Share

Ambruk Di Atasku

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Kamu mau kan jadi milik saya sepenuhnya, Han? Tanpa paksaan?"

Aku mengangguk dengan seulas senyum palsu.

"Saya bahagia banget, Han."

Kemudian beliau mencium pipiku lalu berpindah ke leherku. Astaga, badanku langsung panas dingin dalam sekejap mata. Lalu nafasku mendadak seperti orang sedang berlatih senam pernafasan. Mengambil nafas panjang lalu dihembuskan perlahan dengan mata berketip cepat.

Maklum, ini akan menjadi pengalaman pertamaku menghabiskan malam pertama dengan suami. Lebih tepatnya suami yang tidak kucintai namun aku benar-benar terpaksa melayaninya demi harta!

Tapi itu hanya beberapa detik saja lalu beliau menarik wajahnya dan kembali menatapku dalam kegelapan kamar.

"Kenapa, Pak?"

Aku takut beliau kecewa lalu aku batal menikmati hartanya.

"Nggak sekarang, Han."

Apa maksudnya?

Pak Akhtara tidak serta merta mewujudkan keinginan biologisnya begitu bisa membuatku tunduk. Yeah, pada akhirnya, akulah yang bertekuk lutut padanya. Bukan aku yang membuat beliau berte
Juniarth

enjoy reading ....

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
ngetik huruf dengan semangat dan full energi plus imajinasi.tersusunlah ribuan kat panjang episode ini
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
eits dah,kok ambruk buru buru sih
goodnovel comment avatar
Arbainah
jihan kau berdosa saat melakukan nya dengan suamimu tp mengingat lelaki lain, apalagi dengan kebohongan semata,,,,, aduh jihan,, jihan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Telah Direnggut Pak Akhtara

    Aku segera memegang lengan kokoh Pak Akhtara lalu mendorong tubuhnya yang menimpaku. "Pak? Pak Akhtara? Bangun, Pak?" Beliau tetap ambruk di atasku dengan nafas orang seperti sesak nafas! Astaga! Bagaimana ini? Kupikir berita tentang seorang pria dewasa usai bercinta di kamar hotel lalu meninggal dunia itu isapan jempol semata. Tapi ternyata, ini benar-benar terjadi padaku! Pak Akhtara pingsan atau justru meninggal dunia? Apa? Meninggal dunia? Ah .... polisi pasti bakal menangkapku karena yang membuat beliau meninggal setelah bercinta. Dan yang lebih buruk lagi, sudah dipenjara, kehilangan keperawanan, belum mendapatkan bisnis seperti yang dijanjikan beliau, lalu ditinggalkan Mas Hadza. Ini gila!!!! "Pak! Bangun, Pak!" Aku gugup dan terus berusaha membangunkan dan menyingkirkannya dari atasku. Nafasnya yang terdengar kasar itu menerpa kulit pundakku. Begitu aku berhasil menggulingkan Pak Akhtara ke sisi kiriku, tiba-tiba saja tangan beliau menarik badanku hingga aku yang

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Pusing Dan Jantung Berdebar

    Aku memilih tidak terlelap lagi hingga subuh menjelang. Lalu menghidupkan televisi di ruang tengah. Mataku tertuju ke arah televisi tapi pikiranku melayang-layang kesana kemari. "Pagi, sayang," sapanya dari belakang. Kemudian beliau mencium pipi kiriku dengan kedua tangannya bertengger di pundakku. Aku sangat terkejut dengan morning kiss dan sapaan Pak Akhtara pagi ini. Pasalnya pikiranku sedang berkelana dan beliau datang mengagetkan. Aroma sabun yang segar dari tubuhnya tercium olehku. Itu artinya beliau usai menunaikan mandi besar. Lagi pula, mengapa juga sih main cium saja? Hatiku sedang tidak bersemangat meski memandangnya. "Saya pikir kamu kemana." "Saya ... pengen lihat tivi aja, Pak. Takut di kamar ganggu Bapak tidur." "Ayo kita ibadah subuh dulu, Han." Beliau kemudian berjalan mengitari sofa panjang yang kududuki lalu mengulurkan tangannya. Dan aku menerima tangannya kemudian menarikku kembali ke kamar untuk beribadah bersama. Dengan baju muslim dan peci putih d

