Share

28. Tubuh yang Seksi

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-23 23:01:43

"Melakukan apa?” Harry mencondongkan tubuh, dengan kedua tangannya yang menghimpit Laura, di tepian meja.

Wanita itu meringis—ketakutan. Dia memang menantang pria itu tadi, tetapi sungguh Laura tak menyangka jika Harry akan melakukan hal yang serupa pada dirinya.

“Jawab aku, Laura. Memangnya aku mau melakukan apa?” tanya Harry lagi dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.

Namun, entah mengapa suara pria itu terdengar cukup mengerikan, hingga membuat Laura merinding.

Maka dari itu, Laura hanya mampu menggeleng pelan. Dia seperti berada di hadapan raksasa yang akan menelannya sekarang juga.

Laura sama sekali tak bisa berkutik. Apalagi saat melihat dada Harry yang bidang, yang membuat jantungnya berdetak tak karuan.

“Aku pasti tak bisa bernapas jika dipeluk oleh pria ini,” batin Laura dengan meringis ngeri.

Tidak!

Tidak!

Kenapa Laura bisa punya pemikiran seperti itu?

Pikiran kotor macam apa yang terlintas dalam benaknya sekarang?

Tak ingin berpikir terlalu jauh, Laura
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   29. Pria Seksi itu adalah Aku!

    Laura lagi-lagi mendengkus tak suka, seraya melirik ke arah Harry yang duduk di sampingnya di dalam mobil. Pria itu terlihat tenang sekali, seolah tak terjadi apa pun, setelah membuat Laura berteriak di dalam ruangannya tadi. “Kenapa melihatku terus? Kau benar-benar ingin—“ “Tutup mulutmu! Kau tidak lihat ada Ethan di sini.” Laura menunjuk Ethan yang sedang menyetir dengan ekor matanya. "Aku tak mau dia jadi salah paham saat mendengar ucapanmu itu, Tuan Thompson yang terhormat." Laura tampak geram dengan Harry sekarang. Akan tetapi, pria itu sepertinya tak mengerti dengan kekesalan yang tergambar jelas di wajah Laura sekarang. “Kau bisa mendengar percakapan kami, Ethan?” tanya Harry dengan santai, yang duduk di kursi penumpang juga. “Tidak, Tuan.” Ethan segera mengambil ear phone, dan menyumpal telinganya dengan benda kecil tersebut. Meski, tak ada suara apa pun, dia tetap bertindak seperti itu untuk menyakinkan Laura dan juga Harry jika dia akan menutup mata dan telin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   30. Bisa Beri Sekretarismu?

    “Eva,” sapa Harry setelah melihat wanita berambut pirang yang baru saja menyapanya. Dia segera menghampiri wanita itu dengan senyum yang dipaksakan. “Aku tak menyangka jika perusahaan event organizer yang dimaksud oleh Tuan Brown adalah milikmu.” Nada suara Harry terkesan seperti sindiran. Dia melihat ke arah pria muda yang berdiri di samping Eva sekarang. “Ya. Aku lupa bilang pada asistenmu. Silakan duduk.” Tuan Brown menyambut kedatangan Harry dengan ramah. Sementara itu, melihat keberadaan Eva, Laura hanya bisa membuang napasnya yang terasa berat, dan segera duduk di samping Harry. Dia ingat dengan jelas siapa wanita ini. “Bukankah kau Laura?” Eva pura-pura terkejut, dan langsung menyapa Laura dengan hangat. “Ternyata kau bekerja pada Harry, ya.” Harry tersenyum dengan ekspresi wajah yang tak suka, ketika mendengar ucapan Eva. “Bisa kita bahas tentang pekerjaan saja?” “Iya, tentu, Tuan Thompson," sahut Tuan Brown dengan senyum yang merekah. Tuan Brown tampak beru

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   31. Jangan Terlalu Berharap

