Share

Bab 195

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-13 00:51:49
Zyan menghela napas panjang. “Sementara Baby Z dulu saja sampai abang memutuskan mana yang lebih baik,” putusnya.

“Terserah Abang sajalah. Perkara panggilan kok sampai harus dipikirkan benar-benar. Kemarin waktu Abang memberi panggilan Baby Z bisa spontan, kenapa sekarang kok tidak bisa memutuskan dengan cepat?” tukas Zahra.

“Ya ‘kan beda, Ra. Kalau Baby Z hanya panggilan sementara. Kalau yang mau abang tentukan ‘kan panggilan untuk selamanya, dari dia kecil sampai tua.” Zyan beralasan.

“Ya sudah. Aku tunggu saja keputusan Abang. Lagipula panggilan itu bisa berubah, tergantung sama lingkungan atau teman, Bang. Aku saja di lingkungan rumah dipanggil Rara, kalau di luar dipanggil Zahra, kadang ada juga yang manggil Elza karena nama depanku Elzahra. Aku sih enggak pernah mempermasalahkan hal itu,” beber Zahra.

“Abang saja kalau di rumah dipanggil Zy, kalau di luar Zyan. Seingatku Pak Aswin kalau panggil Abang juga Yan, bukan Zyan. Iya ‘kan?” Zahra memandang suaminya yang tampak berpikir k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 196

    “Ayo, kita pulang.” Gala mengajak Mila meninggalkan ruang rawat inap setelah dia menyelesaikan administrasi. Gala hendak menggandeng tangan Mila, tapi ditepis oleh mantan aktris itu.“Tidak usah berpura-pura baik. Aku bisa jalan sendiri,” tukas Mila.“Di depan banyak wartawan, Mil. Aku hanya ingin melindungimu,” ucap Gala usai menghela napas panjang.Mila sontak menoleh pada pria yang masih menjadi suaminya itu. “Mereka tahu aku di sini?”Gala mengangguk. “Entah dari mana mereka tahu kamu di sini, tadi waktu mengurus administrasi, aku tidak sengaja mendengar obrolan orang-orang di sana.”“Aku malas menemui wartawan. Bisa tidak kita lewat belakang atau mana gitu biar enggak ketahuan mereka.” Mila menatap sang aktor.“Kalau begitu kamu duduk dulu. Kita tunda pulangnya. Aku akan coba hubungi beberapa orang yang mungkin bisa membantu kita menghindar dari para wartawan.” Gala meletakkan kembali koper lantas mengambil gawai dan menghubungi kenalannya.Mila berjalan mendekat ke jendela kamar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 197

    Zyan tentu saja terkejut mendapat serangan dari Zayyan. Dia merasa kesal sekaligus gemas. Tidak mungkin juga marah pada bayi tampan yang malah senyum-senyum setelah mengeluarkan air seninya.“Usil ya kamu pipisin papa,” ucapnya sambil mengambil tisu basah untuk melap wajah yang tadi terkena pipis sang putra.“Kenapa, Bang?” Zahra yang baru keluar dari kamar mandi langsung mendekati dua lelaki yang begitu berarti dalam hidupnya itu.“Abang ‘kan mau masangin popoknya, tahu-tahu abang disembur sama dia,” jelas Zyan sambil melap wajahnya.Zahra tertawa kecil. “Abang akhirnya merasakan juga semburan anak kita,” selorohnya. “Abang cuci muka saja, biar aku yang nerusin makein popok,” lontarnya kemudian.“Kamu istirahat saja. Biar abang yang menyelesaikan pekerjaan abang tadi,” timpal Zyan.“Beneran, Bang? Itu harus dibersihkan lagi loh pipisnya terus ganti popok yang baru,” ujar Zahra.“Beneran. Apa kamu ga percaya sama ketrampilan abang?” Zyan melirik istrinya.Zahra menggeleng. “Aku percay

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 198

    “Abang, jadi ke kantor hari ini?” Zahra bertanya pada suaminya kala mereka menunggui Zayyan yang sedang berjemur di bawah sinar matahari pagi. Ketiga berada di halaman belakang kediaman Darmawangsa. Zyan dan Zahra berdiri di dekat sang putra sambil berolahraga ringan.Zyan mengangguk. “Iya. Tapi abang berangkatnya agak siang,” jawabnya.Zahra menghentikan gerakannya lantas menoleh pada suaminya. “Kenapa agak siang berangkatnya, Bang?”“Abang mau main dulu sama Zayyan sebelum kerja.” Zyan mengungkapkan alasannya.“Kan tadi udah main?” Zahra kembali menggerakkan tubuhnya. Dia memang mulai olahraga ringan sejak nyeri bekas operasinya berkurang dan hanya sesekali terasa. Dokter juga belum mengizinkan Zahra melakukan olahraga berat apalagi diet. Karena Zayyan sangat kuat menyusu, jadi Zahra harus banyak mengonsumsi makanan yang bergizi agar produksi ASI-nya tetap lancar dan dilarang keras melakukan diet.“Tadi ‘kan cuma sebentar, Ra. Rencananya abang akan mengubah jam kerja di kantor jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 199

