Share

Bab 114

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-17 23:37:21

Zyan masuk ke kamar dengan badan menggigil dan bibir bergetar setelah mandi menjelang subuh dengan air dingin. Zahra yang melihat hal tersebut menggeleng berkali-kali. Dia lantas menyelimuti tubuh suaminya yang duduk di atas tempat tidur dengan selimut tebal.

“Sudah dibilang mandi pakai air panas ga mau, sekarang Bang Zyan jadi kedinginan ‘kan,” ucap Zahra sambil merapikan selimut. Memastikan badan sang suami tertutup selimut semua.

“Kamu saja mandi air dingin, masa abang pakai air panas. Sebagai pria, abang malu dong,” sahut Zyan dengan bibir gemetar.

Zahra tertawa kecil. “Akibat gengsi jadinya malah kedinginan ‘kan. Bang Zyan tuh ga biasa mandi air dingin, jadi jangan nekat. Sekarang merasakan akibatnya ‘kan. Makanya sa—eh aku ga mau Bang Zyan lama-lama di sini karena fasilitasnya terbatas ga kaya di rumah Papa.”

“Gapapa, abang betah kok di sini. Abang juga ga kapok mandi jam segini karena kamu masih utang hukuman sama abang,” lontar Zyan yang tetap ingat dengan hukuman untuk istrin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
bagus hasil test nya udah keluar ini. nah info apa lagi ini yg mau zyan sampaikan bikin kepo
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
so sweet nya Babang zyan hehe akur2 twrus yaa kalian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 115

    “Apa informasi soal Gala, Pak?” Faisal memastikan agar tidak salah karena ada beberapa informasi yang diminta oleh atasannya itu.“Ya. Gimana? Sudah dapat?” lontar Zyan.“Sudah, Pak,” jawab Faisal.“Kalau begitu kirimkan sekalian informasinya dengan hasil tes!” perintah suami Zahra.“Baik, Pak. Apa perlu saya memberi tahu Bu Rania soal hasil tes?” tanya Faisal.“Tidak usah. Aku sendiri yang akan memberi tahu Mama. Sekarang kamu siapkan saja untuk acara besok,” jawab Zyan.Setelah tidak ada yang dibicarakan lagi, panggilan itu pun diakhiri.“Kenapa Pak Faisal telepon, Bang? Apa ada yang penting?” tanya Zahra begitu sang suami mendekat padanya.“Sini duduk dulu.” Zyan mengajak istrinya duduk di sisi tempat tidur. Dia lantas membuka gawai. “Hasil tes DNA sudah keluar. Ayo kita lihat hasilnya bersama,” ucapnya seraya memegang ponsel pintar itu agar bisa dilihat berdua.Zahra kemudian mengalihkan pandangan ke layar gawai suaminya. Zyan memperbesar fail yang sudah dikirim oleh asisten priba

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 116

    Zyan sontak menoleh pada kakak iparnya. “Tidak, Mas. Dia nanti akan melakukan konferensi pers sendiri. Kita tidak perlu berhubungan langsung dengan dia atau pria yang menghamilinya,” tandasnya.“Bagaimana kalau dia menyangkal dalam konferensi persnya nanti?” Amir mengeluarkan unek-uneknya.“Tidak akan. Kalaupun dia melakukannya, tentu proses hukum yang akan dihadapinya. Saat konferensi pers besok, kita juga akan menuntut klarifikasi dari pihaknya. Mas Amir, tenang saja. Kita punya banyak bukti yang akan mematahkan kebohongannya kalau sampai itu terjadi,” jelas Zyan.“Nak Zyan dan Nak Faisal tentu lebih tahu bagaimana cara menghadapi mereka, Mir. Kamu tidak perlu khawatir berlebihan seperti itu,” timpal Umar.“Aku hanya tidak ingin melihat Zahra terluka lagi, Yah. Apalagi ada orang-orang yang suka menggiring opini tanpa tahu fakta dan hanya mendapat informasi sepotong-sepotong.” Amir beralasan.“Kalau selalu mendengarkan omongan orang lain, kita tidak akan pernah hidup tenang, Mas. Sel

