Beranda / Romansa / Deadline Cinta Akira / Part 10. Paket Berdarah

Share

Part 10. Paket Berdarah

Penulis: Ana'na Bennu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-16 15:00:00

       Sebelum melanjutkan perkembangan kasus penemuan mayat mutilasi, Akira terlebih dahulu mampir ke rumah kosnya, ia lupa memasukan kabel carger gawainya ke dalam tas ranselnya sebelum berangkat ke kantor pagi tadi. Saat tiba di depan kos, ia melihat Romlah sang ibu kos tengah membawa sebuah kotak berukuran sedang.

          "Paket buat siapa, Bu? tanya Akira saat baru saja kembali dari kantor.

          "Tadi ada yang mengantarkan ini. Katanya titipan untuk Mbak Akira. Nih ada namanya," ucap Romlah ibu kos sambil menunjukan selembar kartu bertuliskan nama Akira. 

         "Tapi tak ada nama pengirimnya ya, Bu?" 

         "Iya ya, atau mungkin saja kejutan dari kampung, Mbak," jawab wanita paruh baya itu. 

          "Hmm ,,, ya sudah makasih ya, Bu," ucapnya tersenyum sembari membuka pintu kamar. 

         "Tumben ada kiriman paket, apa dari kampung ya? Tapi biasanya kak Sari selalu bilang kalau mau mengirim barang," gumamnya bertanya-tanya sambil membuka  plastik pembungkus kotak itu. 

         "Haa, boneka?" ucapnya merasa aneh.

         "Astagfirullah!" teriaknya terkejut saat melihat benda kecil mengkilat menusuk tepat di dada boneka hello kitty itu.

         Jantungnya semakin berdegub kencang saat menarik selembar kertas berwarna merah yang terselip di antara mata pisau dan boneka imut berwarna putih itu. 

         "Ya Allah! ini darah! apa maksudnya?" ucapnya perlahan sambil memberanikan diri menyentuh dengan ujung jarinya. Kertas yang kaku karena darah yang mulai mengering, entah darah siapa ia tak tahu.

          "BERHENTI MENULIS BERITA LIMBAH PABRIK. JIKA TAK INGIN NASIBMU SEPERTI BONEKA CANTIK INI!"

          "INGAT JANGAN CERITAKAN PADA SIAPAPUN. KARENA KAMI SELALU MENGAWASIMU!"

           Napasnya tersengal dengan  tubuh gemetar. Seketika keluar keringat dingin dari pori-pori tubuhnya karena merasa sangat takut. Ini jelas merupakan ancaman. Secara refleks ia menatap ke arah jendela. Terlihat 3 orang dengan badan besar, berambut gondrong dan bertato tengah duduk tak jauh dari rumah kos tempatnya tinggal. Mereka tampak asing baginya, karena memang tak pernah melihat sebelumnya.

          "Ya Allah, aku takut!" lirihnya. 

          "Orang-orang itu kini mengetahui keberadaanku. Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya pelan.

         

          Gadis itu cepat menguasai diri, memastikan pintu dan jendela terkunci rapat. Ia pun teringat pesan Ramdan, jika menemui masalah untuk segera menghubunginya. Namun, pesan agar tidak menceritakan kejadian ini kepada siapa pun masih membuatnya dilema. 

         "Ya Allah bagaimana ini? bila aku menghubungi seseorang bisa saja nanti mereka bertindak nekat," ucapnya bimbang.

          "Ah tidak, aku harus cepat bertindak," gumamnya sembari mengambil gawai dari dalam tasnya untuk selanjutnya menghubungi Ramdan.

          "Assalamualaikum, P- ak" ucapnya lirih di ujung telepon dengan suara tercekat. 

         "Waalaikumsalam, Akira," jawab Ramdan.

          "Kamu kenapa Ra? Ada masalah? Ceritakan sama saya," kata Ramdan berusaha menenangkan gadis itu.

           "Begini, Pak. Saya lagi terancam," ujarnya.