    Tawa Harry menyembur begitu dia mendengar permintaan Tuan Brown. Melihat bagaimana Harry yang tiba-tiba saja tertawa, Tuan Brown mengikuti pria itu. Meski tak tahu mengapa tiba-tiba Harry tertawa, dia tetap mengikutinya. Harry mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya. Perutnya terasa kaku, tetapi setelah itu suara tawanya yang beberapa saat lalu begitu keras kini lenyap seketika. Melihat Harry menghentikan tawanya, dan menatap Tuan Brown dengan tajam, pria itu pun akhirnya ikut terdiam. Harry menatap Tuan Brown dengan sinis, seraya berpangku tangan. “Apa kau berpikir dia wanita yang seperti itu?” “Eh, itu ... maksudku, hal seperti itu bukan hal yang tabu lagi. Sudah jadi rahasia umum bagi kalangan seperti kita, Tuan Thompson," jawab Tuan Brown dengan rasa percaya diri yang tinggi. Harry tersenyum sinis, lalu berdecak kesal. “Tuan Brown, kuperingatkan untuk yang pertama dan terakhir kalinya, jangan pernah memikirkan hal kotor tentang sekretarisku.” Mendengar jawaban Har

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   32. Sikap Harry yang Aneh

    “Harry—” “Ayo, kita pulang!” Harry langsung menarik tangan Laura begitu wanita itu muncul di hadapannya. “Kita pulang sekarang? Tapi, tasku masih di dalam.” Harry berbalik, kemudian dia menatap Ethan yang sedang mengekor di belakangnya. “Kau dengar, Ethan? Ambil tasnya sekarang.” “Baik, Tuan.”Setelah itu, Harry melanjutkan langkah kalinya. Dia memegang tangan Laura dengan kuat, membawa wanita itu untuk segera keluar dari dalam restoran. Dia tak mau jika lelaki hidung belang yang ada di dalam tadi, melihat Laura kembali. Sementara itu, seraya berjalan, Laura menatap tangan dan tubuh Harry yang sedang menariknya secara bergantian. Dia tak berani membuka mulut, saat menyadari jika situasi sekarang tidak baik. Apalagi saat melihat wajah Harry yang merah padam, saat menghampirinya tadi. Pria itu tampak sangat marah. “Masuk!” perintah Harry setelah membuka pintu di kursi di depan. Dia menatap Laura dengan garang, seolah tak ingin wanita itu banyak bertanya. Setelah Laura masuk,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   33. Sebenarnya Peduli?

    Laura menatap mobil hitam milik Harry yang melesat meninggalkannya seorang diri di tepi jalan. Wanita itu menghela napas panjang, mencoba untuk membuang semua rasa kesalnya. “Dasar pria gila!” teriak Laura pada akhirnya. Dia sudah berusaha untuk tidak marah, tetapi nyatanya tidak bisa. “Bisa-bisanya dia meninggalkan aku di sini sendiri? Tanpa ponsel dan juga tas. Awas saja kau, ya!” Napas Laura terengah-engah setelah dia selesai mengeluarkan semua umpatan dan makian pada Harry. Pria itu benar-benar tak punya hati. Memangnya Laura melakukan kesalahan apa hingga harus diturunkan di pinggir jalan seperti sekarang? Jika harus marah, seharusnya dialah yang marah pada Harry karena hampir membuatnya celaka tadi.Kenapa yang terjadi justru sebaliknya? Laura menyadari jika sejak pulang dari restoran tadi, sikap Harry berubah drastis. Pria itu menjadi tak karuan, dan terlihat sangat marah pada dirinya. “Sekarang aku harus bagaimana coba?” Laura tampak kebingungan, sembari menendang jala

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   34. Ikut Kemana?

    “Semangat!” Ethan mengepalkan kedua tangannya, dan tersenyum lembut, begitu Laura hendak memasuki ruangan Harry.Melihat itu, bibir Laura terangkat—tersenyum miring. “Sialan! Ini gara-gara kau juga.”“Sorry.” Ethan langsung pergi begitu saja, meninggalkan Laura seorang diri untuk masuk ke dalam kandang singa sekarang juga. Terdengar hembusan napas panjang saat Laura memegang gagang pintu ruangan Harry. Dia sudah bicara keterlaluan tadi, dan sekarang mungkin pria yang ada di dalam sana akan lebih marah.Namun, berdiam diri juga tak akan membuat Laura tenang. Dia lebih baik dimarahi di dalam sana, daripada di luar sini, dan menjadi perhatian banyak orang. Jadi, Laura memberanikan diri untuk masuk perlahan begitu membuka pintu, matanya menelisik ke setiap sudut ruangan besar itu, tetapi sayangnya dia tak menemukan keberadaan Harry sama sekali.Alisnya kanannya terangkat. “Ke mana dia?”Laura segera masuk, dan menutup pintu secara perlahan. Wanita itu mendekati meja kerja Harry. Komput

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   35. Aku Cantik?

