“Dav! Dav! Kau jangan menakutiku!”
Suara Daphne masuk ke indera pendengarku. Dia terdengar begitu panik dan ingin segera kusapa. Ah, betapa lucu anak ini. Biar saja, aku akan memberinya pelajaran karena sudah memperlakukanku dengan buruk. Enak saja! Dia sudah menyeretku dengan tidak manusiawi. Maka dari itu, dia harus merasakan akibatnya. Aku akan membuatnya kapok.“Daph ...,” ucapku lirih. Tubuh kulemaskan dan tak akan kubuka mata ini, sebelum aku mau.“Dav! Kau akhirnya sadar! Kau tak tahu betapa aku sangat mencemaskanmu.” Dia memekik senang, seperti ekspresi anak kecil yang mendapat mainannya. Ah, hal ini mengingatkanku pada anak kecil yang dulu berada di pack. Wajahnya menggemaskan saat diberi mainan oleh pamanku. Mungkin untuk saat ini, anak itu sudah besar. Atau ....Aku lupa! Bukankah anak kecil itu adalah pria yang mengajakku untuk ke lapangan? Mengapa aku melupakan hal ini? Ternyata, ingatSi sialan Daphne! Ternyata begini cara liciknya untuk mengerjaiku.“Kau tak akan tenggelam karena kolam ini hanya sebatas dagumu, Dav! Jadi, jangan mencoba untuk bertindak bodoh dan mencari simpati kami!”Aku berusaha untuk tenang dan memproses apa yang Daphne ucapkan. Ah, wanita ini begitu menyebalkan. Dengan tubuhku yang mulai menenang, aku berusaha untuk menyimpan napas. Siapa tahu Daphne membohongiku. Kalau dia membohongiku, aku bisa menahan napas beberapa saat.Ah, benar saja! Begitu aku tenang, kakiku menapak tanah yang terasa agak licin. Tak hanya itu, kepalaku juga berada di permukaan air. Jadi aku bisa bernapas lega.“Kau menyebalkan, Daph!” ucapku. Kali ini aku membuka mataku dan mencari keberadaan Daphne. Tak lupa, kukagumi air ini yang berwarna jernih. Dasarnya juga tak kalah menawan, dengan warna biru terang yang membiaskan air dengan sempurna. Di atas kepala, langit terbentang dan matahari sudah berada
Daph, kau membuat hidupku semakin rumit.“Sudah kukatakan untuk tidak bersikap berlebihan pada kakakmu, Daph!?” Dengan sisa tenagaku, aku berusaha untuk melihat siapa yang datang. Ternyata, di kejauhan aku melihat sosok wanita berambut pirang panjang. Sekilas, aku bisa melihat kesamaan Daphne dengannya. Mereka sama-sama memiliki rambut pirang panjang yang sedikit bergelombang di ujungnya.Duagh!Sama seperti Daphne. Pergerakannya juga teramat cepat. Kalau saja Daphne membawaku seperti ini, mungkin aku tidak akan menjadikannya masalah. Semakin cepat, maka semakin sedikit yang melihat hal yang memalukan itu.Karena serangan itu. Aku dan Daphne sama-sama terpental. Tak ayal, tubuhku terhempas ke air beserta Daphne juga. Aku salut pada gadis ini, cengkraman tangannya padaku sangat kuat dan sulit dilepaskan.“Ah, Dav! Kau juga terkena, ya? Maafkan aku.” Wanita
“Jadi, di mana anak pemalas itu.” Suara Daphe terdengar. Aku ingin menghampirinya dan menyanggah ucapan itu. Hanya saja, aku harus segera mengganti pakaian yang sudah basah ini. Mungkin Daphne sudah menyelesaikan mandi atau berganti pakaiannya.Sebagai werewolf, aku memiliki suhu tubuh lebih tinggi dari manusia. Dengan berada di hawa dingin beberapa waktu, tak berarti aku tak bisa bertahan. Hanya saja untuk tubuhku, berada di suhu rendah cukup lama itu tidak baik. Untuk werewolf normal, mereka tidak akan mati kedinginan saat bertelanjang dada di musim salju. Namun, tidak untukku. Aku memiliki toleransi dingin lebih rendah dari mereka.“Jangan berkata seperti itu pada kakakmu, Daph. Kau baru saja bertemu dengannya, tapi sampai saat ini kau tidak bisa mengontrol mulutmu.” Begitu terdengar suara pembelaan dari ibu, aku merasa lega. Benar tentang apa yang diucapkan Daphne selama ini. Fakta bahwa ibu menyayangiku, kini bar
