Share

Bab 131

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-01 23:45:36

“Aku hubungi manajerku dulu,” timpal Gala tanpa memberi Mila jawaban terlebih dahulu.

“Aku tunggu. Kalau perlu minta dia ke sini, jadi aku dapat keputusan malam ini,” sahut Mila.

Gala mengangguk. Dia kemudian minta izin ke balkon agar lebih bebas berbicara dengan manajernya. Sekitar sepuluh menit kemudian, Gala masuk kembali ke apartemen lantas duduk di tempatnya tadi. “Nanti manajerku akan ke sini,” ucapnya.

“Berapa lama kira-kira dia sampai ke sini?” Mila menatap Gala.

“Kurang lebih setengah jam,” jawab aktor muda itu.

“San, apa kamu masih bisa menunggu?” Mila ganti memandang Hasan.

Pengacara muda itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Oke, aku tunggu,” sahutnya.

“Terima kasih, San. Kamu memang baik sekali. Kalau begitu sambil menunggu manajer Gala, kita bicarakan poin-poin dalam perjanjian pernikahan,” lontar sang artis.

“Aku ‘kan belum setuju, Mil.” Gala merasa keberatan.

“Terserah kamu setuju atau tidak, aku akan tetap menyiapkannya. Karena aku rasa manajermu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
bagus gala keputusan yg tepat ini nikahi milla benar tuh kalo pun jodoh nanti kamu nikah sama pacarmu kan gak ada yg tau
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
masih lama endingnya, Kak ...️
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
Otw ending yaa kak,up nya double2 terus juga gak terlalu dini hari
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 132

    Keesokan harinya Hasan kembali datang ke apartemen Mila bersama dengan atasan dan salah satu anggota timnya untuk penandatanganan kontrak kerja sama mereka. Mila dan Rini menyambut ketiganya dengan penuh sukacita. Rini lantas menjamu mereka dengan minuman dan kudapan setelah mempersilakan ketiganya duduk.“Kalian baca dulu isi perjanjiannya. Kalau ada yang tidak jelas, tanya saja. Kalau kalian sudah setuju, baru tanda tangan.” Hasan menyerahkan berkas yang berisi perjanjian pada Mila dan Rini.“Yang kamu kasih ke aku sama Rini beda ga isi perjanjiannya?” tanya Mila pada Hasan.“Sama, yang beda cuma nama dan identitas kalian,” jawab Hasan.“Jadi perjanjiannya sendiri-sendiri?” tanya Mila lagi.Pengacara muda itu mengangguk. “Iya.”“Tarif yang kemarin kita bicarakan itu untuk berdua ‘kan? Tidak sendiri-sendiri? Terus terang aku tidak mampu kalau harus membayar dua kali lipat.” Mila harus memastikan terlebih dahulu semuanya sebelum tanda tangan. Karena kalau harus membayar sendiri-sendir

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 133

    Zyan dan Faisal sama-sama tersentak. Kedua pria itu lupa kalau ada Zahra di antara mereka. CEO dan asisten pribadinya itu berpandangan. Mereka seolah saling memberi kode lewat tatapan mata.“Yang dimaksud Pak Zyan adalah orang yang mengganggu pembangunan proyek kita, Bu.” Faisal yang akhirnya menjawab pertanyaan Zahra.“Memangnya proyek mana yang bermasalah? Kok aku ga tahu, Bang?” Zahra mencecar suaminya.“Di proyek yang baru dimulai pembangunannya, Bu. Memang Bu Zahra sengaja tidak diberi tahu agar tidak kepikiran.” Faisal lagi yang menjawab pertanyaan istri sang CEO. “Memangnya orang itu mau diberi pelajaran apa?” Zahra jadi semakin ingin tahu.“Akan dilaporkan ke polisi karena dia sudah memprovokasi warga agar menolak pembangunan proyek kita, Bu,” jelas Faisal. Asisten pribadi Zyan itu tidak mengarang cerita karena memang kejadian itu nyata adanya. Dia hanya berbohong tentang siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Zyan.“Bukannya kita sudah dapat persetujuan warga sekitar sebelum me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 134