         "Maksudnya apa, Ra?" 

         "Siapa yang mengancam?"

         "Bapak masih ingat berita tentang pencemaran limbah perusahaan yang dituntut warga,?" tanya Akira.

           "Iya. Kenapa Ra?"

           "Sepertinya ada orang-orang yang nggak senang berita itu kita muat di surat kabar. Baru saja saya dapat kiriman paket berisi ancaman, Pak untuk menghentikan beritanya. Kalau tidak mereka bisa bertindak nekat," jelasnya.

         "Oke sekarang saya paham. Sekarang kamu dimana?"

          "Saya di kos, Pak. Nggak berani keluar. Sepertinya mereka sudah mengawasi gerak-gerik saya," kata Akira seraya menjelaskan ada beberapa pria yang menunggu di luar kosnya.

          "Ya sudah. Tunggu saja di kamar, saya segera ke sana. Pastikan semua akses masuk terkunci. Dan jangan dibuka sebelum saya datang," pinta Ramdan.

           Waktu berjalan terasa sangat lamban. Menunggu Ramdan datang rasanya seperti sebulan. Terlebih, dua dari beberapa pria yang mengawasi kediamannya dari jauh mulai mendekat. Sementara kondisi kos setiap pagi memang selalu sepi karena sebagian besar penghuninya pergi untuk melakukan aktifitasnya masing-masing.

         "Yaa Allah ... tolong saya," harap Akira lirih. Gadis itu semakin gelisah sembari terus melafaskan zikir dan doa memohon perlindungan dari sang khalik.

         Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ketukan dari luar kamar kosnya.

         "Tok ... tok ... tok"

          Tak berani membukakan pintu, Akira diam layaknya sebuah patung. Keringat terus mengucur dari wajahnya. Tubuhnya gemetar, memikirkan apa yang akan terjadi.

          "Tok ... tok ... tok"

          Kali ini suara ketukan dari luar pintu semakin keras. Membuat wajah Akira semakin pucat. Dari dalam kamar ia mendengar secara samar percakapan kedua pria yang dilihatnya dari jendela tadi.

         "Brakkk" 

         Suara pintu berusaha di buka paksa dari luar. Dengan sekuat tenaga Akira berusaha mempertahankan satu-satunya benteng pelindung. Kemudian lemari yang berada di sudut ruangan didorongnya untuk mengganjal pintu. Namun kekuatan pria yang berusaha masuk ke kamar kos, tak sebanding dengan Akira.  Pintu kamar kos pun terbuka secara paksa. Sontak, Akira lari bersembunyi ke bawah ranjang yang sempit dan pengap. Nafasnya terasa terhenti. Tubuhnya semakin gemetar. Meski beberapa kali ia berusaha menenangkan diri, tapi tetap saja tidak dapat menutupi perasaan takutnya.

          "Prakkk ... prakk ... prakk ... jangan bersembunyi gadis cantik. Kami tahu engkau di dalam," ucap salah seorang pria dengan suara parau sambil memukulkan benda keras yang dipegangnya.

          Akira terus diam membisu. Terlebih, langkah kaki kedua orang tersebut kini terhenti tepat di sisi ranjang tempatnya bersembunyi.

Tiba-tiba tangan seorang pria menarik kakinya secara paksa keluar. Akira terus berusaha mempertahankan dirinya agar tak tertangkap. Namun apalah daya, kekuatannya tak sebanding dengan dua orang pria bertato dan bertubuh tinggi itu.

          "Lepaskan saya!"

            "Tolong!" teriak gadis itu berharap suaranya terdengar seseorang di luar kamar. 

              "Hahaha. Di luar sepi tak ada orang jadi ikut kami jangan banyak tingkah!" umpat lelaki bertubuh tinggi. 

            "Siapa kalian?" teriak Akira sambil terus meronta berusaha melepaskan cengkraman salah satu pria.

             "Mau apa kalian!" sentak Akira sambil menendang paha salah satu dari kedua pria itu. 