    Laura pikir Harry akan melakukan sesuatu yang menakutkan kepadanya. Sepanjang perjalanan tadi, wanita itu tak henti-hentinya merasa gugup dan juga takut, seraya merapal banyak doa kepada Tuhan untuk keselamatan dirinya. Harry menjadi lebih pendiam di perjalanan tadi, hingga membuat asumsi buruk dalam kepala Laura terus bermunculan. Namun, siapa sangka pria itu justru melakukan hal yang sebaliknya. “Kita mau apa ke sini?” “Melihat gaun pernikahanmu,” jawab Harry santai, yang langsung membuat Laura melotot. “Jangan melotot seperti itu? Aku sudah bilang kan sebelumnya, gaun pernikahanmu sudah hampir selesai. Sekarang desainernya meminta kita datang untuk melihat hasilnya.” “Bukan. Bukan seperti itu. Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau kita mau kesini. Aku hampir mati ketakutan tadi.” Harry menggeleng pelan, dengan senyum yang coba disembunyikan, dan langsung turun dari dalam mobil. “Kau ingin turun sekarang apa nanti?” Mendengar pertanyaan Harry, Laura bergegas turun. Dia tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   36. Sikap yang Ambigu

    “Kau hanya belum beruntung saja.” Laura menjawab dengan senyum tipis. Jackson tertawa kecil untuk mencairkan suasana, begitu mendengar jawaban yang dilontarkan Laura. Pria itu bahkan sampai mengusap air mata yang muncul di sudut matanya. “Sudahlah. Jangan bahas tentang aku lagi. Sekarang beritahu siapa calon suamimu? Kau belum ada memberitahukannya padaku, kan?” “Itu—“ Laura menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. “Kau akan tau sendiri nanti. Makanya kau harus datang, dan aku akan memperkenalkanmu secara langsung dengan dia.” Jackson mencebikkan bibirnya. “Dasar! Oke, lah. Aku ingin lihat seperti apa pria yang bisa memberimu apa yang selama ini tidak kau dapatkan.” “Dia ... tampan.” Laura berkata dengan gugup. Dalam hatinya dia mengutuk diri sendiri karena telah memuji Harry yang menyebalkan itu. “Lebih tampan dari aku?” tanya Jackson sembari memasukkan sesuap cake red velvet ke dalam mulutnya. Matanya sesekali melihat ke arah Laura yang tampak salah tingkah. “Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02

Bab terbaru

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   46. Percaya Padaku, Laura

    "Kau memecatku?" tanya Laura dengan ekspresi tak percaya. "Memangnya aku melakukan kesalahan apa?” Harry mengendikkan bahunya. “Kau kan sudah mendapatkan bayaran mahal dariku. Jadi, jangan serakah!” “Bukan seperti itu ... kontrak kerja kita tidak seperti itu. Aku tidak bisa mengundurkan diri sebelum masa akhir kontrak, kau juga tidak bisa memecatku seenaknya!” sanggah Laura yang masih tidak terima dengan keputusan Harry yang tiba-tiba. Pria itu memecatnya tanpa pemberitahuan. Laura bukan serakah, dia hanya ingin bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang, sebelum nanti berpisah dengan Harry. Setidaknya, Laura harus punya persiapan sebelum berstatus janda nanti. “Aku tidak memecatmu seenaknya. Aku punya alasan untuk itu, Laura." “Apa alasanmu? Beritahu aku sekarang!" Harry langsung menjentikkan jarinya di depan Laura yang masih terlihat bingung. “Kau tidak membaca se

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   45. Rumah Baru

    "Aktingmu tadi sangat luar biasa, Harry." Harry melihat Laura yang sedang bertepuk tangan dengan wajah riang. Lalu, setelah itu Laura segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, yang mana semakin membuat Harry kebingungan. "Maksudmu?" "Kau membelaku di depan ibu mertuaku. Harus kuakui kau cocok jika menjadi aktor," sindir Laura dengan melipat kedua tangan di depan dada. Sungguh, dia nyaris terbawa perasaan karena perlakuan Harry tadi. Harry bersikap sangat baik, seolah dia benar-benar mempercayai dan mencintai Laura di depan ibunya. "Bayaranku akan sangat mahal. Mereka tidak akan mampu membayarnya." "Dasar narsis!" "Sekarang apa yang akan kau lakukan?" "Tidur. Apalagi? Aku masih libur, kan?" Laura meletakkan ponselnya, dan langsung menatap Harry yang juga sedang melihat ke arahnya. Pria itu hanya meng