    “Tergantung hasil penyidikan besok. Kalau langsung ditetapkan sebagai tersangka bisa langsung ditahan. Tapi bisa dilakukan penangguhan penahanan kalau ada mengajukan dan yang menjamin,” terang salah satu polisi.Mila sontak memandang Rini. Kedua wanita itu tak bisa menunjukkan kekhawatirannya. “Apa pasti disetujui penangguhan penahanannya?” tanya wanita hamil itu.“Selama kooperatif saat penyidikan, tidak mengulangi tindakan pidana, tidak berniat melarikan diri dan menghilangkan barang bukti, dan ada yang menjamin biasanya disetujui,” jawab polisi tadi.“Siapa yang bisa mengajukan penangguhan penahanan?” Mila kembali bertanya.“Bisa keluarga atau pengacara,” jawab sang polisi.“Terus nanti jaminannya berupa uang?” tanya Mila lagi.“Bisa uang atau orang,” jelas polisi.Rini mengernyit. “Orang bisa untuk jaminan, Pak?” Dia merasa penasaran.Polisi itu mengangguk. “Iya. Asal orang itu bisa menjamin tersangka tidak melarikan diri. Biasanya pengacara atau orang yang punya nama yang menjami

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 135

    Zyan lantas duduk tegak menghadap sang istri. Kedua tangannya meraih tangan Zahra lalu menggenggamnya erat.“Tadi Faisal telepon abang. Dia memberi tahu kalau Mila dan asisten pribadinya sudah mendapat panggilan dari polisi. Pasti setelah itu kita juga akan dipanggil untuk memberikan keterangan sebagai saksi. Kamu siap ‘kan?” Pria itu menatap lekat istrinya.Zahra mengangguk. “Insya Allah siap selama Abang ada di sampingku,” jawabnya dengan yakin.“Jangan khawatir, abang dan Bang Herman akan selalu mendampingimu saat kamu memberikan keterangan pada polisi,” lontar Zyan.“Bicara saja apa adanya saat ditanya polisi. Jangan terlihat gugup dan berikan jawaban yang konsisten. Jangan sampai jawabanmu berubah-ubah,” imbuh CEO itu.Ibu hamil itu kembali menyengguk. “Insya Allah. Oh ya, Bang, besok kita dipanggilnya bareng apa sendiri-sendiri?” tanyanya kemudian.“Semoga saja bersama. Besok aku hubungi Bang Herman untuk memastikan. Kenapa memangnya?” Zyan mengerutkan keningnya.“Pengen tahu aj

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 136

    Dua hari sudah berlalu tapi Mila sama sekali belum mendapat kabar dari Gala. Entah ke mana pria itu? Dia bagai hilang ditelan bumi. Bahkan di televisi pun tak terdengar beritanya. Mila sudah mengirim pesan menanyakan kepastian pernikahan mereka, tapi pesannya tidak terkirim karena hanya centang satu. “Rin, kamu punya nomor manajernya Gala?” Mila bertanya pada asisten pribadinya. “Punya. Kenapa memangnya?” sahut Rini. “Tolong kamu hubungi dia. Tanyakan Gala ada di mana. Aku sudah coba hubungi Gala, tapi tidak bisa,” pinta Mila. “Oke. Aku selesaikan makan dulu ya,” timpal Rini yang sedang menikmati makan siangnya. “Kamu sedang makan apa? Aku lapar.” Mila menghampiri asisten pribadinya itu sambil mengelus perut. Dia tidak tahu kalau Rini memesan makanan karena baru keluar dari kamar. Wanita yang sedang hamil muda itu tadi tidur di kamar. Dia baru bangun dan langsung ingat kalau Gala belum menghubunginya. “Ayam bakar. Aku dah beliin kamu kok. Itu ada di dapur.” Rini menunjuk kotak ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 137

    “Hai, Cantik. Apa kabar?” sapa Aswin begitu berdiri di samping Zahra.Wanita yang mengenakan hijab berwarna cokelat muda itu menoleh ke sisi kirinya. Dia terkejut kala mendapati Aswin yang menyapanya. “Apa yang Pak Aswin lakukan di sini? Seharusnya Bapak bergabung dengan pengusaha lainnya bukan dengan sekretaris,” cetus Zahra dengan ketus.“Kamu tahu tidak? Kamu jadi semakin cantik sekarang. Oh ya, aku dengar kamu sedang hamil. Aura wanita yang sedang hamil itu memang sangat memesona. Membuatku jadi susah untuk memalingkan mata.” Aswin malah merayu Zahra dan tak menggubris ucapan wanita berhijab itu.“Jangan mengatakan hal yang tidak pantas, Pak. Saya ini wanita bersuami,” tukas Zahra dengan sengit.“Suamimu saja menemui pacarnya setelah kalian menikah. Apa kamu yakin selama ini dia tidak menemui wanita lain?” Pria bermata sipit itu coba memprovokasi Zahra.“Pak Zyan selama 24 jam bersama saya, jadi beliau tidak akan menemui wanita lain tanpa sepengatahuan saya. Tolong jangan fitnah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Ban 138

