Share

Blur [3]

Author: Indah Hanaco
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lelaki di depannya itu mengangguk sambil tersenyum lebar. “Ya, kamu memang punya jasa. Tak seharusnya Maxim terus-menerus mengomel, kan? Tapi....” Lelaki itu mendadak berhenti, senyumnya pun perlahan memudar. Tatapan mata Sean tertuju ke arah Kendra.

“Ada apa?” Kendra agak bingung.

“Kamu orang yang santai dan selalu berpikir positif, ya? Kamu bisa menemukan hal-hal menarik dari suatu peristiwa yang tidak mengenakkan, misalnya. Kamu juga banyak tertawa,” celetuk Sean. “Kalaupun marah, kamu tidak bisa tahan berlama-lama. Begitu?”

Kendra masih belum paham. Kedua alisnya nyaris bertaut. Dia berpikir sejenak. “Sepertinya itu memang diriku. Memangnya kenapa? Apa itu jadi masalah?”

Sean kembali tersenyum lebar. “Kamu memang sangat cocok berteman dengan Maxim. Kalian akan jadi teman yang saling melengkapi. Belakangan ini Maxim terlalu banyak cemberut dan mengumpat. Tapi, dia salah satu sepupu terba

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dating with Celebrity   Blur [4]

    “Kamu kira aku tidak tahu caranya menghargai privasi?” Maxim bersungut-sungut.“Oh ya? Baguslah kalau begitu. Jadi aku tidak merasa bersalah karena sudah menitipkan benda ini padamu. Sebenarnya, aku lebih suka mengantarkan sendiri pada pemiliknya, tapi sebentar lagi aku harus bertemu klien. Jadi, tolong jangan sampai kamu mengkhianati kepercayaanku, ” kata Sean berlebihan seraya menyerahkan sebuah ponsel kepada Maxim. Lelaki itu mendengkus.“Dia memang manusia paling ceroboh yang pernah ada. Aku sudah dua kali mengembalikan ponselnya. Sekali tertinggal di rumah, sekali lagi di kantorku. Sekarang, Kendra malah meninggalkan benda ini di kantormu. Dan anehnya lagi, dia cenderung tak acuh dengan barang-barangnya yang tercecer. Cenderung pasrah. Ini kali terakhir aku harus mengantarkan ponselnya lagi. Kalau sekali lagi tertinggal, mending kubuang saja,” omel Maxim panjang lebar. Sean menatap sepupunya dengan penuh perhatian.&ldquo

  • Dating with Celebrity   Blur [5]

    “Hei, kenapa wajahmu pucat begitu? Siapa yang menelepon?” Sean menyenggol sepupunya. Pintu lift terbuka diikuti suara denting khas. Keduanya melangkah masuk. Namun kemudian Maxim berubah pikiran. Dia kembali keluar dari lift sebelum pintunya tertutup. Sean yang keheranan pun mengekori apa yang dilakukan sang sepupu.“Ada apa, Max?” tanya Sean, kali ini dengan ekspresi dan suara serius. Mereka menepi agar tak menghalangi orang-orang yang ingin keluar atau masuk ke dalam lift.“Ini ... aku tidak tahu apakah aku harus menerima panggilan ini atau tidak,” Maxim tampak bimbang dan serbasalah. Dia memindahkan berat badannya dari kaki yang satu ke kaki yang lain sembari memandang sepupunya. “Kalau tidak kujawab, takutnya ada masalah penting. tapi, kalau kujawab, rasanya kurang sopan.” Maxim mendengkus. “Kenapa sih Kendra harus meninggalkan ponsel di mana-mana? Kecerobohannya benar-benar mengerikan.”“Mema

  • Dating with Celebrity   Blur [6]

    “Kamu membutuhkan otak cemerlangku, Tha?” Kendra bercanda setelah berada di sebelah Pritha. Dia agak membungkukkan tubuh.“Ya. Aku sedang memilih beberapa alternatif lokasi syuting. Sejak tadi mataku sudah terlalu banyak melihat gambar. Sepertinya, aku sudah hampir juling,” keluh Pritha. “Aku sampai merasa pusing dan mungkin akan segera muntah kalau kamu tidak membantuku.” Pritha menegakkan tubuh. Tangan kanannya menyerahkan tablet kepada Kendra. “Yang lain sudah melakukan kewajibannya, ikut tersiksa bersamaku. Sekarang giliranmu, Ken.”Kendra terkekeh. Dia mulai menggulir tablet di tangannya dengan hati-hati. “Aku akan menyelamatkan hidupmu, Tha. Tenang saja,” sesumbar gadis itu.“Aku kesulitan membandingkan gambar yang satu dengan yang lain. Entah kenapa Mbak Rossa memintaku melakukan ini,” Pritha setengah menggerutu. Joshua melintas di dekat mereka dan Pritha buru-buru menyebut nama