    Zyan dan Zahra seketika saling menjauhkan diri. Mereka kemudian sama-sama tertawa. Mau bermesraan sebentar saja sudah ada gangguan dari Zayyan yang seolah tidak mau membiarkan kedua orang tuanya berdekatan.“Abang, mandi dulu sana. Aku lihat Zayyan dulu.” Zahra pun mendekati buah hatinya, sementara Zyan masuk ke kamar mandi.“Anak ganteng mama, kenapa menangis?” Zahra melihat popok Zayyan yang basah. “Pipis ternyata.” Dengan sigap, ibu muda itu kemudian melepas popok kain yang dipakai Zayyan. Dia menutup pangkal paha sang putra dengan popok agar tidak mendapat bonus semburan dari Zayyan.Setelah popoknya diganti, Zayyan tidak menangis lagi. Kaki dan tangannya yang gembul pun bergerak-gerak.“Zayyan, main sendiri dulu ya. Mama mau nyiapin baju untuk Papa. Oke!” Zahra berbicara pada putranya sebelum masuk ke walk-in closet. Meskipun anaknya masih belum mengerti apa yang dia katakan, tapi Zahra dan Zyan membiasakan diri mengajak putra pertama mereka bicara.Zahra gegas memilih kemeja, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 200

    Faisal mengernyit mendengar pertanyaan sang CEO. Wajahnya terlihat bingung. “Memangnya ada yang menyambut Pak Zyan di lobi? Saya sama sekali tidak tahu soal itu,” ucapnya.Alis tebal Zyan saling bertaut. “Kalau bukan kamu terus siapa? Hanya kamu yang tahu aku akan masuk kantor lagi selain keluargaku,” tukasnya.Faisal tampak berpikir. “Barangkali asisten saya yang memberi tahu karyawan lain, Pak. Mereka mungkin terus berinisiatif menyambut kembalinya Pak Zyan di lobi. Saya memang bilang sama dia kalau hari ini Pak Zyan mulai masuk kantor lagi,” paparnya."Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti sebarkan saja memo pada semua karyawan, tidak perlu ada lagi penyambutan atau apa pun saat jam kerja. Untuk sekarang dimaafkan, tapi untuk lain kali tidak ada toleransi lagi," tegas Zyan.Faisal mencatat apa yang CEO itu sampaikan. "Baik, Pak. Apa ada lagi yang ingin Pak Zyan sampaikan?" tanyanya.Zyan menggeleng. "Kamu bisa kembali ke ruanganmu," sahutnya.Faisal mengangguk. "Berkas yang harus Pak Zyan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 201

    Zahra merasa gugup dan salah tingkah karena Zyan terus mendesaknya. Apalagi tatapan tajam Zyan membuatnya tak berdaya. Dia lantas menundukkan pandangan. “Lebih baik Abang segera ganti baju, setelah itu kita ke dokter. Abang akan tahu jawabannya di sana nanti.”“Kenapa harus nunggu ketemu dokter? Kenapa tidak sekarang saja? Jangan buat Abang mati penasaran, Ra.” Zyan terus mendesak istrinya.“Aku siapin baju Abang dulu. Setelah itu aku ganti baju Zayyan.” Zahra mengalihkan pembicaraan dan tetap tidak mau mengatakan kejutan yang disiapkan untuk suaminya.Zyan tampak frustrasi karena Zahra tetap tutup mulut. Percuma juga mendesak, kalau sang istri tetap pada pendiriannya. Dia akhirnya mengalah, mengikuti langkah Zahra menuju walk-in closet.Sesudah semuanya siap, mereka pun pergi ke dokter kandungan. Zyan mengendarai sendiri kendaraannya. Zahra duduk di sampingnya sambil menggendong Zayyan. Tak tega rasanya meninggalkan sang putra meskipun ada yang menemaninya.“Bukannya dokter yang bias