    “Memangnya aku tahanan, kok mau dikurung, Bang,” seloroh Zahra agar obrolan mereka tidak terlalu serius. Walaupun wajah Zyan tidak setegang tadi, tapi Zahra tahu kalau suaminya sedang gundah. Jadi dia ingin sedikit mencairkan suasana.Zyan tersenyum tipis mendengar candaan istrinya. “Iya, kamu memang jadi tahanan di hati abang karena itu kamu tidak boleh berpaling pada pria lain,” timpalnya. “Aku juga ga akan ke mana-mana kok, Bang. Ingin terus sama Abang dan anak kita nantinya,” sahut Zahra yang cukup menenangkan hati Zyan. Meskipun terlihat dingin dan kaku, sejatinya hati Zyan jadi rapuh bila berhubungan dengan Zahra.Perhatian Zyan dan Zahra kemudian berpindah karena pihak pengundang mengumumkan kalau pertemuan hari itu akan segera dimulai. Pasangan itu pun mulai bersikap profesional. Zyan bertindak sebagai atasan, dan Zahra sebagai sekretarisnya. Pertemuan siang itu berjalan dengan lancar. Zyan masih belum memutuskan akan melakukan investasi atau bekerja sama dengan perusahan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 139

    Zahra berusaha mendorong dada suaminya begitu mendengar suara Faisal. Namun, Zyan bergeming. Dia sama sekali tidak melepaskan tautan bibir mereka meskipun sang asisten pribadi memergoki keduanya. Setelah mendengar pintu ditutup, Zyan baru menjauhkan diri.“Abang, ih. Aku ‘kan jadi malu sama Pak Faisal.” Zahra menepuk dada suaminya sebagai bentuk protes.“Kenapa malu? Kita ini suami istri, sudah halal mau ngapa-ngapain,” tukas Zyan sambil menatap lekat mata istrinya.“Tapi ga di depan orang juga, Bang,” lontar Zahra.“Kita ini di ruanganku loh. Tidak ada orang lain di sini selain kita berdua. Salah Faisal sendiri yang masuk ga ketuk pintu dulu.” Zyan membela diri.Namun memang benar apa yang dikatakan CEO itu. Biasanya Faisal mengetuk pintu terlebih dahulu, tapi tadi langsung masuk saja. Jadi memang salah asisten pribadi Zyan sendiri.Zahra diam, tak membalas atau menanggapi suaminya. Dia malah mendorong kursinya ke belakang agar tidak terlalu dekat dengan suaminya. Bukan maksud menola

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09

Bab terbaru

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 270 (TAMAT)

    Zahra membawa nampan berisi dua cangkir lemon tea panas dah sepiring kudapan ke halaman belakang, di mana suaminya sedang duduk berselonjor di gazebo dengan iPad di tangan. Hari ini akhir pekan, tapi keduanya hanya di rumah berdua. Keempat anak mereka sudah sibuk dengan pendidikan dan kegiatannya masing-masing. “Diminum dulu tehnya mumpung masih anget, Bang,” ucap Zahra setelah meletakkan nampan di atas gazebo. Zyan meletakkan iPad di samping lantas tersenyum pada istrinya. “Baik, Cintaku.” Pria itu mengambil salah satu cangkir lalu mencium aroma teh dengan lemon yang begitu menyegarkan. Setelah itu baru menyesapnya. “Nikmat seperti biasa. Terima kasih, Ra,” ucapnya. Zahra yang juga tengah menikmati teh, hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dia kembali meletakkan cangkir di atas nampan. “Rumah kita ini sekarang jadi sepi ya, Bang,” gumamnya seraya menyandarkan kepala di bahu suaminya. Zyan meraih tangan kanan sang istri lalu menggenggamnya dengan erat. “Dulu waktu abang ingin namb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 269

    Lulus SMP, Zayyan memutuskan keluar dari pesantren setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dia akan lanjut memperdalam ilmunya di luar pesantren karena tak ingin melihat adik bungsunya kesepian di rumah.Zyel dan Zyra dengan kompak masuk pesantren karena ingin mengikuti jejak sang kakak yang sudah hafal Al-Qur’an. Kedua anak kembar itu katanya juga ingin memberikan mahkota pada mama dan papanya di akhirat nanti. Walaupun berat harus berpisah dengan kedua anaknya sekaligus, Zyan dan Zahra tetap mengizinkan.Zayyan kemudian bersekolah di SMA yang masih satu yayasan dengan SD-nya dahulu. Sekolah berbasis Islam tapi menggunakan kurikulum internasional.“Kak, dapat salam dari kakak kelasku.” Zeza memberi tahu Zayyan saat sang kakak menjemputnya di sekolah dengan motor sport-nya. Sejak berumur 17 tahun dan punya SIM, Zayyan memang mengendarai motor sendiri ke sekolah. Motor sport impian yang merupakan hadiah ulang tahun ke-17 dari kedua orang tuanya. Kadang dia mengantar dan menjemput