  • Dating with Celebrity   Berkabung Bersamamu [1]

    Maxim tersiksa melihat kesedihan yang mengaduk-aduk Kendra, lahir dan batin. Awalnya gadis itu tidak menangis sama sekali. Dia masih bisa berpamitan pada beberapa teman sekantor meski suaranya agak terbata-bata. Maxim yang kemudian menjelaskan apa yang terjadi secara singkat. Andai para pegawai The Matchmaker merasa heran karena hal itu, tak ada yang menunjukkannya dengan jelas. Semua orang berlomba mengucapkan belasungkawa.Jangankan Kendra, Maxim saja pun nyaris tak tahan berada di ruangan itu lebih lama lagi. Karenanya, Maxim buru-buru menarik tangan Kendra untuk meninggalkan tempat itu setelah meja gadis itu rapi.“Jangan pusing memikirkan soal pekerjaan ya, Ken. Nanti kami yang akan membereskan,” cetus Neala.Entah Kendra mendengar kata-kata temannya itu atau tidak. Gadis itu tak bereaksi. Maxim memegang tangan kiri Kendra, membawa gadis itu keluar dari gedung yang ditempati biro jodoh terkenal itu.Maxim pun sempat bicara pada Kendra saa

  • Dating with Celebrity   Berkabung Bersamamu [2]

    “Maaf ya Ken, aku agak tertahan karena mengobrol sebentar dengan Mama.” Maxim menyalakan mesin mobil. “Kamu mau makan roti? Itu aku bawa banyak roti, semuanya baru diantar. Ada air mineral juga. Kalau kamu pengin yang lain, tolong beri tahu aku. Oke?”Kendra menoleh ke kanan, memandang Maxim dengan tatapan sendu. “Terima kasih, Max. Kamu tidak perlu repot-repot me....”“Aku tidak merasa repot sama sekali. Tenang saja,” tukas Maxim. Mobil yang dikemudikan lelaki itu mulai bergerak meninggalkan halaman rumah Maxim. “Kalau butuh sesuatu, jangan sungkan untuk memberitahuku,” ulangnya.Maxim baru melihat sendiri Kendra mengeluarkan air mata setelah mereka berada di perjalanan. Gadis itu sengaja menghadap ke kiri, berpura-pura sedang menikmati pemandangan. Namun telinga bisa Maxim menangkap isakan halus yang coba disembunyikan.Maxim tidak pernah merasa menjadi orang yang tak berguna seperti saat itu.

  • Dating with Celebrity   Berkabung Bersamamu [3]

    “Kalau kamu betul-betul berterima kasih padaku, cobalah makan roti yang tadi kubawa. Minimal, perutmu harus terisi supaya tidak masuk angin. Aku tidak mau kamu sampai sakit, Ken. Atau, kamu mau makan yang lain?” respons Maxim.Kendra memandang lelaki itu selama beberapa detik sebelum akhirnya menjawab dengan suara agak serak, “Aku mau makan roti saja.”Maxim benar-benar lega saat Kendra akhirnya menyantap sebuah roti isi abon. Sementara dirinya sendiri memilih roti kismis dan roti kelapa. Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanan.“Kamu tidur saja, Ken. Nanti kalau sudah sampai, akan kubangunkan,” saran Maxim.“Mana mungkin aku bisa tidur saat ini?” desah Kendra.Maxim akhirnya tak berkomentar. Sepanjang perjalanan, mereka nyaris berdiam diri. Keduanya cuma sesekali bertukar kata. Meski ingin menghibur Kendra, Maxim tak tahu caranya. Saat itu, dia begitu iri pada kedua saudara lelakinya yang jauh

  • Dating with Celebrity   Berkabung Bersamamu [4]

