tetapi di kenyataan ibu masih menyapaku. Pun begitu dengan Daphne. Dia telah tumbuh menjadi gadis lincah yang tak kurang satu hal pun. Di antara mereka, mungkin aku adalah yang
“Tenang saja, Dav. Aku tak akan setega itu untuk tidak memulangkanmu pada Lunar.”Bolehkah aku bernapas lega untuk saat ini? Setidaknya dari ucapan itu aku bisa menyimpulkan bahwa aku akan dipulangkan. Ah ... sial! Serigala tua ini terlalu menyusahkan. Selain menyebalkan, tingkahnya juga seperti omega yang akan mengalami heat. Perilaku mereka berubah-ubah.Eh, aku lupa! Hanya omega wanita saja yang mengalami heat. Heat adalah kondisi di mana keadaan mereka membutuhkan sesuatu. Aroma mereka terasa lebih manis, apalagi untuk yang belum mendapatkan pasangan. Jika sudah mendapatkan pasangan, aroma pasangannya akan mendominasi. Dan tentunya, hal itu akan menghalangi werewolf lain untuk mendekat.Setidaknya seperti itu yang dikatakan paman dulu, kala aku menghirup aroma memabukkan.Aku tahu Paman Davian seorang omega. Akan tetapi, beliau pria, dan omega pria tak mengalami heat seperti omega wanita. Namun, di sini sikapnya persis sekali dengan mereka. Kata paman, kondisi ini mirip seperti pr
“Hahahaha!” Aku melongo. Paman tua ini tertawa terbahak dan langsung muncul saja di hadapanku seperti tanpa punya salah. Padahal, salahnya sudah teramat menggunung. “Aku tak akan mengajakmu tinggal di sini, Dav. Belum saatnya kau menghuni tempat ini. Untuk sekarang, tempatmu adalah bersama keluargamu. Kau masih pantas bersama mereka. Pulanglah! Aku hanya bercanda saja tadi,” lanjutnya.Ah, lagi-lagi aku kena sial. Aku ditipu mentah-mentah oleh pria tua ini. Tak tahukah dia kalau aku sudah ketakutan setengah mati karenanya? Aku tadi bahkan sampai berpikir bahwa akhir hidupku di dunia ini. Lucu! Aku bahkan sampai berpikir ke sana, yang nyata-nyata tidak akan pernah terjadi.Seharusnya sejak awal aku tidak mudah percaya padanya, pria dengan omongan manis seperti wanita.“Sekarang pulanlah! Aku tidak akan menahanmu di sini.”Setelah aku mendengarnya, indera penglihatan
Aku terjatuh dengan kepala yang terlebih dulu menghantam lantai. Terkejut, tentu! Siapa yang tidak terkejut saat melihat orang yang tidur, lalu tiba-tiba membuka mata dengan spontan seperti itu? jujur saja, jantungku sampai berdebar terlalu kencang saat Mom memelototiku.“Kau baik-baik saja?” tanya Mom. Beliau hanya melihatku yang terjatuh tanpa berniat membantu. Juga, pandangannya berubah menjadi polos. Ke mana tadi pandangannya yang menusuk dan memelototiku itu?Aku mencoba duduk dengan sisa kesadaran dan tenaga yang tak sepenuhnya pulih. Sambil tangan kanan mengusap kepala yang terasa sakit, tentunya. Astaga! Sepertinya Mom ini tipe orang yang suka mengejutkan orang lain, ya.“Aku ... baik-baik saja.” Setelah dirasa tubuhku mulai membaik, aku bangkit dan kembali ke ranjang. Kali ini hanya duduk di tepiannya, tidak berniat tidur lagi meski tubuh masih terasa lemas.Untuk kal
“Memang apa istimewanya dari itu, Mom?” Aku memberanikan diri untuk bertanya. Selama ini, aku belum pernah mendengar ada yang lahir dari bangsa campuran. Mungkin untuk percampuran dua bangsa—werewolf manusia, atau manusia vampire, pernah mendengar. Namun, tidak untuk yang ini.“Mungkin kau pernah mendengar bahwa ada manusia yang berpasangan dengan vampire atau werewolf, kan? Tetapi tidak dengan vampire dan werewolf. Kau tahu kenapa?”Aku menggeleng. Memang benar jika perpaduan dua bangsa itu belum pernah kudengar. Mungkin mereka tak tahan akan baunya, ya? Apalagi dua bangsa ini merupakan musuh bebuyutan, ya. Akan masuk akal jika aroma yang dikeluarkan werewolf, tak akan sanggup dihidu oleh vampire. Keduanya memiliki indera penghidu yang tajam, dan aroma masih-masing terlalu menusuk hidung.Seperti Daphne yang tak tahan dengan aromaku, pun sebaliknya. Aku tak begitu kuat engan aroma vampire.