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 117

    Layar proyektor yang ada di sebelah kanan ballroom kemudian menampakkan bukti hasil tes DNA. Secara bergantian ditampilkan hasil tes dari tiga lab yang berbeda dan ketiganya menyatakan kalau Zyan bukan ayah biologis dari janin yang dikandung Mila. Para wartawan pun tampak sibuk mengambil gambar dan video dari layar proyektor sebagai salah satu materi berita mereka.“Apa yang terpampang di layar tersebut adalah bukti bahwa janin yang dikandung oleh Saudari Kamila Dinata bukanlah darah daging saya. Satu-satunya wanita yang mengandung darah daging saya hanyalah istri saya yang tercinta,” ucap Zyan seraya menoleh pada Zahra yang duduk di sampingnya.Pria itu kemudian kembali mengalihkan pandangan ke depan. “Saya sengaja melakukan tes DNA di tiga lab berbeda agar hasilnya lebih valid sekaligus untuk membuktikan kalau saya tidak melakukan kecurangan. Walaupun sebenarnya hasil dari satu lab sudah cukup valid, saya hanya melakukan antisipasi,” sambungnya.“Pada kesempatan ini secara terbuka s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 118

    “Alhamdulillah.” Zahra menghela napas lega begitu masuk ke ruangan di mana keluarga besar mereka berkumpul.Zyan yang mendengar ungkapan kelegaan sang istri lantas menghentikan langkah, yang kemudian diikuti oleh Zahra. Pria itu lalu menangkup kedua pipi istrinya hingga membuat mereka berdiri berhadapan. “Kamu hebat, Ra. Terima kasih sudah selalu ada di sampingku dan mendukungku,” ucapnya sebelum mengecup kening wanita berhijab hitam itu. “Aduh! Mataku ternoda melihat kemesraan kalian,” protes Saffa yang merasa keki begitu Zyan mencium kening Zahra. Bukannya gegas menjauhkan diri dari istrinya, Zyan malah memeluk erat Zahra dan mengecup puncak kepala belahan jiwanya itu. Sengaja membuat kesal adiknya. “Pesan kamar sana, Kak! Jangan mengumbar kemesraan kaya gitu di depan jomlo!” Saffa kembali melayangkan protes yang membuat Zahra menepuk lengan suaminya agar mengurai pelukan.Zyan akhirnya merenggangkan lengan yang memeluk istrinya hingga Zahra bisa menjauhkan diri. Wanita yang seda

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 119

    "Rin, gimana? Hasilnya sudah ada?" Mila bertanya dengan penuh antusias.Kedua bahu Rini meluruh. "Asisten pribadi Zyan tidak mau membantu, Mil. Dia bilang kita harus menghubungi lab sendiri," jawabnya."Ya sudah, kalau begitu kamu hubungi labnya sendiri, bisa 'kan?" Mila memandang asisten pribadinya itu.Rini mengangguk. "Bisa. Masalahnya aku ga punya nomor labnya," ungkapnya."Ya Tuhan. Jadi kemarin kamu diam saja waktu petugas lab ambil darahku dan sampel dari Gala?" Mila menatap Rini tak percaya."Aku pikir karena dibantu asisten Zyan, semua akan di-handle sama dia sampai selesai. Ternyata dia tidak mau ikut campur lagi," aku Rini.Mila menghela napas panjang setelah mendengar pengakuan asisten pribadinya. "Tumben sekali kamu tidak bisa diandalkan kali ini, Rin," keluhnya."Maaf, Mil. Ini 'kan juga di luar prediksiku." Rini tampak sangat menyesal."Ya sudah, mau bagaimana lagi. Aku coba kirim pesan sama Faisal saja." Mila kemudian mengambil gawai dan mengirim pesan pada asisten pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 120

    Rini dan Mila menyambut dengan ramah kedatangan para wartawan di aula rumah makan yang mereka sewa untuk konferensi pers. Para pencari warta itu langsung diminta menikmati hidangan yang disajikan begitu tiba di aula. Mereka mengikuti cara Zyan dalam menjamu para wartawan walaupun hidangannya lebih sederhana.Setelah banyak wartawan yang datang, acara konferensi pers dimulai. Siang itu, Mila mengenakan gaun hitam lengan pendek dengan panjang selutut. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai. Dia merias wajah dengan warna natural agar tidak terlalu mencolok. Untuk alas kaki, artis itu memakai flat shoes yang senada dengan warna gaunnya.Rini membuka konferensi pers. Di depan wartawan, selain ditemani sang asisten, Mila juga ditemani oleh seorang pria yang berprofesi sebagai pengacara, seorang kenalan yang semalam dia hubungi. Pengacara itu di sana hanya mendampingi, bukan sebagai kuasa hukum Mila. Dan juga sebagai teman yang bisa memberi nasihat dan menengahi bila ada masalah.“Selamat