    Entah apa yang pernah terjadi di masa lalu. Namun Maxim yakin, masalahnya tidak sederhana. Dia cukup mengenal Kendra dan tahu bahwa gadis itu adalah orang yang penyayang. Pasti ada alasan kuat hingga Kendra terkesan tak menyukai kehadiran Djody. Kendra ternyata menanggung banyak beban, jauh lebih besar dibanding dugaan Maxim semula.Betapa ingin Maxim mengajukan pertanyaan tentang ayah Kendra. Namun dia tahu bahwa gadis itu takkan sudi memuaskan rasa penasarannya. Karena itu, Maxim pun menahan diri mati-matian.“Max, kalau kamu pengin kembali ke Jakarta, silakan saja. Aku nanti bisa pulang sendiri,” ucap Kendra sebelum ibunya dikebumikan. “Aku takutnya kamu merasa tidak nyaman karena kondisi keluargaku.”Entah apa maksud kalimat terakhir Kendra itu. Yang jelas, Maxim menolak mentah-mentah. “Aku tidak akan ke mana-mana. Aku cuma akan pulang ke Jakarta bersama kamu. Dan kamu tak perlu mencemaskan ini-itu. Aku baik-baik saja. Nya

  • Dating with Celebrity   Berkabung Bersamamu [5]

    Kendra terbangun dengan kepala pusing dan mata nyeri. Dia memang terlalu banyak menangis tadi malam. Setelah Maxim mengantarnya pulang, tetangganya mulai berdatangan. Untungnya mereka tidak berlama-lama mengucapkan belasungkawa. Sehingga Kendra punya waktu untuk sendiri. Kendra hanya ingin menangis dan berduka karena tidak punya keleluasaan untuk melakukan itu sebelumnya. Ada banyak orang yang mengawasinya saat berada di Bandung, terutama Maxim.“Kenapa kamu mau bersusah payah mengantarku ke Bandung, Max? Kamu bahkan menungguiku di sini. Padahal, seharusnya itu sama sekali tak perlu,” komentar Kendra saat mereka baru saja berkendara menuju Jakarta.“Aku tidak bersusah payah, kok!” respons Maxim. “Dan aku merasa memang perlu melakukan ini. Bukan karena sok mau menjadi pahlawan atau apalah. Aku cuma merasa ini langkah yang tepat.” Lelaki itu melirik Kendra sekilas. “Tolong jangan mengajukan pertanyaan senada lagi. Karena ja

Latest chapter

  • Dating with Celebrity   Epilog

    Seperti dugaan Sean, Maxim meradang sepulang dari Singapura dan mendapati kekasihnya sudah berkantor di tempat Sean. Lelaki itu berusaha keras membuat Kendra mempertimbangkan tawaran untuk bergabung di Buana Bayi. Ketika ditolak, Maxim mulai mengomel. Dia bahkan merasa bahwa Kendra sok idealis. Juga pemilik The Matchmaker yang sudah membuat keputusan tidak masuk akal. Bla bla bla.Kendra sampai merasa pelipisnya berdenyut. Padahal, gadis itu sudah berjuang untuk memberi tahu Maxim dengan bahasa seringan mungkin. Dia pun sengaja menunda mengabari sang kekasih setelah Maxim kembali bekerja di hari Senin. Kendra mendatangi ruang kerja Maxim setelah jam kantor usai.Awalnya, Maxim begitu senang karena pacarnya datang berkunjung. Namun begitu diberi tahu bahwa Kendra sudah empat hari bekerja di kantor Sean, Maxim pun langsung menunjukkan kekesalannya. Lelaki itu juga tak senang karena Kendra tak mengatakan apa pun saat didesak Rossa untuk mengundurkan diri. Sean yang menyus

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [6]

    Kendra terpana mendengar kata-kata Sean barusan. “Kamu ... apa?”Sean tidak buru-buru menjawab. Lelaki itu bersandar di kursinya dengan gaya santai. “Sebelumnya, aku cuma bilang kalau aku melakukan ini bukan karena Maxim. Tapi karena kamu sendiri, Ken.”Kendra yang tak paham maksud lelaki itu, mengerutkan glabelanya. “Maksudmu?”“Begini. Selama kamu mewakili The Matchmaker, aku menilai bahwa kamu adalah orang yang berkomitmen pada pekerjaan. Punya kemauan keras juga. Contoh nyata yang tak terbantahkan adalah bagaimana kamu bisa membujuk Maxim sehingga akhirnya bersedia mengikuti acara kencan yang masih diejeknya sebagai acara norak sampai detik ini. Buatku, itu adalah poin plus, Ken.”“Aku boleh menganggap itu sebagai pujian?” gurau Kendra.“Tentu saja! Karena itu memang pujian, kok!” sahut Sean. “Nah, sekarang kita sampai pada poin utamanya, yaitu tawaran pekerjaan yang