           "Sial!" umpat pria yang terkena tendangan brutal Akira. 

          "Sudah diam! Ikut kami menghadap bos. Karena ulah kamu, bikin masalah besar!" bentak pria yang berusaha menarik Akira keluar pintu kamar kosnya.

                Kondisi di luar kos pada saat itu sedang sepi. Walaupun berteriak suaranya  tak akan terdengar karena mulutnya dibekap dengan lakban hitam tebal. Sementara kedua tangannya terikat.  Akira ditarik dengan kasar dan didorong masuk ke dalam sebuah mobil hitam yang telah menunggu di parkiran kos. 

                Saat pintu mobil hendak ditutup tiba-tiba sebuah hantaman keras mendarat di tubuh pria pertama. Ya, Ramdan datang bak super hero tanpa basa-basi langsung menghajar pria yang berusaha membawa paksa Akira. Dengan wajah khawatir, netra gadis berjilbab itu terus melihat aksi Ramdan melumpuhkan kedua pria tadi. Akhirnya, dengan kemampuan beladiri yang dimilikinya, kedua pria tersebut berhasil dilumpuhkan.

          "Kamu tidak apa-apa, Ra?" tanya Ramdan sembari membuka lakban yang menutup mulut gadis itu. 

           "Iy ... a, Pak," jawabnya dengan mata berkaca-kaca. 

          Ramdan lalu melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Akira. 

           "Sebentar lagi polisi akan datang. Sebelum kesini saya sudah hubungi. Jadi kamu tenang saja," ucap Ramdan.

           Tak lama berselang,  dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara sirine mobil polisi yang makin lama makin mendekat. Dua buah mobil polisi itu kemudian berhenti tepat di depan rumah kos-kosan yang ditempati Akira. Dengan sigap turun beberapa pria berbadan tegap lengkap dengan senjata dan atribut kepolisian. Mereka langsung mengamankan para pelaku penyerangan. Dengan tangan terborgol mereka selanjutnya dibawa masuk ke dalam mobil polisi. Sontak, pemandangan ini jadi pusat perhatian warga sekitar yang terkejut dengan kehadiran polisi.

            Sementara itu, Romlah yang baru saja pulang dari pasar juga tampak kebingungan dengan kejadian yang disaksikannya. Bergegas ia masuk ke dalam rumah untuk mencari tahu perihal yang terjadi.

           "Lho barusan ada apa yah. Kok banyak polisi?" tanyanya pada Basuki Ketua RT yang juga datang ke rumah itu.

          "Begini, Bude tadi Akira di serang orang. Tapi syukurnya ada nak Ramdan yang cepat datang menolongnya. Jadi bisa selamat," jelasnya.

          "Lha terus Akiranya sekarang di mana?" tanyanya lagi sambil mengarahkan netranya kesana-kemari.

          "Masih di kamarnya bersama polisi dan Nak Ramdan untuk dimintai keterangan," jawab Basuki.

To Be Continued ...

Bab terkait

  • Deadline Cinta Akira   Part 11. Liburan

    "Kamu nggak apa-apa nak Akira?" tanya Romlah yang merasa khawatir akan keselamatan Akira. "Iya, Bu saya nggak apa-apa," jawabnya singkat. "Oh gitu ya udah, nanti kalau ada perlu apa aja panggil ibu yah," ucap Romlah. Bagi wanita paruh baya itu, Akira bukan hanya sebagai penyewa kos-kosan miliknya saja, tapi sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Maklum saja, sejak pindah dari Sulawesi 6 tahun lalu, gadis berjilbab itu langsung memilih tempatnya sebagai tempat berteduh. Sehingga ia tahu benar bagaimana keseharian Akira. "Baik saudari Akira, keterangannya sudah cukup. Silahkan istirahat. Nanti perkembangan selanjutnya akan kami kabari," ucap salah seorang petugas penyidik kepolisian. "Baik, Pak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Deadline Cinta Akira   Part 12. Awal Petaka