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Obat Pencegah Kehamilan

    "Afifah, mulai sekarang, Jihan udah pindah ke kamar saya. Pakaiannya tadi masih ada di koper. Tolong kamu masukin pakaiannya ke dalam lemari saya. Kalau masih ada barang-barangnya Jihan yang ada di kamar tamu, boleh kamu pindah ke kamar saya sekalian." Ucapan Pak Akhtara sontak membuat kedua mata Afifah berkedip cepat. Kemudian aku segera menundukkan kepala untuk menyembunyikan secuil kekesalanku. Bahkan sarapan yang ada di hadapanku kini terihat tidak menggugah selera. Mengapa sih, Pak Akhtara harus mengatakan itu pada Afifah?! Tanpa berkata pun, seiring berjalannya waktu dia pasti akan tahu kalau aku pada akhirnya satu kamar dengan Pak Akhtara. "Eh ... iya, Pak. Akan saya tata pakaiannya Mbak Jihan." "Makasih." "Semoga rumah tangganya langgeng sampai maut memisahkan, Pak, Mbak. Dan segera dikaruniai keturunan yang lucu, sehat, dan cerdas. Membanggakan keluarga." Pak Akhtara yang duduk di sebelahku langsung tertawa lebar. "Makasih banyak doanya, Fif. Kamu tulus banget doain

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kamu Dimana, Sayang?

    [Pesan dari Pak Akhtara : Sayang, saya nggak bisa ajak kamu makan siang. Saya ada rapat sama direksi. Mendadak banget. Kamu nggak masalah kan makan siang sama teman-temanmu?] Aku langsung lega sejadi-jadinya usai membaca pesan dari Pak Akhtara. Ini yang kuharapkan! Kalau bisa setiap hai lebih baik Pak Akhtara sibuk melulu saja. "Selamat." Gumamku dengan tangan kiri mengusap dada dan menghela nafas panjang.. "Mau dia makan siang sama direksi, mau rapat, atau apalah. Gue nggak peduli. Malah kalau bisa rapat aja tiap hari biar nggak ganggu gue keluar sama Mas Hadza." Tanpa membalas pesannya, aku segera melangkah keluar kantor dengan sedikit tergesa-gesa hingga ketukan sepatuku berhak tiga sentimeter beradu dengan lantai dan paving halaman kantor. Lalu aku menuju ke barat kantor dengan mata melirik kesana kemari barangkali ada rekan sesama kantor ada yang berada di sekitar sini. Hingga aku mencapai minimarket dan tatapan mataku langsung tertuju ke arah Mas Hadza yang sedang duduk

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Ciuman Tanpa Ampun!

    "Vit, lo tadi makan siang dimana?" Tanyaku begitu tiba di kubikel. Kebetulan Vita juga baru datang ke kubikelnya. "Di luar nyari mie ayam, Han." Aku langsung menghela nafas lega sejadi-jadinya. Syukurlah, setidaknya Vita tidak berkeliaran di sekitar kantor ini. Setidaknya Pak Akhtara tidak melihat keberadaannya dan percaya sedang makan siang bersamaku. "Kenapa, Han?" "Nggak apa-apa kok." Kemudian aku mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menghadap komputer sembari membuka dokumen. Tiba-tiba saja Vita berucap ... "Apa ini?" Aku menoleh ke arah Vita dan betapa terkejutnya melihat obat pencegah kehamilan milikku jatuh di lantai! Kedua mataku membelalak ketika tangan Vita meraih obat itu. Lalu dengan cekatan aku meraih obat itu lebih dulu dan memasukkannya ke dalam tas. "Obat apa, Han? Kok kayak ada tulisan pencegah-pencegah gitu?" "Eh ... iya, Vit. Pencegah darah rendah." "Darah rendah? Kok kapsulnya seupil ya? Biasanya kan kapsul darah rendah itu gede dan warnanya mer