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 202

    “Jadi bagaimana? Apa Pak Zyan setuju Bu Zahra memakai kontrasepsi untuk mencegah kehamilan?” Dokter bertanya pada Zyan.“Saya setuju, Dok. Saya hanya kaget karena istri saya tidak bilang tujuannya ke sini untuk apa. Saya pikir hanya untuk mengecek apa benar nifasnya sudah selesai,” sahut Zyan.Dokter kandungan itu tersenyum. “Karena Pak Zyan sudah setuju, Bu Zahra tinggal memutuskan mau menggunakan kontrasepsi apa?” Dia beralih pada Zahra.“Saya ingin yang tidak mengganggu produksi ASI dan siklus haid, Dok,” timpal Zahra.“Kalau begitu saya sarankan pakai IUD yang nonhormonal. Tapi saya tidak menjamin 100% kehamilan tidak akan terjadi. Karena di beberapa kasus, ada yang sudah memakai kontrasepsi ternyata masih bisa hamil. Dan itu berlaku untuk semua jenis kontrasepsi,” lontar sang dokter kandungan. Dokter kemudian menjelaskan alat kontrasepsi yang tadi dia sarakan.Zahra mengangguk. “Iya, Dok, Saya paham. Tapi lebih baik melakukan pencegahan ‘kan daripada tidak melakukan apa pun.”“Ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 203

    Zahra tak langsung menjawab suaminya. Dia masih merasa bimbang. “Bang, boleh nanti aku jawab di rumah setelah memastikan Mama bisa menjaga Zayyan?” pintanya.Zyan menghela napas panjang sebelum menjawab dengan anggukan. Setidaknya besoak ada secercah harapan untuknya bisa berduaan dengan Zahra. Soal mamanya, itu perkara gampang. Rania pasti bersedia menjaga cucunya seharian, apalagi ditemani Saffa yang sangat gemas pada Zayyan. Adik Zyan itu kalau di rumah pasti maunya main sama keponakannya.“Kita mau langsung pulang atau mampir ke mana dulu?” tanya Zyan setelah melajukan lagi kendaraan mewahnya.“Langsung pulang saja, Bang. Tidak ada yang harus dibeli,” jawab Zahra.“Kamu ga ingin makan di mana gitu?” tanya Zyan lagi.Zahra menggeleng. “Enggak, Bang. Kita makan di rumah saja. Aku masih belum merasa nyaman membawa Zayyan ke tempat umum.”“Ya sudah kalau begitu.” Zyan pun mengendarai mobilnya menuju kediaman Darmawangsa.Begitu tiba di rumah, Zahra langsung membawa Zayyan ke kamar kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18

Bab terbaru

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 270 (TAMAT)

    Zahra membawa nampan berisi dua cangkir lemon tea panas dah sepiring kudapan ke halaman belakang, di mana suaminya sedang duduk berselonjor di gazebo dengan iPad di tangan. Hari ini akhir pekan, tapi keduanya hanya di rumah berdua. Keempat anak mereka sudah sibuk dengan pendidikan dan kegiatannya masing-masing. “Diminum dulu tehnya mumpung masih anget, Bang,” ucap Zahra setelah meletakkan nampan di atas gazebo. Zyan meletakkan iPad di samping lantas tersenyum pada istrinya. “Baik, Cintaku.” Pria itu mengambil salah satu cangkir lalu mencium aroma teh dengan lemon yang begitu menyegarkan. Setelah itu baru menyesapnya. “Nikmat seperti biasa. Terima kasih, Ra,” ucapnya. Zahra yang juga tengah menikmati teh, hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dia kembali meletakkan cangkir di atas nampan. “Rumah kita ini sekarang jadi sepi ya, Bang,” gumamnya seraya menyandarkan kepala di bahu suaminya. Zyan meraih tangan kanan sang istri lalu menggenggamnya dengan erat. “Dulu waktu abang ingin namb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 269

    Lulus SMP, Zayyan memutuskan keluar dari pesantren setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dia akan lanjut memperdalam ilmunya di luar pesantren karena tak ingin melihat adik bungsunya kesepian di rumah.Zyel dan Zyra dengan kompak masuk pesantren karena ingin mengikuti jejak sang kakak yang sudah hafal Al-Qur’an. Kedua anak kembar itu katanya juga ingin memberikan mahkota pada mama dan papanya di akhirat nanti. Walaupun berat harus berpisah dengan kedua anaknya sekaligus, Zyan dan Zahra tetap mengizinkan.Zayyan kemudian bersekolah di SMA yang masih satu yayasan dengan SD-nya dahulu. Sekolah berbasis Islam tapi menggunakan kurikulum internasional.“Kak, dapat salam dari kakak kelasku.” Zeza memberi tahu Zayyan saat sang kakak menjemputnya di sekolah dengan motor sport-nya. Sejak berumur 17 tahun dan punya SIM, Zayyan memang mengendarai motor sendiri ke sekolah. Motor sport impian yang merupakan hadiah ulang tahun ke-17 dari kedua orang tuanya. Kadang dia mengantar dan menjemput