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [5]

    “Oke. Memangnya kamu kira aku ini laki-laki bawel yang akan melapor ini-itu pada Maxim? Nanti juga dia akan tahu,” kata Sean. “Tapi memang berita ini bikin aku kaget setengah mati. Tidak menyangka ada drama baru hanya karena kamu dan Maxim berpacaran. Lalu, masih ditambah lagi dengan Aiden. Ck ck ck.” Sean geleng-geleng kepala.“Itu bukan salahku,” Kendra membela diri, merujuk pada Aiden.Sean menyeringai. “Kamu ternyata penuh pesona ya, Ken. Aku tak bisa membayangkan seperti apa reaksi Maxim kalau dia tahu bahwa ada laki-laki kelas kakap yang jadi pesaingnya. Siap-siap saja diikuti pengawal pribadi yang akan memastikan kamu tidak diganggu oleh laki-laki mana pun,” guraunya.Kendra mencebik tapi akhirnya dia malah tertawa. Gadis itu merasa geli membayangkan Maxim yang pencemburu itu mengetahui jika ada pria lain yang menyukai Kendra. Namun di sisi lain, Kendra tahu Maxim sudah berjuang untuk sedikit berubah sehingg

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [4]

    Pertanyaan Sean itu mengagetkan Kendra. Tadinya dia mengira lelaki itu menelepon cuma untuk menganggunya karena Maxim sedang berada di Singapura. Atau sekadar memamerkan hubungan dengan pasangan kencan pilihan Sean di acara Dating with Celebrity yang masih berlanjut hingga kini.“Kamu tahu dari mana?” Kendra balik bertanya. Dia merasa heran karena Sean bisa mengetahui informasi itu.“Bisakah kamu datang ke kantorku, Ken? Kurang nyaman kalau harus bicara di telepon. Sementara sepuluh menit lagi aku harus bertemu dengan salah satu klien,” pinta Sean. “Aku punya waktu luang di atas jam tiga.”Kendra menjawab tanpa pikir panjang, “Oke. Aku akan ke kantormu. Mumpung sedang jadi pengangguran dan tak punya jadwal meeting dengan klien,” guraunya.“Sip, kutunggu ya, Ken.”“Eh iya, tolong jangan dulu ngomong apa pun soal ini pada Maxim ya, Sean,” sergah Kendra sebelum l

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [3]

    Setelah meninggalkan mantan kantornya, Kendra langsung pulang. Dia sempat mampir ke supermarket untuk berbelanja beberapa kebutuhan. Gadis itu juga membeli camilan dalam jumlah lumayan banyak. Mungkin dia akan menghabiskan satu minggu ke depan dengan bersantai di depan televisi sembari menikmati aneka makanan kecil.Selama ini, Kendra memang ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Namun, itu menjadi cita-cita yang sengaja ditangguhkannya. Hingga detik ini, Kendra sama sekali belum serius berusaha untuk mencari pekerjaan lain di luar The Matchmaker. Akan tetapi hari ini dia harus menghadapi kenyataan yang sama sekali tak pernah terbayangkan. Jauh lebih mudah berimajinasi bahwa dirinya akan meninggalkan The Matchmaker atas keinginan sendiri, bukan karena dipaksa untuk membuat pilihan.Membayangkan dia sudah resmi menjadi pengangguran, Kendra pun menjadi luar biasa cemas. Mendadak, masa depannya terlihat buram dan gelap. Apa yang akan dilakukann

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [2]