    Gadis itu merapikan hijabnya yang sedikit berantakan akibat tidurnya yang cukup pulas selama perjalanan. Lalu perlahan beranjak keluar dari mobil. Mengamati satu-persatu rekan sejawatnya yang telihat bersemangat. "Selamat pagi menjelang siang, Putri tidur," sapa Ramdan yang berada tak jauh dari mobil. "He-eh, semangat pagi menjelang siang, Bos," ucapnya bersemangat. "Pantainya indah ya, Ra," ucap Ramdan sambil menjajari langkah Akira yang berjalan ke arah Meta dan karyawan lain yang tengah sibuk menghamparkan terpal di bawah sebuah pohon besar. "Iya, bos. Senangnya bisa ke pantai," jawabnya sembari merentangkan kedua tangannya lebar. "Saya ke sana dulu ya, Bos," ucapnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Deadline Cinta Akira   Part 13. Cinta Ditolak

    Bulir-bulir kecil jatuh dari kelopak mata Akira saat meninggalkan ruangan Edy. Gadis itu tak menyangka jika pria yang dikenalnya baik itu ternyata bisa bersikap kasar. Air matanya pun masih mengalir, sampai akhirnya Meta datang menghampiri. "Widih, pagi-pagi sudah sedih. Ada apa puteri cantik?" sapa Meta yang langsung duduk sambil memeluk sahabatnya itu. Akira tak menjawab, ia hanya diam sambil mengusap air mata yang keluar. "Coba katakan siapa orang yang berani menyakiti sahabat aku ini?" tanya Meta. Akira pun menceritakan masalah yang dialaminya kepada Meta. "Wah nggak bisa dibiarkan, Mas Edy ini. Biar saya bicara sama dia!" ucap Meta sambil berdiri ingin mendatangi ruangan Edy.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Deadline Cinta Akira   Part 14. Retaknya Hati Edy

    Flash Back "Jangan pernah kembali ke sini lagi! aku sudah muak melihat wajahmu! cepat pergi dan jangan membawa seperserpun harta milikku. Dasar wanita gila!" teriak Baskoro dengan geram. "Baiklah, aku akan pergi dari sini tapi tolong biarkan aku membawa putraku. Aku mohon ,,," ucap wanita cantik di hadapannya memelas. "Jangan mimpi kamu, sudah kukatakan tidak ada yang boleh kau bawa selain dirimu dan pakaian yang melekat di tubuhmu saat ini, termasuk Edy putraku!" cepat pergi sebelum dia terbangun!" usir pria itu tak sabar. "Tapi Edy juga anakku, Mas," bantah Samara tak terima. "Iya, kamu memang melahirkannya tapi bukan kamu yang merawat dan membesarkannya kan? jadi dia tetap bersamaku sampa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Deadline Cinta Akira   Part. 15 Ibu Sakit

    Sudah 3 bulan berlalu sejak ibu memberi tenggat waktu bagi Akira untuk menemukan calon suaminya. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda akan kehadiran sosok yang dinantikan itu. "Aduh jadi siapa yang akan aku bawa menghadap mama di kampung ya?" ucapnya berpikir keras. Sungguh masalah yang rumit, padahal sudah ada Edy yang berkali-kali memintanya menjadi kekasih namun ia tolak. Begitu juga dengan Akrom yang jelas-jelas kata ibunya pria paling sempurna untuk menjadi pendamping hidup. Lalu apa lagi yang ia cari. Mengapa belum juga ada titik terang? Entahlah Akira sendiri belum bisa bepikir jernih untuk masalah itu. "Aduhh ... pusing kepalaku, Mak!" teriaknya sambil menutup mulut dengan bantal.  