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 268

    “Pa, Ma, aku mau masuk SMP yang ada di pesantren.” Zayyan mengungkapkan keinginannya pada Zyan dan Zahra saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara Parents Day di sekolahnya.Zyan dan Zahra tentu saja terkejut mendengar keinginan putra pertama mereka itu. Keduanya saling memandang sebelum memberi tanggapan.“Kak Zayyan, serius mau masuk pesantren?” tanya Zahra sambil menoleh ke kabin tengah di mana putra sulungnya duduk.Zayyan mengangguk. “Iya, Ma.”“Kenapa mau masuk pesantren, Kak?” Zahra kembali bertanya.“Aku ingin jadi hafiz, Ma. Pak Guru bilang kalau kita hafal Al-Qur’an, nanti kita bisa memberi mahkota pada orang tua di hari kiamat nanti karena itu aku ingin memberikannya sama Papa dan Mama,” jawab Zayyan dengan tenang.“Masya Allah, Kak, mulia sekali tujuanmu. Terima kasih ya, Kak.” Zahra tak dapat menahan rasa haru mendengar jawaban Zayyan. Dia mengusap sudut matanya dengan tisu.“Menjadi hafiz ‘kan tidak harus masuk pesantren, Kak. Besok Papa carikan ustaz yang bisa memb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 267

    "Yeay, Mama sama Papa sudah pulang. Mana oleh-olehnya?" todong Zyra yang baru pulang dari sekolah dan melihat kedua orang tuanya duduk di ruang tengah bersama si bungsu, Zeza."Lihat Mama sama Papa itu ya mengucapkan salam terus salim dulu, jangan langsung minta oleh-oleh," tegur Zyan."Iya, Pa." Zyra kemudian menyapa dan menyalami kedua orang tuanya. Tidak bertemu selama satu minggu membuatnya sangat rindu. Meminta oleh-oleh hanya basa-basinya. Melihat kedua orangnya di rumah adalah kebahagiaan terbesarnya. Gadis kecil itu kemudian meminta pangku pada papanya.Zyel yang masuk belakangan langsung menyapa, menyalami, dan memeluk keduanya. Dia lantas duduk di samping sang mama. Wanita yang sangat dirindukannya. Bukan tak rindu pada Zyan, rindu juga tapi kadarnya berbeda. Zyel memang lebih dekat dengan sang mama daripada papanya."Kak Zyel dan Kak Zyra, ganti baju dulu ya. Setelah itu baru main lagi," pinta Zahra."Nanti saja ganti bajunya, Ma. Aku masih mau sama Papa," sahut Zyra yang b

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 266

    Pukul 3.00 dini hari, Zyan dan Zahra dijemput di hotel oleh tim dari pengelola balon udara. Mereka diantar ke kantor pengelola tersebut untuk menikmati sarapan di sana. Sesudah itu keduanya dibawa ke lokasi peluncuran balon udara.Zyan dan Zahra disambut oleh staf yang ramah dan profesional yang mendampingi mereka sambil menunggu persiapan sebelum penerbangan. Selama balon udara digelembungkan dan disiapkan, keduanya diberikan penjelasan tentang perjalanan yang akan ditempuh dan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan. Pilot dan kru yang berpengalaman memastikan Zyan dan Zahra merasa nyaman dan siap untuk memulai perjalanan di angkasa.Zyan naik ke keranjang terlebih dahulu, setelah itu baru membantu istrinya. Mereka kemudian memasang sabuk pengaman sesuai dengan pedoman keselamatan sebelum lepas landas. Di keranjang tersebut hanya ada Zyan, Zahra, dan sang pilot. Setelah semua siap, pilot pun mulai menerbangkan balon udara.Perlahan-lahan balon itu terangkat dari tanah dan mengang