“Dav, kau baik-baik saja? Apa ucapan Daphne menyakitimu? Jika iya, Mom akan memberinya pelajaran!”Ah, tak boleh! Mom tak boleh menghukum Daphne hanya karena hal itu, atau dia akan semakin membenciku.“Aku tak apa, Mom. Hanya saja aku sedang sakit perut. Aku butuh waktu, Mom,” ucapku. Hanya itu yang bisa kuucapkan agar Mom tidak pergi. Tak mungkin, kan, aku mengatakan hal yang sejujurnya jika aku kalut? Yang ada nanti aku akan semakin ditertawakan.“Kau sakit perut? Kenapa aku tidak mendengar kau di closet? Apa kau kesulitan untuk mengeluarkannya? Butuh obat untuk meredakannya, Dav?” tanya Mom.Aku panik. Alasan yang kubuat menjadi boomerang untukku sendiri. Kalau begini, aku harus bagaimana lagi? Alasan yang lebih banyak pasti membuat Mom semakin curiga. Aduh ... aku semakin pusing saja merasakannya.“Ti ... tidak perlu, Mom. Aku bisa me
“Apa tidurmu nyenyak?” tanya Mom. Baru saja aku membuka mata, sudah disuguhi wajah rupawan Mom yang tak menua. Ketika masih setengah sadar, aku mencoba mengingat apa yang sudah terjadi padaku. Ah, ya. Aku bertengkar dengan Daphne di danau kecil yang disebut kolam, lalu Mom datang. Aku berpikir banyak, dan setelah itu aku tertidur di pangkuan Mom. Oh, tidak! Aku sudah menyusahkan Mom. “Mom, apa selama aku tidur, aku membuatmu sulit?” tanyaku. Mom memandang dengan penuh penasaran. Apa beliau tidak mengerti pertanyaanku, ya? “Sama sekali tidak, Sayang. Mom tidak kesulitan sama sekali.” Senyuman teduhnya menenangkanku, menghilangkan pikiran bahwa beliau tidak mengerti ucapanku. Kali ini, aku akan memercayai apa pun yang Mom ucapkan. Aku menggeliat pelan, berusaha sebaik mungkin untuk tidak bergerak terlalu banyak. Mau bagaimana lagi, tempatku tidur merupakan tempat yang sempit. Jadi, setelah menggeliat, aku berusaha duduk. Ah, nyaman rasanya tidur di pangkuan Mom. Selama belasan tahun
“Wilayah netral sekarang sedang tak baik-baik saja, Mom,” jawabku. Memang hanya inilah yang kutahu tentang wilayah netral, itu pun baru beberapa waktu lalu dari paman. Kalau saja kami tidak meninggalkan pack, mungkin aku sama sekalii tak tahu keadaannya. “Apa Sean yang memberitahumu?” Aku mengangguk. Meski tak melihat Mom, aku yakin Mom tahu. “Lalu, sekarang di mana Sean?” Aku menoleh ke arah Mom. Kukira beliau sudah tahu di mana paman berada. Bukankah sejak kami bertemu, paman memang tidak bersamaku? Juga, apa Daphne tidak memberitahu apa pun padahal dia tahu? “Apa Daphne tidak memberitahu, Mom? Aku sudah menceritakan tentang Paman Sean padanya. Seharusnya dia menyampaikan hal itu,” ungkapku. Mom harus tahu bahwa aku sudah menceritakannya. Kalau dia mengatakan tidak mengetahui, hal itu patut dipertanyakan. “Mana sempat aku menayainya. Apalagi dia sedang marah pada Mom karena membelamu. Jadi, katakan saja pada Mom, jangan meminta Daphne untuk menceritakan.” Aku menoleh pada Daph
"Kita turun!" Usai berucap demikian, Mom membuka pintu dan turun tanpa memandangku. Tak hanya Mom, Daphne dan Alex juga mengikuti Mom. Aku tak ingin tertinggal, dan segera menyusul mereka. Ada banyak bangunan tinggi yang tak sanggup kubayangkan bagaimana membangunnya. Meski saat ini malam, suasananya sama sekali tak menggambarkan malam. Ada beberapa orang berlalu lalang. Dari aroma mereka, aku bisa menebak mereka manusia. Tak hanya itu, cahaya juga terdapat di mana-mana. "Mom, kita di mana?" tanyaku. Tak ada jawaban sama sekali. Mereka bertiga seolah ingin meninggalkanku di sini sendiri. Ketiganya kompak sekali berjalan cepat dan memunggungiku. "Tidak bisakah kau hanya diam dan melihat!" hardik Daphne. Langkahku terhenti dan merasa jika mereka semua bukan orang yang sama. Mereka seolah memakai kepribadian lain yang teramat berbeda. "Diam dan ikuti saja, Dav!" Kalau Mom sudah berkata seperti itu, aku bisa apa selain mengikutinya? Kami berjalan tanpa mengeluarkan suara lagi. Di saa