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 121

    Mila terhenyak mendengar pertanyaan tersebut dan tak langsung menjawab. Dia malah berbisik pada Hasan, pengacara yang duduk di sampingnya. “Bagaimana ini? Apa aku harus bicara jujur?”“Kalau mau aman, jawab saja mereka nanti juga akan tahu kalau sudah saatnya,” jawab sang pengacara juga dengan berbisik.Mila mengangguk kemudian kembali menghadap para wartawan. “Mohon maaf, Teman-teman, untuk sekarang saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Saya akan memberi tahu bila sudah saatnya,” ucapnya.“Saya rasa sudah cukup pertanyaannya. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kedatangan Teman-teman wartawan. Mohon maaf bila dalam pelaksanaan konferensi pers siang ini ada salah, khilaf, dan banyak kekurangan. Semoga Teman-teman lancar pekerjaannya dan pulang dalam keadaan sehat dan selamat. Selamat siang.” Mila memutuskan menutup konferensi pers siang itu. Dia sudah cukup pusing menerima berbagai pertanyaan kritis dari para wartawan.Meskipun merasa kecewa karena konferensi pers sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 122

    “Tolong ajukan laporan ke polisi hari ini juga,” pinta Zyan pada pengacara yang datang ke kantornya.“Apa tidak sebaiknya kita somasi terlebih dahulu, Pak? Kalau mereka tidak memberi tanggapan baru lapor ke polisi,” ujar sang pengacara.Zyan menggeleng. “Tidak perlu somasi, hanya buang-buang waktu. Kemarin aku sudah memberi dia waktu untuk melakukan klarifikasi lewat konferensi pers, nyatanya apa? Tetap sampah yang dia bicarakan. Kalau perlu, keluarkan bukti persekongkolan mereka,” ucapnya dengan geram.“Sabar, Bang. Istighfar.” Zahra mengelus tangan Zyan yang menggenggam tangannya.“Astaghfirullah.” CEO itu pun mengucap istighfar beberapa kali setelah diingatkan sang istri. Menjadi suami Zahra membuatnya jadi lebih bisa mengendalikan diri karena istrinya itu selalu membuatnya ingat pada Tuhan. “Kalau keinginan Pak Zyan seperti itu, kami akan langsung ke kantor polisi untuk mengajukan laporan,” ucap pengacara itu setelah Zyan terlihat lebih tenang.Zyan mengangguk. “Terima kasih. Sek

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25

Bab terbaru

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 270 (TAMAT)

    Zahra membawa nampan berisi dua cangkir lemon tea panas dah sepiring kudapan ke halaman belakang, di mana suaminya sedang duduk berselonjor di gazebo dengan iPad di tangan. Hari ini akhir pekan, tapi keduanya hanya di rumah berdua. Keempat anak mereka sudah sibuk dengan pendidikan dan kegiatannya masing-masing. “Diminum dulu tehnya mumpung masih anget, Bang,” ucap Zahra setelah meletakkan nampan di atas gazebo. Zyan meletakkan iPad di samping lantas tersenyum pada istrinya. “Baik, Cintaku.” Pria itu mengambil salah satu cangkir lalu mencium aroma teh dengan lemon yang begitu menyegarkan. Setelah itu baru menyesapnya. “Nikmat seperti biasa. Terima kasih, Ra,” ucapnya. Zahra yang juga tengah menikmati teh, hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dia kembali meletakkan cangkir di atas nampan. “Rumah kita ini sekarang jadi sepi ya, Bang,” gumamnya seraya menyandarkan kepala di bahu suaminya. Zyan meraih tangan kanan sang istri lalu menggenggamnya dengan erat. “Dulu waktu abang ingin namb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 269

    Lulus SMP, Zayyan memutuskan keluar dari pesantren setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dia akan lanjut memperdalam ilmunya di luar pesantren karena tak ingin melihat adik bungsunya kesepian di rumah.Zyel dan Zyra dengan kompak masuk pesantren karena ingin mengikuti jejak sang kakak yang sudah hafal Al-Qur’an. Kedua anak kembar itu katanya juga ingin memberikan mahkota pada mama dan papanya di akhirat nanti. Walaupun berat harus berpisah dengan kedua anaknya sekaligus, Zyan dan Zahra tetap mengizinkan.Zayyan kemudian bersekolah di SMA yang masih satu yayasan dengan SD-nya dahulu. Sekolah berbasis Islam tapi menggunakan kurikulum internasional.“Kak, dapat salam dari kakak kelasku.” Zeza memberi tahu Zayyan saat sang kakak menjemputnya di sekolah dengan motor sport-nya. Sejak berumur 17 tahun dan punya SIM, Zayyan memang mengendarai motor sendiri ke sekolah. Motor sport impian yang merupakan hadiah ulang tahun ke-17 dari kedua orang tuanya. Kadang dia mengantar dan menjemput