“Ayahmu bukan berarti tidak selamat, Dav. Dia hanya tertidur karena kehabisan energi,” jelas Mom. Aku mendesah lega. Baru saja aku berpikir bahwa ayah tidak selamat karena itu. Kejadian itu sudah terjadi beberapa belas tahun silam. Apakah sekarang beliau masih tertidur?“Mom, apa Dad masih tertidur?” tanyaku.Biasanya, akan ada helaan napas saat seseorang diam. Namun, ini adalah Mom—yang tubuhnya telah mejadi vampire. Jadi, aku sanksi beliau akan memberiku genstur itu. Seperti tadi saja, beliau berpura-pura tertidur lelap padahal tidak.“Kenapa? Apa kau ingin menemuinya?”Aku mengangguk. Tentu saja aku ingin bertemu. Memastikan bagaimana ucapan orang yang mengatakan aku begitu mirip dengan beliau. Tak hanya itu, sebagai anak aku ingin tahu bagaimana orang yang membuatku ada. Sosok Paman Sean mungkin bisa mengajariku menjadi lelaki, tetapi tidak akan sehebat ayah langsung.“Apakah b
"Mereka bisa mengatasinya. Dari pada kita yang di sana, akan lebih baik jika kau ikut aku, Dav. Kita dalam kondisi yang kritis. Musuh sudah mulai bergerak dan mengetahui tentangmu. Akan ada baiknya jika kita mulai untuk mengatur strategi."Musuh? Strategi? Apalagi ini?"Mom, kita tak salah jalan?"Mom tak mengindahkan pertanyaanku. Jalan yang kami lalui semakin sulit saja, seperti hutan yang belum pernah terjamah siapa pun. Sesekali, aku menoleh ke belakang. Siapa tahu Daphne dan Bibi Karin menyusul, kan?Aku memang baru mengenal mereka, tetapi tak kupungkiri jika keselamatan mereka kini kupikirkan. Selama aku bisa mengingat, hanya ada Paman Sean yang ada di sampingku. Mengetahui aku memiliki banyak keluarga yang masih ada, tentu membuatku senang. Tak terkecuali dengan Daphne yang memiliki tingkah menyebalkan.Mereka semua memiliki warna tersendiri. Nenek dan bibi yang berambut merah, ibu dan Daphne yang seperti kembar dan berambut pirang
“Mom, bagaimana?” tanyaku. Tubuh ini tanpa sadar mengalami tremor. Mungkin, otakku memerintahkannya. Tenaga yang susah payah kukumpulkan terasa menguap sedikit demi sedikit.Mon Goddess—yang keberadaannya tak kuketahui, aku meminta bantuanmu untuk kami.“Lunar, berhenti!” Sebuah teriakan kudengar dan setelah itu Mom menggenggam tanganku lebih erat.“Tidak! Kumohon jangan lagi.” Bisa kudengar Mom berbisik. Apa ada hal yang terjadi di masa lalu dan berhubungan dengan ini, hingga Mom begitu terlihat tertekan? Mom kini seorang vampire, dan aliran darah yang normal tak akan bisa kurasakan. Namun, aku bisa merasakan jika Mom tertekan.“Mom,” panggilku.Mom tidak menggubris. Justru beliau menambah laju larinya semakin cepat, dan aku semakin terseok saja untuk mengimbanginya.Dug!“Ah!!!” Aku kembali memekik saat kakiku tersandung. Kali ini, bukan ka