    Kendra meninggalkan kantor The Matchmaker dengan kehebohan di belakangnya. Karena gadis itu memang tak menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Dia tak mau kelak pengunduran dirinya malah diikuti dengan tuduhan ini-itu yang sama sekali tak benar. Karena tentunya Kendra tak lagi ada di biro jodoh itu untuk membela diri.Paling tidak, Kendra merasa berhak memberi tahu kebenaran versi dirinya. Terserah saja jika dianggap sikapnya kekanakan. Apakah setelah ini Rossa akan berkoar-koar tentang versinya yang bisa saja berbeda, itu masalah lain. Kendra tak mau memikirkan hal itu dan memusingkan sesuatu yang tak bisa dikontrolnya.“Kamu betul-betul harus mengundurkan diri?” Neala masih tak percaya. Kendra sengaja mengajak Neala dan Pritha ke ruang rapat supaya mereka bisa bicara bertiga dengan leluasa. Gadis itu merasa berutang penjelasan pada keduanya, orang-orang terdekat Kendra di The Matchmaker.“Iya. Untuk apa aku bohong?” komentar Kendra dengan

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [1]

    Keluar dari ruangan Rossa, kepala Kendra terasa berputar. Dia berharap semuanya cuma mimpi buruk yang kebetulan datang bertandang tanpa aba-aba. Akan tetapi, Kendra tahu yang ini bukan mimpi.Demi menenangkan diri, gadis itu buru-buru menuju toilet yang bersebelahan dengan pantri. Dia butuh waktu untuk memikirkan apa yang akan dilakukan saat ini. Langsung pulang atau menunggu hingga jam kerja berakhir? Masing-masing ada risikonya.Jika Kendra langsung pulang, pasti dia akan menghadapi banyak pertanyaan dari rekan sejawatnya. Padahal, Kendra merasa saat ini dia butuh ruang untuk bernapas. Karena ada banyak sekali kejutan yang didapatnya hari ini. Bertubi-tubi pula.Sementara jika gadis itu menunggu hingga jam kantor berakhir dan berpura-pura tak terjadi sesuatu, sisa hari ini mungkin akan berjalan lancar dan aman. Dia bisa menghindari hujan pertanyaan mengapa harus mengundurkan diri hari ini. Kecuali Rossa memutuskan untuk meminta Kendra meninggalkan kantor secep

  • Dating with Celebrity   Sapuan Badai [11]

    Tubuh Kendra menegang selama beberapa sekon. Dia menatap Rossa dengan kening berkerut. “Ini serius, Mbak?” Kendra mencari tahu. “Saya harus putus dari Maxim?”“Tidak ada yang mengharuskan,” sahut Rossa cepat. “Tadi kan saya cuma bertanya. Kalau saya memintamu putus dari Maxim, bagaimana? Apa kamu bersedia?”Kendra menjawab di detik yang sama, “Tidak, Mbak. Maaf. Saya tidak melihat alasan kenapa saya dan Maxim harus putus. Kami tidak melanggar kontrak apa pun. Selain itu secara etika, saya juga tidak merasa ada masalah. Karena saya dan Maxim berpacaran berbulan-bulan setelah syuting Dating with Celebrity selesai. Tidak ada ‘cinta lokasi’ selama saya mengurusi Maxim sebagai klien kita.” Kendra membuat tanda petik di udara.Rossa beranjak dari tempat duduknya. Perempuan itu melangkah ke arah kulkas kecil di sudut ruang kerjanya. Rossa mengambil dua kaleng soda. Salah satunya diserahkan

  • Dating with Celebrity   Sapuan Badai [10]

    Rossa tersenyum masam. “Tapi versi Judith tidak seperti itu. Kamu menjadi orang ketiga yang membuat hubungannya dengan Maxim menjadi jauh. Intinya, Judith mengkritik keras kebijakan-kebijakan The Matchmaker sehingga ada klien yang akhirnya malah berpacaran dengan pegawai di sini dan meninggalkan pasangan kencan yang sudah dipilih. Menurut kamu, mendengar tuduhan semacam itu dilontarkan oleh salah satu peserta kencan sekaligus sponsor acara Dating with Celebrity, apa yang harus saya lakukan?”Pertanyaan Rossa itu sungguh sulit untuk dijawab. Karena bukan kapasitas Kendra untuk mengajari perempuan itu apa yang harus dilakukan atau sebaliknya. Namun kalimat-kalimat bosnya yang menempatkan Kendra sebagai si penggoda, menyedot konsentrasi gadis itu lebih besar. Dia mustahil diam saja tanpa membela diri.“Tuduhan Judith sama sekali tidak benar, Mbak. Saya tak pernah menjadi orang ketiga yang merusak hubungannya dengan Maxim. Seperti yang saya bilang tadi, k

DMCA.com Protection Status