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 268

    “Pa, Ma, aku mau masuk SMP yang ada di pesantren.” Zayyan mengungkapkan keinginannya pada Zyan dan Zahra saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara Parents Day di sekolahnya.Zyan dan Zahra tentu saja terkejut mendengar keinginan putra pertama mereka itu. Keduanya saling memandang sebelum memberi tanggapan.“Kak Zayyan, serius mau masuk pesantren?” tanya Zahra sambil menoleh ke kabin tengah di mana putra sulungnya duduk.Zayyan mengangguk. “Iya, Ma.”“Kenapa mau masuk pesantren, Kak?” Zahra kembali bertanya.“Aku ingin jadi hafiz, Ma. Pak Guru bilang kalau kita hafal Al-Qur’an, nanti kita bisa memberi mahkota pada orang tua di hari kiamat nanti karena itu aku ingin memberikannya sama Papa dan Mama,” jawab Zayyan dengan tenang.“Masya Allah, Kak, mulia sekali tujuanmu. Terima kasih ya, Kak.” Zahra tak dapat menahan rasa haru mendengar jawaban Zayyan. Dia mengusap sudut matanya dengan tisu.“Menjadi hafiz ‘kan tidak harus masuk pesantren, Kak. Besok Papa carikan ustaz yang bisa memb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 267

    "Yeay, Mama sama Papa sudah pulang. Mana oleh-olehnya?" todong Zyra yang baru pulang dari sekolah dan melihat kedua orang tuanya duduk di ruang tengah bersama si bungsu, Zeza."Lihat Mama sama Papa itu ya mengucapkan salam terus salim dulu, jangan langsung minta oleh-oleh," tegur Zyan."Iya, Pa." Zyra kemudian menyapa dan menyalami kedua orang tuanya. Tidak bertemu selama satu minggu membuatnya sangat rindu. Meminta oleh-oleh hanya basa-basinya. Melihat kedua orangnya di rumah adalah kebahagiaan terbesarnya. Gadis kecil itu kemudian meminta pangku pada papanya.Zyel yang masuk belakangan langsung menyapa, menyalami, dan memeluk keduanya. Dia lantas duduk di samping sang mama. Wanita yang sangat dirindukannya. Bukan tak rindu pada Zyan, rindu juga tapi kadarnya berbeda. Zyel memang lebih dekat dengan sang mama daripada papanya."Kak Zyel dan Kak Zyra, ganti baju dulu ya. Setelah itu baru main lagi," pinta Zahra."Nanti saja ganti bajunya, Ma. Aku masih mau sama Papa," sahut Zyra yang b

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 266

    Pukul 3.00 dini hari, Zyan dan Zahra dijemput di hotel oleh tim dari pengelola balon udara. Mereka diantar ke kantor pengelola tersebut untuk menikmati sarapan di sana. Sesudah itu keduanya dibawa ke lokasi peluncuran balon udara.Zyan dan Zahra disambut oleh staf yang ramah dan profesional yang mendampingi mereka sambil menunggu persiapan sebelum penerbangan. Selama balon udara digelembungkan dan disiapkan, keduanya diberikan penjelasan tentang perjalanan yang akan ditempuh dan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan. Pilot dan kru yang berpengalaman memastikan Zyan dan Zahra merasa nyaman dan siap untuk memulai perjalanan di angkasa.Zyan naik ke keranjang terlebih dahulu, setelah itu baru membantu istrinya. Mereka kemudian memasang sabuk pengaman sesuai dengan pedoman keselamatan sebelum lepas landas. Di keranjang tersebut hanya ada Zyan, Zahra, dan sang pilot. Setelah semua siap, pilot pun mulai menerbangkan balon udara.Perlahan-lahan balon itu terangkat dari tanah dan mengang