“Daph, kau tahu apa yang terjadi?” tanyaku. Daphne menoleh, tetapi tatapannya padaku hanya tatapan datar saja. Entah dia mengerti maksudku atau tidak, yang jelas aku tak ingin bertengkar lagi dengannya. Sudah cukup! Aku berharap pertengkaran di kolam itu adalah yang terakhir.“Apa yang kau maksud?” balasnya. Baiklah, mungkin pertanyaanku kurang jelas dan ambigu untuknya. Jadi, aku memaklumi jika dia tidak mengerti.“Maksudku, apa kau tahu apa yang terjadi pada Mom? Atau, apa yang Mom dan Alex lakukan?”Daphne menggeleng. Aku tak tahu dia benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu. Kemudian, dia berkata, “Aku sama sepertimu, diajak ke sini tanpa diberitahu apa-apa.”Ternyata Mom tidak seterbuka itu bahkan pada Daphne. Apalagi aku yang baru ditemuinya? Tentu perlakuan itu sama sekali tidak akan berbeda untukku. Berharap bahwa kau akan diberi keistimewaan dari Mom? Tidak! Aku tidak berpikir ke sana.“Kalau begitu, apa yang kau ketahui dengan tempat ini. Jika Mom tidak memberitahu
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kau hanya tikus kecil yang tidak tahu apa-apa, Bocah!” ucap Arthur. Dia menangkap pergerakan Aline dan mencekik lehernya. Setelah itu, pergerakan Aline benar-benar dilumpuhkan. Aku terkejut, tak menyangka jika Aline bisa dikalahkan semudah itu.Aku tidak bisa tinggal diam. Tangan kecil Aline berusaha untuk melepaskan cekikan Arthur padanya. Namun, pergerakan itu sama sekali tidak membuahkan apa pun. Aline justru terdengar merintih kecil. Mungkin, dia merasa sangat kepayahan akibat cekalan Arthur yang begitu kuat.Aku tahu, Aline telah melakukan hal yang tidak kusukai, atau malah lebih ke menghancurkan hidupku. Akan tetapi, jika kupikir lagi itu bukan muri kesalahannya. Dia tidak tahu siapa yang ditolong, dan apa yang telah diperbuat oleh orang yang terlihat menyedihkan. Aline, dia hanya memiliki sifat empati lebih banyak dari sebangsanya.Hanya saja aku tidak tahu, kenapa aku harus disandingkan dengn vampire sepertinya, dan bukan dengan sesame werewolf seperti yang lain.“Kau ingin m
Ada sebuah hal yang membuatku ingin menerkam tubuh wanita itu. Selain menerkamnya, mencabik tentu adalah hal terbaik begitu hal itu dilakukan. Dorongan itu begitu kuat, seiring perubahan yang lebih banyak lagi di tubuhku. Aline, wanita yang baru kutemui tidak sampai sehari, begitu membuat hidupku jungkir balik dalam sekejap.Akan tetapi, andai semua dorongan itu kulaksanakan, bagaimana rasanya, ya?Aku berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Aline bukan seseorang yang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Singkatnya hubungan kami bukan sesuatu hal yang patut dijadikan alasan. Dia adalah pasanganku, dan tentu tidak akan mudah untuk mengabaikan hal besar seperti itu.“Percayalah, aku tidak melakukannya secara sengaja, Dav. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia adalah semua akar permasalahan yang besar. Aku pun tidak menyangka jika dia akan memperburuk suasana hingga sampai sejauh ini.” Aline berucap lirih. Sia
Untuk sesaat, aku tertegun. Fakta yang terdengar sepele—mungkin untuk sebagian orang tentunya, tetapi tidak denganku. Arthur adalah sumber dari segala hal yang menyiksaku. Dia membuatku terpisah dengan ibu sejak keil, membuat ayah dibenci ibu, dan membuat keluargaku meregang nyawa. Kalau saja dia tidak ada, tentu aku tidak akan mengalami itu semua. Ah, aku lupa. Paman Davian juga tidak ada karena dia, kan? Kalau memang begitu kenyataannya, kenapa harus aku yang menjadi pasangan dari Aline? Bukankah secara tidak langsung dia yang menyebabkan aku berpisah dengan keluargaku? “Al ...,” ucapku lirih. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tulang penyangganya kehilangan kekuatan. Tak hanya itu, napas juga semakin memburu dengan jantung berdebar kencang. “Dav ... maksudku bukan begitu. Aku ... aku hanya ... tidak tahu dia siapa ....” Aline membalasnya. Jika dia menjawab seperti itu, bukankah itu