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Deadline Cinta Akira   Part.16 Akira Harus Pulang

    "Baiklah. Besok pagi segera urus administrasi perijinan langsung di kantor," ucap Ramdan. "Terima kasih banyak, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang ya, mau packing," ujarnya girang. Sementara Ramdan yang belum beranjak dari duduknya nampak termangu. Melihat antusiasnya gadis itu pergi meninggalkan dirinya. Ia mendengar percakapan Akira dengan sang kakak. Gadis itu begitu peduli kepada keluarganya khususnya sang ibu. Itulah sebabnya tanpa berpikir panjang ia langsung memberinya ijin cuti. Namun jauh di lubuk hati, ada perasaan tak rela bila gadis itu pergi. Sepertinya Ia akan merasa kehilangan sosok ceria yang kini mulai akrab dengan dirinya. "Semoga ibunya cepat sembuh agar Akira bisa kembali ke kantor lagi," harapny

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Deadline Cinta Akira   Part.17 Kesulitan Biaya

    "Mama ... Ira sudah datang, Mak ,,,!" teriak Akira sambil berlari memeluk ibunya yang masih terbaring di ranjang pasien. "Aduh jangan kencang-kencang peluknya, Ra. Mama kan masih sakit," tegur Sari yang melihat ibunya meringis saat Akira dengan sekonyong-konyong memeluk ibunya. "Eh maaf, Ma. Ira lupa hehe," ucapnya cengengesan. Ia begitu sedih melihat ibunya yang terbaring lemah. Tak terlihat sosok yang selalu menceramahinya dengan cerewet. Akan tetapi ia tak ingin menunjukan kesedihannya di depan ibu. Ia justru harus tetap ceria agar ibunya pun semangat untuk sembuh. "Mama cepat sembuh yah. Ayok kita pulang ke rumah. Ira jauh-jauh ke sini kan nggak mau lama-lama di rumah sakit. Maunya di rumah saja sama

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Deadline Cinta Akira   Part 18. Ketemu Calon

    Part 18. Ketemu Calon Pov Akrom Ibu menelpon meminta aku untuk menjemput Akira di bandara. Wah Akira akan datang? apakah aku harus senang? entahlah belum ada perasaan apapun untuknya. Akira adalah gadis yang dijodohkan denganku. Ia adalah putri bungsu dari Om Baharuddin, sahabat karib ayahku. Hari itu, saat aku sedang berada di Makassar, baru saja selesai mengontrol toko kain kami yang letaknya tak jauh dari bandara. Langsung saja aku datang ke bandara untuk menjemput Akira. Bagaimana wajahnya, yah? seingatku saat kecil dulu, tubuhnya lumayan gendut sehingga tak jarang dirinya menjadi bahan ejekan anak-anak nakal di sekolah. Akan tetapi, walaupun anak itu bertubuh gempal gerakannya lumayan gesit. Ia bahkan kuat berlari mengejar anak-anak yang berani mengejek dirinya dengan sebutan 'Ira gendut'. Entah apa yang dia lakukan kepada mereka yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06

Bab terbaru

  • Deadline Cinta Akira   Part 57. Ulat Bulu Datang

    Part57. Ketika Ulat Bulu Datang Pagi itu Mufidah berencana untuk menemani putranya di rumah. Setelah beberapa hari sebelumnya ia selalu pergi meninggalkan demi restorannya yang sedang berkembang pesat. Meskipun ada Yanti orang kepercayannya yang bisa menghandel, tetap saja ia harus memantau secara langsung agar tidak terjadi kecurangan dalam pengelolaan keuangan di setiap cabang resto miliknya. "Sayang, bagaimana kakinya? apa masih sering terasa sakit?" tanyanya pada Ramdan yang sedang berjalan mengelilingi kolam renang yang ada di sayap kanan rumah mereka. "Baik," jawabnya cuek. Lelaki itu bahkan tak menoleh saat Mufidah berjalan menghampirinya. "Obat nya sudah diminum, Nak?" katanya sambil berdiri tak jauh dari putranya yang kini duduk di tepi kolam. Lelaki itu membiarkan kakinya tenggelam dal