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 265

    Zyan berbaring di samping Zahra setelah mendayung samudra cinta dan meraih surga dunia bersama. Kepuasan tergambar jelas di wajah keduanya. Titik-titik basah di kening dan mengilapnya tubuh karena keringat menjadi bukti betapa panasnya permainan mereka.Zyan dan Zahra tak bisa selepas itu saat di rumah. Saat mereka sedang bermesraan sering muncul perasaan was-was bila salah satu anak mereka mengetuk pintu kamar. Bukan hanya sekali hal itu terjadi, tapi sering kali. Apalagi kalau sedang hujan deras dan suara guntur terus terdengar. Atau terbangun tengah malam karena mimpi buruk, pasti langsung ke kamar orang tuanya.Pernah saat keduanya sudah menyatukan tubuh dan sedang berusaha menggapai nirwana, pintu kamar digedor-gedor dari luar oleh Zyra yang menangis sembari memanggil-manggil mereka. Tidak dilanjut tanggung, tapi kalau dilanjut pasti akan membangunkan seisi rumah karena suara bising yang dibuat Zyra. Terpaksa keduanya mengakhiri permainan sebelum mencapai puncak dan langsung menge

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 264

    Waktu tak terasa cepat berlalu, keempat anak Zyan dan Zahra tumbuh dengan baik. Semuanya jadi anak yang aktif, cerdas, dan kritis. Zayyan sudah kelas 3 SD, Zyel dan Zyra sekolah TK besar, sedangkan Zeza di PAUD. Untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke 10, Zyan mengajak Zahra liburan. Mereka hanya pergi berdua, tanpa mengajak anak-anak. Tentu saja di sela liburan tersebut tetap ada agenda bisnis yang harus Zyan lakukan. Ya, ibarat kata menyelam sambil minum air. Kalau untuk urusan bisnis, anak-anak memang tidak pernah diajak. Namun mereka tetap mengagendakan liburan dengan anak-anak minimal setahun sekali.“Abang menepati janji membawamu ke tempat ini lagi,” ucap Zyan kala mereka tiba kamar hotel yang terletak di Kota Cappadocia, Turki. Dia menarik istrinya menuju jendela kaca besar, di mana mereka bisa melihat banyak balon udara yang sedang melayang di angkasa. Pria itu berdiri di belakang sang belahan jiwa lantas memeluknya. Diletakkannya dagu di bahu sang istri.“Kamu ‘kan

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 263

    “Hore! Mama dan Papa pulang.” Zayyan berteriak sambil berlari kala melihat kedua orang tuanya keluar dari pintu kedatangan. Dia ikut sopir keluarga yang menjemput Zyan dan Zahra di bandara.Lelaki kecil itu langsung menghampiri dan memeluk perut mamanya. “Ma, aku kangen,” ungkapnya.“Mama juga kangen sama Kak Zayyan,” sahut Zahra seraya mengelus punggung putra pertamanya itu.“Kak Zayyan, tidak kangen sama papa?” lontar Zyan yang berada di samping istrinya.“Kangen Papa juga.” Zayyan melepas pelukannya pada Zahra lantas berganti memeluk papanya.Zyan tersenyum mendapat pelukan dari sang putra tercinta. Dia kemudian menggendong Zayyan.“Pa, turunin. Aku ‘kan sudah besar. Tidak boleh digendong lagi,” protes Zayyan.“Tapi papa mau gendong Kak Zayyan. Masa tidak boleh? Papa kangen. Lama tidak gendong Kakak.” Zyan beralasan.“Tapi aku udah besar, Pa,” tukas Zayyan.“Buat papa, kamu tetap masih bayi.” Zyan menciumi pipi putra sulungnya itu.“Papa, please. Jangan cium-cium lagi!” Zayyan meng

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 262

    “Mama sama Papa kapan pulang?” tanya Zayyan saat Zahra melakukan panggilan video pada pengasuh putra pertamanya itu saat mereka dalam perjalanan ke tempat pertemuan dengan para pengusahan dari Kota Malang.“Lusa, Kak,” jawab Zyan yang duduk di samping istrinya.“Katanya cuma sebentar, kok sampai lusa,” protes lelaki kecil yang wajahnya mirip dengan papanya itu.“Pekerjaan papa sama mama belum selesai, Kak, jadi tidak bisa pulang besok. Kalau Kak Zayyan sama adek-adek kangen ‘kan tinggal video call papa atau mama,” timpal Zyan.“Gimana sekolahnya tadi, Kak.” Zahra memilih mengalihkan pembicaraan daripada melihat wajah sendu putranya. Zayyan biasanya sangat antusias bila menceritakan kegiatannya di sekolah, jadi Zahra ingin membuat sulungnya itu kembali ceria. Dia sebenarnya juga sedih berjauhan dengan keempat anaknya, tapi demi menemani suami dan menjalankan pekerjaan, Zahra harus menjalaninya.Benar seperti dugaan Zahra, putra sulungnya itu langsung ceria begitu memberi tahu sang mama

DMCA.com Protection Status