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   44. Ibu Mertua

    Kata-kata yang terlontar dari mulut Harry tadi benar-benar membuat hati Laura sakit. Tidak! Bukan karena Harry yang berkata tidak akan menyukainya. Lagi pula, dia memang tidak pernah berharap akan hubungan mereka ini. Walaupun malam tadi, terlintas keinginan dalam benaknya untuk bisa memiliki Harry, tetapi setelah sadar Laura segera membuang jauh-jauh semua pemikirannya itu. Hanya saja, perkataan Harry tadi terlalu kejam. Dia berkata seolah-olah Laura adalah wanita menjijikan, yang tak pantas untuk dicintai siapa pun. "Ya, aku sadar dengan posisiku dan juga siapa diriku," ujar Laura dengan suara pelan, setelah beberapa saat terdiam. Wanita itu hanya bisa membuang napasnya dengan kasar. Berharap dengan itu, dia juga bisa membuang semua rasa sesak di dalam hati yang tiba-tiba hadir. Melihat raut wajah Laura yang berubah, Harry pun terdiam. Tenggorokannya terasa seperti tercekat, saat dia hendak menjawab ucapan dari wanita di hadapannya ini. "Kau turun duluan saja.

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   43. Aku Tidak Akan Menyukaimu!

    “Segera bersiap-siap, orang tuaku, dan teman-temanku menunggu di bawah. Kita akan sarapan bersama.” Laura hanya mendengus mendengar perintah Harry. Dia menatap pria yang sudah rapi dengan pakaian santainya, dengan tatapan tidak suka. “Kau turun saja lebih dulu. Aku akan menyusul.” Tangan Harry yang sedang memakai jam tangan berhenti. Pria itu menoleh, dan melihat wajah Laura yang masam. “Kita turun bersama!” ujar Harry dengan tegas. “Kenapa wajahmu seperti itu? Kau mau semua orang tahu jika pernikahan kita ini hanya kontrak saja?” “Aku tidak akan seceroboh itu, Tuan Harry Thompson! Akan kupastikan semua orang percaya jika kita saling mencintai.” Laura langsung menyunggingkan senyumnya, walau terpaksa. Dia masih kesal dengan sikap Harry saat baru bangun tidur tadi. “Memang seharusnya begitu. Aku membayarmu dengan mahal, sudah sepatutnya kau melayani aku,” sindir Harry yang la

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   42. Wanita Bayaran?

    Mendengar ancaman dari Harry, Laura terpaksa diam. Wanita akhirnya hanya bisa pasrah berada dalam pelukan pria besar yang ada di bawahnya. Setelah saling diam, tanpa suara sama sekali, Harry menurunkan tubuh Laura ke sisinya. Pria itu berbaring miring, dan memeluk Laura yang lagi-lagi dibuat terlonjak dengan tingkah Harry. Sungguh, Laura tak bisa menahan debaran di dalam dadanya, ketika tangan besar Harry melingkar di atas perutnya yang ramping. “Pejamkan matamu!” bisik Harry tiba-tiba, yang langsung membuat Laura memejamkan matanya dengan cepat. “Gadis pintar. Selamat malam!”Laura bergeming. Wanita itu hanya bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri yang berdebar dengan kuat. Tubuhnya terasa kaku karena ini pertama kalinya dia berada sedekat ini dengan seorang pria. Setelah mendengar suara napas Harry yang teratur, Laura memberanikan diri untuk membuka matanya. Dia memiringkan wajahnya, hingga tatapan matanya bisa bertemu langsung dengan wajah Harry yang tampak damai.