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kau hanya tikus kecil yang tidak tahu apa-apa, Bocah!” ucap Arthur. Dia menangkap pergerakan Aline dan mencekik lehernya. Setelah itu, pergerakan Aline benar-benar dilumpuhkan. Aku terkejut, tak menyangka jika Aline bisa dikalahkan semudah itu.Aku tidak bisa tinggal diam. Tangan kecil Aline berusaha untuk melepaskan cekikan Arthur padanya. Namun, pergerakan itu sama sekali tidak membuahkan apa pun. Aline justru terdengar merintih kecil. Mungkin, dia merasa sangat kepayahan akibat cekalan Arthur yang begitu kuat.Aku tahu, Aline telah melakukan hal yang tidak kusukai, atau malah lebih ke menghancurkan hidupku. Akan tetapi, jika kupikir lagi itu bukan muri kesalahannya. Dia tidak tahu siapa yang ditolong, dan apa yang telah diperbuat oleh orang yang terlihat menyedihkan. Aline, dia hanya memiliki sifat empati lebih banyak dari sebangsanya.Hanya saja aku tidak tahu, kenapa aku harus disandingkan dengn vampire sepertinya, dan bukan dengan sesame werewolf seperti yang lain.“Kau ingin m
Ada sebuah hal yang membuatku ingin menerkam tubuh wanita itu. Selain menerkamnya, mencabik tentu adalah hal terbaik begitu hal itu dilakukan. Dorongan itu begitu kuat, seiring perubahan yang lebih banyak lagi di tubuhku. Aline, wanita yang baru kutemui tidak sampai sehari, begitu membuat hidupku jungkir balik dalam sekejap.Akan tetapi, andai semua dorongan itu kulaksanakan, bagaimana rasanya, ya?Aku berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Aline bukan seseorang yang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Singkatnya hubungan kami bukan sesuatu hal yang patut dijadikan alasan. Dia adalah pasanganku, dan tentu tidak akan mudah untuk mengabaikan hal besar seperti itu.“Percayalah, aku tidak melakukannya secara sengaja, Dav. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia adalah semua akar permasalahan yang besar. Aku pun tidak menyangka jika dia akan memperburuk suasana hingga sampai sejauh ini.” Aline berucap lirih. Sia
Untuk sesaat, aku tertegun. Fakta yang terdengar sepele—mungkin untuk sebagian orang tentunya, tetapi tidak denganku. Arthur adalah sumber dari segala hal yang menyiksaku. Dia membuatku terpisah dengan ibu sejak keil, membuat ayah dibenci ibu, dan membuat keluargaku meregang nyawa. Kalau saja dia tidak ada, tentu aku tidak akan mengalami itu semua. Ah, aku lupa. Paman Davian juga tidak ada karena dia, kan? Kalau memang begitu kenyataannya, kenapa harus aku yang menjadi pasangan dari Aline? Bukankah secara tidak langsung dia yang menyebabkan aku berpisah dengan keluargaku? “Al ...,” ucapku lirih. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tulang penyangganya kehilangan kekuatan. Tak hanya itu, napas juga semakin memburu dengan jantung berdebar kencang. “Dav ... maksudku bukan begitu. Aku ... aku hanya ... tidak tahu dia siapa ....” Aline membalasnya. Jika dia menjawab seperti itu, bukankah itu
Arthur tertawa sambil menghindari serangan-serangan yang Aline berikan padanya.“Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang, Art! Kau bedebah busuk yang hidup tidka lama lagi, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padanya!” maki Aline. Ada yang janggal dari setiap serangannya. Dia terlihat kacau dengan sekejap hanya dari beberapa kata yang diucapkan Arthur. Bukankah sebelumnya Aline masih baik-baik saja, tidak mengalami lonjakan emosi seperti itu?Untuk sekilas, mungkin tidak akan ada yang memahami pola serangan Aline. Terlihat biasa, dan sama sekali tidak akan kentara jika dia menyembunyikan banyak hal. Namun, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Tidak seharusnya Aline bertempur dengan cara seperti itu. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum terlambat.“Al, mundurlah untuk sejenak! Control dulu emosimu, lalu kita kembali menyerangnya seperti tadi,” ucapku. Ah, sebenarnya a