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 268

    “Pa, Ma, aku mau masuk SMP yang ada di pesantren.” Zayyan mengungkapkan keinginannya pada Zyan dan Zahra saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara Parents Day di sekolahnya.Zyan dan Zahra tentu saja terkejut mendengar keinginan putra pertama mereka itu. Keduanya saling memandang sebelum memberi tanggapan.“Kak Zayyan, serius mau masuk pesantren?” tanya Zahra sambil menoleh ke kabin tengah di mana putra sulungnya duduk.Zayyan mengangguk. “Iya, Ma.”“Kenapa mau masuk pesantren, Kak?” Zahra kembali bertanya.“Aku ingin jadi hafiz, Ma. Pak Guru bilang kalau kita hafal Al-Qur’an, nanti kita bisa memberi mahkota pada orang tua di hari kiamat nanti karena itu aku ingin memberikannya sama Papa dan Mama,” jawab Zayyan dengan tenang.“Masya Allah, Kak, mulia sekali tujuanmu. Terima kasih ya, Kak.” Zahra tak dapat menahan rasa haru mendengar jawaban Zayyan. Dia mengusap sudut matanya dengan tisu.“Menjadi hafiz ‘kan tidak harus masuk pesantren, Kak. Besok Papa carikan ustaz yang bisa memb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 267

    "Yeay, Mama sama Papa sudah pulang. Mana oleh-olehnya?" todong Zyra yang baru pulang dari sekolah dan melihat kedua orang tuanya duduk di ruang tengah bersama si bungsu, Zeza."Lihat Mama sama Papa itu ya mengucapkan salam terus salim dulu, jangan langsung minta oleh-oleh," tegur Zyan."Iya, Pa." Zyra kemudian menyapa dan menyalami kedua orang tuanya. Tidak bertemu selama satu minggu membuatnya sangat rindu. Meminta oleh-oleh hanya basa-basinya. Melihat kedua orangnya di rumah adalah kebahagiaan terbesarnya. Gadis kecil itu kemudian meminta pangku pada papanya.Zyel yang masuk belakangan langsung menyapa, menyalami, dan memeluk keduanya. Dia lantas duduk di samping sang mama. Wanita yang sangat dirindukannya. Bukan tak rindu pada Zyan, rindu juga tapi kadarnya berbeda. Zyel memang lebih dekat dengan sang mama daripada papanya."Kak Zyel dan Kak Zyra, ganti baju dulu ya. Setelah itu baru main lagi," pinta Zahra."Nanti saja ganti bajunya, Ma. Aku masih mau sama Papa," sahut Zyra yang b

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 266

    Pukul 3.00 dini hari, Zyan dan Zahra dijemput di hotel oleh tim dari pengelola balon udara. Mereka diantar ke kantor pengelola tersebut untuk menikmati sarapan di sana. Sesudah itu keduanya dibawa ke lokasi peluncuran balon udara.Zyan dan Zahra disambut oleh staf yang ramah dan profesional yang mendampingi mereka sambil menunggu persiapan sebelum penerbangan. Selama balon udara digelembungkan dan disiapkan, keduanya diberikan penjelasan tentang perjalanan yang akan ditempuh dan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan. Pilot dan kru yang berpengalaman memastikan Zyan dan Zahra merasa nyaman dan siap untuk memulai perjalanan di angkasa.Zyan naik ke keranjang terlebih dahulu, setelah itu baru membantu istrinya. Mereka kemudian memasang sabuk pengaman sesuai dengan pedoman keselamatan sebelum lepas landas. Di keranjang tersebut hanya ada Zyan, Zahra, dan sang pilot. Setelah semua siap, pilot pun mulai menerbangkan balon udara.Perlahan-lahan balon itu terangkat dari tanah dan mengang