  • Deadline Cinta Akira   Part56. Sepi

    Part56. SepiPoV Ramdan "Bi ...! tolong ambilkan ponsel saya di kamar!" teriakku pada Bi Ijum. Wanita itu segera berjalan tergesa menuju kamarku. Tak lama kemudian datang dengan ponsel di tangannya. "Ini, Den," ucapnya sopan. "Ada lagi yang perlu Bibi bantu?" tanyanya sebelum berlalu. "Tidak ada. Trima kasih, Bi," sahutku. "Oh ya, Mama biasa pulang jam berapa dari restonya?" tanyaku. "Biasanya sore kalau normal, Den. Tapi kalau sedang sibuk Nyonya bisa sampai malam," jelasnya. "Kalau butuh apa-apa, panggil Bibi saja, Den," katanya tersenyum. Wanita paruh baya itupun berlalu dari hadapan

  • Deadline Cinta Akira   Part 55. Berpisah

    Part 55. Berpisah "Saya pamit pulang ya, Pak." Lelaki itu tak menyahut, padahal posisi kami tidak jauh, hanya berjarak 1 meter pasti dia bisa mendengar ucapanku. Tapi kenapa tak merespon, apa dia melamun? "Pak ! saya pamit mau pulang," kataku lagi mengeraskan suara. Ia menoleh dan menatapku intens dari atas hingga ke bawah, seperti sedang menilai penampilanku. "Kenapa pulang? Apa kamu lelah membantuku?" ucapnya pelan namun cukup membuatku tersindir. Ah lagi-lagi aku merasa serba salah. Aku pulang ini karena ingin menemui mamak dan keluarga, tapi meninggalkan lelaki yang telah mengalami kecelakaan karena berniat menjemputku ini rasanya sangat membuatku putus asa. "Tidak, Pak. Saya akan kembal

  • Deadline Cinta Akira   Part54. Amnesia

    Part54. Amnesia "Nggak usah sok baik, aku bisa jalan sendiri, Kok!" ketus Ramdan saat aku mencoba membantu bangkit dari posisinya yang kini terduduk di rumput taman. "Astaga orang ini, nggak bersyukur banget ada yang mau bantu! Coba kalau bukan bos ku sudah kutinggalkan dari tadi orang ini!" omelku kesal. "Apa kamu bilang?" sentaknya. "Eh ng--nggak ada bilang apa-apa kok, ayo jalan lagi! atau bapak mau istirahat dulu sambil makan? sahutku asal. "Tidak usah! saya jalan lagi saja!" ucapnya sambil berusaha bangkit dari duduknya dengan tangan bertopang pada tiang lampu taman. Jatuh bangun lelaki ini belajar berjalan, hingga terlihat bulir keringat menetes di dahinya. Wajah tampannya yang terlihat sedikit tirus

  • Deadline Cinta Akira   Part53. Sadar

    Part53. Sadar Setelah menerima telpon dari mamak. Aku masuk ke ruangan Ramdan, kulihat kondisinya masih sama. Tidak ada perubahan. Padahal kata dokter Yusuf, ia akan sadar setelah 1 jam pasca operasi. Ini sudah hampir 2 jam belum tampak perubahannya. Ada apa ini? Aku mulai panik, begitu juga dengan Tante Mufidah dan om Fatih. "Kok belum sadar ya, Om?" Om Fatih hanya menggeleng tak mengerti. Sementara Tante Mufidah terus menggenggam tangan putranya. Sambil mengucapkan kalimat-kalimat memotivasi untuk bangun. "Coba kita hubungi dokter Yusuf," ucapnya sembari meraih ponsel dari sakunya. Aku memilih duduk di sisi lain ranjang pasien meraih mushaf yang kuletakkan di atas nakas, lalu membacanya dengan lirih. Kubaca terus hingga membuatku tenang. Tak lama ti