Sayangnya, semua tidak seperti yang kubayangkan. Aline memang hebat, tetapi bukan berarti dia sanggup mengalahkan Arthur dengan begitu mudahnya. Kami yang bertarung mati-matian berdua arus berusaha lebih keras. Mungkin karena keterikatan kami pulalah, sebuah Kerjasama yang mendadak bisa tercipta. Kami tidak pernah berlatih bersama. Akan tetapi, serangan yang dilakukan benar-benar bisa membentuk harmoni. Tubuh ini juga seperti sudah terlatih untuk bertarung bersama belahan jiwanya.Ah, hubungan dan ikatan yang rumit.Aku pun sampai saat ini tidak mengerti tentang hubungan seperti itu. Dalam hal itu juga, hubungan antara kedua orang tuaku. Di antara mereka yang terikat, ada hubungan masa lalu dengan Paman Davian dan tidak bisa kufahami. Mau bagaimana agi, dari keduanya juga tidak ada yang mau menjelaskan secar ajelas padaku.“Dav, harus kukatakan padamu kalau sampai Arthur tidak bisa dikalahkan, maka aku akan hidup d
Aku takt ahu kenapa Arthur begitu amat terobsesi pada Delta. Tidak ada sesuatu yang membuatku meragukan itu. Justru ,aku sangat yakin jika dia memang menargetkan Delta yang ada di muka bumi ini.“Waw! Dia kuat juga, ya? Padahal tadi aku sangat yakin kalau dia sudah kupukul dengan sekuat tenaga,” ujar Aline. Dia mengatakannya dengan santai, seolah lawan yang kami hadapi bukan siapa-siapa.Aku merasa yakin jika bisa mengalahkan Arthur. Hanya saja, tidak se-optimis Aline. Dia seperti memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Baiklah! Dia mungkin sudah menumbangkan Arthur. Namun, bukan berarti dia adalah seseorang kemarin sore yang baru muncul dan bisa diseret sewaktu-waktu untuk dihabisi.Dari semua hal, berpikir bahwa wanita vampire itu—yang mengaku sebagai pasanganku, adalah orang yang lebih tua dariku adalah sesuatu yang mengerikan. Vampire bisa memiliki umur panjang tanpa menua sekalipun. Dan aku, entah kenapa merasa jika pemikiran itu sedikit … menyesakkan.Sebagai pria, harusnya aku y
“Kau pikir aku akan mati semudah itu!?” Aku terjungkal karena tidak terbiasa mendengar suara lantang yang seperti itu. Setelah kabut debu mereda, mereka mulai terlihat sedikit demi sedikit. Dan, hal yang membuatku terkejut untuk setelahnya adalah wanita itu—yang mengaku sebagai pasanganku, berdiri dengan tegak dan jubah yang sudah tidak lagi dipakai. Sedangkan Arthur, werewolf tua itu sudah terjungkang di tanah. Sungguh di luar dugaan! Aku yang sudah melawannya hingga sampai lelah, tidak bisa membuatnya terjungkang seperti itu. Aku ingin tahu seberapa kuat wanita itu, dan bagaimana cara dia melawan Arthur. Ah ... andai aku memiliki penglihatan yang tajam dan bisa menembus pekatnya kabut debu itu, pasti pertandingan yang seru tak akan terlewatkan. “Jujur saja, Mate, aku tadi sempat berpikir untuk menghabisi diriku sendiri saat berpikir kau tiada,” ujarku mengatakan apa yang telah kupikirkan tentangnya.