Arthur tertawa sambil menghindari serangan-serangan yang Aline berikan padanya.“Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang, Art! Kau bedebah busuk yang hidup tidka lama lagi, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padanya!” maki Aline. Ada yang janggal dari setiap serangannya. Dia terlihat kacau dengan sekejap hanya dari beberapa kata yang diucapkan Arthur. Bukankah sebelumnya Aline masih baik-baik saja, tidak mengalami lonjakan emosi seperti itu?Untuk sekilas, mungkin tidak akan ada yang memahami pola serangan Aline. Terlihat biasa, dan sama sekali tidak akan kentara jika dia menyembunyikan banyak hal. Namun, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Tidak seharusnya Aline bertempur dengan cara seperti itu. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum terlambat.“Al, mundurlah untuk sejenak! Control dulu emosimu, lalu kita kembali menyerangnya seperti tadi,” ucapku. Ah, sebenarnya a
Sayangnya, semua tidak seperti yang kubayangkan. Aline memang hebat, tetapi bukan berarti dia sanggup mengalahkan Arthur dengan begitu mudahnya. Kami yang bertarung mati-matian berdua arus berusaha lebih keras. Mungkin karena keterikatan kami pulalah, sebuah Kerjasama yang mendadak bisa tercipta. Kami tidak pernah berlatih bersama. Akan tetapi, serangan yang dilakukan benar-benar bisa membentuk harmoni. Tubuh ini juga seperti sudah terlatih untuk bertarung bersama belahan jiwanya.Ah, hubungan dan ikatan yang rumit.Aku pun sampai saat ini tidak mengerti tentang hubungan seperti itu. Dalam hal itu juga, hubungan antara kedua orang tuaku. Di antara mereka yang terikat, ada hubungan masa lalu dengan Paman Davian dan tidak bisa kufahami. Mau bagaimana agi, dari keduanya juga tidak ada yang mau menjelaskan secar ajelas padaku.“Dav, harus kukatakan padamu kalau sampai Arthur tidak bisa dikalahkan, maka aku akan hidup d
Aku takt ahu kenapa Arthur begitu amat terobsesi pada Delta. Tidak ada sesuatu yang membuatku meragukan itu. Justru ,aku sangat yakin jika dia memang menargetkan Delta yang ada di muka bumi ini.“Waw! Dia kuat juga, ya? Padahal tadi aku sangat yakin kalau dia sudah kupukul dengan sekuat tenaga,” ujar Aline. Dia mengatakannya dengan santai, seolah lawan yang kami hadapi bukan siapa-siapa.Aku merasa yakin jika bisa mengalahkan Arthur. Hanya saja, tidak se-optimis Aline. Dia seperti memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Baiklah! Dia mungkin sudah menumbangkan Arthur. Namun, bukan berarti dia adalah seseorang kemarin sore yang baru muncul dan bisa diseret sewaktu-waktu untuk dihabisi.Dari semua hal, berpikir bahwa wanita vampire itu—yang mengaku sebagai pasanganku, adalah orang yang lebih tua dariku adalah sesuatu yang mengerikan. Vampire bisa memiliki umur panjang tanpa menua sekalipun. Dan aku, entah kenapa merasa jika pemikiran itu sedikit … menyesakkan.Sebagai pria, harusnya aku y
“Kau pikir aku akan mati semudah itu!?” Aku terjungkal karena tidak terbiasa mendengar suara lantang yang seperti itu. Setelah kabut debu mereda, mereka mulai terlihat sedikit demi sedikit. Dan, hal yang membuatku terkejut untuk setelahnya adalah wanita itu—yang mengaku sebagai pasanganku, berdiri dengan tegak dan jubah yang sudah tidak lagi dipakai. Sedangkan Arthur, werewolf tua itu sudah terjungkang di tanah. Sungguh di luar dugaan! Aku yang sudah melawannya hingga sampai lelah, tidak bisa membuatnya terjungkang seperti itu. Aku ingin tahu seberapa kuat wanita itu, dan bagaimana cara dia melawan Arthur. Ah ... andai aku memiliki penglihatan yang tajam dan bisa menembus pekatnya kabut debu itu, pasti pertandingan yang seru tak akan terlewatkan. “Jujur saja, Mate, aku tadi sempat berpikir untuk menghabisi diriku sendiri saat berpikir kau tiada,” ujarku mengatakan apa yang telah kupikirkan tentangnya.