  • Deadline Cinta Akira   Part52. Sendu

    Part52. SenduPov Akrom "Rom, sedang sibuk tidak? aku mau bicara sesuatu." Pesan dari Akira kuterima. Gadis yang sedang coba untuk kucintai. Iya, saat ini aku sedang belajar untuk mencintainya. Tinggal hitungan hari dan kami akan segera menikah. Tetapi saat mendengar penuturannya ditelpon. Aku sungguh merasa menjadi lelaki yang tak dihargai. Hari itu Akira menelpon untuk memintaku membatalkan pernikahan kami. Ada- ada saja permintaan gadis itu. Aku jelas merasa heran mendengarnya, apalagi saat ia menjelaskan alasannya sungguh membuatku sakit hati. "Sebenarnya ... aku mencintai orang lain, Rom. Maaf, aku sepertinya tidak bisa melanjutkan perjodohan ini. Bisakah kamu menyampaikan kepada orangtuamu bahwa aku menolak untuk menikah denganmu?" tutur gadis itu.

  • Deadline Cinta Akira   Part51. Dilema

    Part 51. Dilema Pasca operasi pengangkatan cairan dalam otak Ramdan. Ada dua orang perawat mendorong ranjang pasien menuju ke ruang perawatan. Sementara itu kedua orang tua Ramdan bersama Akira berdiri bersisian di dekat pintu mengamati sosok yang masih belum sadar. Wajah mereka terlihat penuh harap bercampur cemas. Masing-masing berdoa dalam hati agar lelaki yang mereka cintai itu segera membuka mata dan berbicara seperti biasa. Menurut keterangan dokter Yusuf yang menangani Ramdan. Ia akan segera pulih dalam waktu 60 menit pasca operasinya. Ketiganya duduk mengelilingi ranjang pasien, menunggu waktu 1 jam yang terasa begitu lama. Akira yang merasa lapar karena belum mengisi perut sejak pagi, mau tidak mau terpaksa harus keluar untuk mencari makan. "Bu ... Ira mau keluar dulu yah. Mau mencari makanan, ib

  • Deadline Cinta Akira   Part50. Keluar Negeri

    Part 50. Keluar Negeri Sudah sepekan lebih Ramdan terbaring koma di rumah sakit. Bahkan beberapa kali kondisinya menurun, sehingga dokter yang menanganinya terpaksa memasangkan alat bantu pernafasan dan pemicu detak jantung. Sementara, Akira yang terus berada disisi Ramdan tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya doa yang selalu ia panjatkan berharap calon suaminya itu cepat sadar dan pulih kembali. "Bos .. ayo bangun! Kamu sudah janji tidak akan meninggalkan aku kan?" ucap Akira sambil mengusap air matanya. Pagi itu, saat tengah menjaga Ramdan, tiba-tiba dokter datang membawa kabar baik. Bahwa untuk mempercepat pemulihan, pasien perlu dibawa berobat keluar negeri. "Bagaimana kondisinya. Apa sudah sadar?" tanya dokter. "Belum dokter. Tidak

  • Deadline Cinta Akira   Part49.Koma

    Bab 49. Koma Setelah dirawat selama seminggu belum juga ada tanda-tanda Ramdan akan sadar. Hampir setiap hari ada saja orang yang datang menyambangi kami. Berita mengenai musibah itu menyebar dengan cepat. Mereka datang secara bergantian, terkadang relasi kantor Ramdan, termasuk beberapa pejabat tinggi daerah yang mengenal Ramdan secara pribadi. Juga para karyawan kantor. Sebagian menyempatkan datang saat malam hari. Demikian juga Pak Agus sahabat Ramdan. Sementara itu, Om Fatih secara otomatis mengambil alih perusahaan. Ia turun langsung menggantikan pekerjaan putranya. Syukurlah kondisi perusahaan berjalan dengan baik. Tak ada kendala berarti, Andre dan Arya bekerja dengan baik bersama tim lainnya. Berdasarkan diagnosa dokter, Ramdan mengalami koma yang terjadi karena kerusakan sal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status