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 265

    Zyan berbaring di samping Zahra setelah mendayung samudra cinta dan meraih surga dunia bersama. Kepuasan tergambar jelas di wajah keduanya. Titik-titik basah di kening dan mengilapnya tubuh karena keringat menjadi bukti betapa panasnya permainan mereka.Zyan dan Zahra tak bisa selepas itu saat di rumah. Saat mereka sedang bermesraan sering muncul perasaan was-was bila salah satu anak mereka mengetuk pintu kamar. Bukan hanya sekali hal itu terjadi, tapi sering kali. Apalagi kalau sedang hujan deras dan suara guntur terus terdengar. Atau terbangun tengah malam karena mimpi buruk, pasti langsung ke kamar orang tuanya.Pernah saat keduanya sudah menyatukan tubuh dan sedang berusaha menggapai nirwana, pintu kamar digedor-gedor dari luar oleh Zyra yang menangis sembari memanggil-manggil mereka. Tidak dilanjut tanggung, tapi kalau dilanjut pasti akan membangunkan seisi rumah karena suara bising yang dibuat Zyra. Terpaksa keduanya mengakhiri permainan sebelum mencapai puncak dan langsung menge

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 264

    Waktu tak terasa cepat berlalu, keempat anak Zyan dan Zahra tumbuh dengan baik. Semuanya jadi anak yang aktif, cerdas, dan kritis. Zayyan sudah kelas 3 SD, Zyel dan Zyra sekolah TK besar, sedangkan Zeza di PAUD. Untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke 10, Zyan mengajak Zahra liburan. Mereka hanya pergi berdua, tanpa mengajak anak-anak. Tentu saja di sela liburan tersebut tetap ada agenda bisnis yang harus Zyan lakukan. Ya, ibarat kata menyelam sambil minum air. Kalau untuk urusan bisnis, anak-anak memang tidak pernah diajak. Namun mereka tetap mengagendakan liburan dengan anak-anak minimal setahun sekali.“Abang menepati janji membawamu ke tempat ini lagi,” ucap Zyan kala mereka tiba kamar hotel yang terletak di Kota Cappadocia, Turki. Dia menarik istrinya menuju jendela kaca besar, di mana mereka bisa melihat banyak balon udara yang sedang melayang di angkasa. Pria itu berdiri di belakang sang belahan jiwa lantas memeluknya. Diletakkannya dagu di bahu sang istri.“Kamu ‘kan

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 263

    “Hore! Mama dan Papa pulang.” Zayyan berteriak sambil berlari kala melihat kedua orang tuanya keluar dari pintu kedatangan. Dia ikut sopir keluarga yang menjemput Zyan dan Zahra di bandara.Lelaki kecil itu langsung menghampiri dan memeluk perut mamanya. “Ma, aku kangen,” ungkapnya.“Mama juga kangen sama Kak Zayyan,” sahut Zahra seraya mengelus punggung putra pertamanya itu.“Kak Zayyan, tidak kangen sama papa?” lontar Zyan yang berada di samping istrinya.“Kangen Papa juga.” Zayyan melepas pelukannya pada Zahra lantas berganti memeluk papanya.Zyan tersenyum mendapat pelukan dari sang putra tercinta. Dia kemudian menggendong Zayyan.“Pa, turunin. Aku ‘kan sudah besar. Tidak boleh digendong lagi,” protes Zayyan.“Tapi papa mau gendong Kak Zayyan. Masa tidak boleh? Papa kangen. Lama tidak gendong Kakak.” Zyan beralasan.“Tapi aku udah besar, Pa,” tukas Zayyan.“Buat papa, kamu tetap masih bayi.” Zyan menciumi pipi putra sulungnya itu.“Papa, please. Jangan cium-cium lagi!” Zayyan meng

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 262

    “Mama sama Papa kapan pulang?” tanya Zayyan saat Zahra melakukan panggilan video pada pengasuh putra pertamanya itu saat mereka dalam perjalanan ke tempat pertemuan dengan para pengusahan dari Kota Malang.“Lusa, Kak,” jawab Zyan yang duduk di samping istrinya.“Katanya cuma sebentar, kok sampai lusa,” protes lelaki kecil yang wajahnya mirip dengan papanya itu.“Pekerjaan papa sama mama belum selesai, Kak, jadi tidak bisa pulang besok. Kalau Kak Zayyan sama adek-adek kangen ‘kan tinggal video call papa atau mama,” timpal Zyan.“Gimana sekolahnya tadi, Kak.” Zahra memilih mengalihkan pembicaraan daripada melihat wajah sendu putranya. Zayyan biasanya sangat antusias bila menceritakan kegiatannya di sekolah, jadi Zahra ingin membuat sulungnya itu kembali ceria. Dia sebenarnya juga sedih berjauhan dengan keempat anaknya, tapi demi menemani suami dan menjalankan pekerjaan, Zahra harus menjalaninya.Benar seperti dugaan Zahra, putra sulungnya itu langsung ceria begitu memberi tahu sang mama

DMCA.com Protection Status