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 265

    Zyan berbaring di samping Zahra setelah mendayung samudra cinta dan meraih surga dunia bersama. Kepuasan tergambar jelas di wajah keduanya. Titik-titik basah di kening dan mengilapnya tubuh karena keringat menjadi bukti betapa panasnya permainan mereka.Zyan dan Zahra tak bisa selepas itu saat di rumah. Saat mereka sedang bermesraan sering muncul perasaan was-was bila salah satu anak mereka mengetuk pintu kamar. Bukan hanya sekali hal itu terjadi, tapi sering kali. Apalagi kalau sedang hujan deras dan suara guntur terus terdengar. Atau terbangun tengah malam karena mimpi buruk, pasti langsung ke kamar orang tuanya.Pernah saat keduanya sudah menyatukan tubuh dan sedang berusaha menggapai nirwana, pintu kamar digedor-gedor dari luar oleh Zyra yang menangis sembari memanggil-manggil mereka. Tidak dilanjut tanggung, tapi kalau dilanjut pasti akan membangunkan seisi rumah karena suara bising yang dibuat Zyra. Terpaksa keduanya mengakhiri permainan sebelum mencapai puncak dan langsung menge

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 264

    Waktu tak terasa cepat berlalu, keempat anak Zyan dan Zahra tumbuh dengan baik. Semuanya jadi anak yang aktif, cerdas, dan kritis. Zayyan sudah kelas 3 SD, Zyel dan Zyra sekolah TK besar, sedangkan Zeza di PAUD. Untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke 10, Zyan mengajak Zahra liburan. Mereka hanya pergi berdua, tanpa mengajak anak-anak. Tentu saja di sela liburan tersebut tetap ada agenda bisnis yang harus Zyan lakukan. Ya, ibarat kata menyelam sambil minum air. Kalau untuk urusan bisnis, anak-anak memang tidak pernah diajak. Namun mereka tetap mengagendakan liburan dengan anak-anak minimal setahun sekali.“Abang menepati janji membawamu ke tempat ini lagi,” ucap Zyan kala mereka tiba kamar hotel yang terletak di Kota Cappadocia, Turki. Dia menarik istrinya menuju jendela kaca besar, di mana mereka bisa melihat banyak balon udara yang sedang melayang di angkasa. Pria itu berdiri di belakang sang belahan jiwa lantas memeluknya. Diletakkannya dagu di bahu sang istri.“Kamu ‘kan

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 263

    “Hore! Mama dan Papa pulang.” Zayyan berteriak sambil berlari kala melihat kedua orang tuanya keluar dari pintu kedatangan. Dia ikut sopir keluarga yang menjemput Zyan dan Zahra di bandara.Lelaki kecil itu langsung menghampiri dan memeluk perut mamanya. “Ma, aku kangen,” ungkapnya.“Mama juga kangen sama Kak Zayyan,” sahut Zahra seraya mengelus punggung putra pertamanya itu.“Kak Zayyan, tidak kangen sama papa?” lontar Zyan yang berada di samping istrinya.“Kangen Papa juga.” Zayyan melepas pelukannya pada Zahra lantas berganti memeluk papanya.Zyan tersenyum mendapat pelukan dari sang putra tercinta. Dia kemudian menggendong Zayyan.“Pa, turunin. Aku ‘kan sudah besar. Tidak boleh digendong lagi,” protes Zayyan.“Tapi papa mau gendong Kak Zayyan. Masa tidak boleh? Papa kangen. Lama tidak gendong Kakak.” Zyan beralasan.“Tapi aku udah besar, Pa,” tukas Zayyan.“Buat papa, kamu tetap masih bayi.” Zyan menciumi pipi putra sulungnya itu.“Papa, please. Jangan cium-cium lagi!” Zayyan meng

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 262

    “Mama sama Papa kapan pulang?” tanya Zayyan saat Zahra melakukan panggilan video pada pengasuh putra pertamanya itu saat mereka dalam perjalanan ke tempat pertemuan dengan para pengusahan dari Kota Malang.“Lusa, Kak,” jawab Zyan yang duduk di samping istrinya.“Katanya cuma sebentar, kok sampai lusa,” protes lelaki kecil yang wajahnya mirip dengan papanya itu.“Pekerjaan papa sama mama belum selesai, Kak, jadi tidak bisa pulang besok. Kalau Kak Zayyan sama adek-adek kangen ‘kan tinggal video call papa atau mama,” timpal Zyan.“Gimana sekolahnya tadi, Kak.” Zahra memilih mengalihkan pembicaraan daripada melihat wajah sendu putranya. Zayyan biasanya sangat antusias bila menceritakan kegiatannya di sekolah, jadi Zahra ingin membuat sulungnya itu kembali ceria. Dia sebenarnya juga sedih berjauhan dengan keempat anaknya, tapi demi menemani suami dan menjalankan pekerjaan, Zahra harus menjalaninya.Benar seperti dugaan Zahra, putra sulungnya itu langsung ceria begitu memberi tahu sang mama

DMCA.com Protection Status