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   41. Gara-gara Laura

    "Harry, kenapa kau diam saja?" cecar Austin lagi. "Bagaimana dengan pertanyaan Dominic? Kau memaksa sekretaris-mu untuk menjadi istrimu?"“Brengsek!” Harry memaki Austin. Pria itu mengusap wajahnya karena tiba-tiba saja merasa gugup. "Aku bukan pria seperti itu. Kami menikah karena memang sudah waktunya," sanggah Harry, tampak menyakinkan kedua temannya. Austin masih tampak belum puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh temannya itu. "Jadi, kalian benar-benar saling mencintai, kan? Ini bukan pernikahan "palsu", kan, Harry?" Begitu juga dengan Dominic. Bedanya pria itu hanya diam dan mengamati gerak-gerik Harry yang jelas terlihat gelisah. "Kurasa kau mulai mabuk, Austin? Pertanyaanmu tak masuk akal!" Harry kembali mengambil botol wine dan menuangkannya ke dalam gelas. Dia tak mau jika Austin terus-menerus membahas tentang dirinya dan juga Laura. Maka dari itu, Harry berusaha untuk mengalihkan perhatiannya sendiri, d

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   40. Rasa Curiga Dominic

    “Kepastian tentang kapan kontrak pernikahan kita akan berakhir?” Deg! Harry tertegun. Pria itu diam dengan tatapan yang penuh arti. Sebelum ini, mereka memang tidak pernah membahas tentang kapan akhir kontrak mereka. Bahkan, Harry tak pernah memikirkan tentang hal itu dari kemarin. “Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?” Laura berjalan menghampiri Harry yang berdiri mematung. “Aku hanya butuh kepastian. Aku tidak mau terus hidup dalam kepura-puraan seperti ini.” Harry memandang mata biru milik Laura yang menyiratkan banyak arti. Wanita itu berubah menjadi sedikit pendiam dari pagi tadi, apa ini alasannya? Dengan membuang wajahnya, Harry berkata dengan suara yang dingin. “Kalau begitu ingat baik-baik, kontrak pernikahan kita akan berakhir jika masing-masing dari kita sudah menemukan orang yang kita cintai.” Laura menga

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   39. Kapan Kontraknya Berakhir?

    Resepsi pernikahan Harry dan Laura berlangsung dengan mewah. Banyak tamu undangan yang hadir dari kalangan kelas atas, rekan bisnis Harry dan Tuan Thompson juga. Harry dan Laura terus menebar senyum kepada setiap orang yang memberi selamat pada mereka. Wajah Nyonya dan Tuan Thompson juga tampak gembira, meski awalnya Nyonya Thompson terus menolak Laura, sekarang mau tak mau dia harus menerima wanita itu sebagai menantunya. Senyum Harry mengembang, dan wajahnya tampak senang begitu melihat kedua sahabatnya datang. “Selamat, Bro. Akhirnya kau menyusul kami juga.” Austin memeluk Harry dengan perasaan haru. Begitu juga dengan Dominic. Pria tampan itu datang dan memberikan selamat kepada Harry dan juga istrinya. “Aku pikir kau sudah mati rasa.” “Sialan!” Harry memukul dada Dominic dengan tawa pelan. “Aku masih normal, kan? Kalian saja yang tidak sabar.” “Uncle Harry.” Leo dan Felix memanggil Harry secara bersamaan. Kedua anak laki-laki yang sama-sama memakai tuxedo

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   38. Pernikahan Tanpa Cinta

    Satu hari bersama Harry sama seperti satu pekan rasanya. Laura tak henti-hentinya dibuat bertanya-tanya dengan sikap Harry yang berubah-ubah. Pria itu kadang bersikap manis, tetapi dia lebih sering bersikap menjengkelkan. Seperti pada malam tadi, Harry tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam kamar Laura. Entah apa yang pria itu pikirkan, dia langsung tertidur begitu saja, tanpa peduli ketika Laura berusaha mengusirnya. Kini, Laura tampak menghela napas panjang di depan cermin. Bayangan hari kemarin yang dia habiskan terasa begitu panjang. Hingga tak terasa, hari ini pun tiba. Laura menatap dirinya sendiri di depan cermin. Wajahnya sudah dipoles dengan make up yang membuat wajahnya tampak segar. Gaun putih pengantin yang dicoba beberapa hari lalu, entah kenapa sekarang tampak berbeda di matanya. Gaun itu tampak begitu pas, dan membuat Laura tampak sangat indah. “Anda sangat cantik, Nona.” Lamunan Laura buyar. Dia menatap ke arah penata rambut yang juga sedang ters

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status