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Barter Bisnis Dan Kesenangan Biologis

    "Pak Akhtara!" Aku segera mendorong dadanya sekuat tenaga hingga tangannya terlepas dari rahangku. Bahkan kedua kakinya mundur selangkah. Dengan nafas sama-sama terengah-engah karena ulah Pak Akhtara, aku langsung bergerak menuju pintu tapi beliau dengan cepat menarik lenganku lalu merengkuhku dalam pelukannya. Erat sekali hingga kami sedekat ini dengan kedua tanganku dikunci Pak Akhtara ke belakang badan. "Lepas, Pak!" Pekikku. "Ada orang tua saya, Jihan! Jangan teriak-teriak!" ucapnya tajam dengan suara rendah. Aku melupakan itu lalu membuang muka. "Kamu kemana setelah dari ruangan saya tadi heh?!" Tatapan mataku tertuju ke arah lain dari pada menatap Pak Akhtara. Karena aku marah padanya! "Jihan, saya tanya!" Kedua tanganku masih dikunci di belakang badan dan aku memilih tidak memberontak minta dilepaskan. Percuma meminta beliau melepaskanku. Karena aku pasti tidak akan dilepaskan dengan mudah! Tapi aku tidak mau menjawab pertanyaannya. Aku kesal! "Jihan, saya hitung

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kontrasepsi

    "Hati-hati, Ma, Pa." "Jaga istrimu baik-baik, Tara! Jangan gila kerja! Buruan bikin anak!" Aku yang berdiri di sebelah Pak Akhtara hanya tersenyum canggung mendengar pesan beliau sebelum mobilnya keluar dari pelataran rumah Pak Akhtara. "Kamu dengar kan, sayang, Mama pengen kita segera punya anak." Kepalaku mengangguk seadanya lalu beliau menutup pintu rumah. Afifah, sudah kembali ke rumahnya dan akan kembali esok pagi untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah. Bagaimanapun, besok aku harus segera menemui petugas kesehatan agar segera mendapat suntikan pencegah kehamilan yang bertahan hingga tiga bulan lamanya. "Pak, besok jadi ketemu temannya Bapak yang punya bisnis itu kan?" Lalu beliau mendekatkan tubuhku ke tubuhnya kemudian jemarinya membelai lembut pipiku. "Apapun untukmu, sayang. Asal jangan ngambek lalu main pergi dari rumah. Saya nggak mau kejadian salah paham kayak gini terulang lagi." Ah .... leganya aku mendapat kepastian akan bertemu teman Pak Akhtara yan

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Istri Yang Setia

    "Ya, Pak?" "Bisa ke ruangan saya bentar, Han?" Itu suara Pak Akhtara dari sambungan telfon. Dari nada bicaranya saja aku sudah merasakan ada hal yang tidak beres. Pasti ini mengenai Mas Hadza yang tadi main tarik tanganku seenaknya saja. "Ya, Pak. Saya ... ke ruangan Bapak." Astaga ... masalah ini, mengapa datangnya silih berganti?! Hidupku seperti tidak ada tenangnya sama sekali. Belum selesai satu perkara sudah timbul masalah yang lain dan timbul lagi yang lain. Dan kecepatan tumbuhnya masalah itu seperti spora jamur di musim penghujan! Usai meletakkan tasku di kubikel, lalu aku melangkah ke ruangan Pak Akhtara dengan jantung tidak karuan berisiknya. Tapi bagaimanapun aku harus tenang! "Masuk!" Kemudian aku menutup pintu ruang kerja Pak Akhtara. Lalu ekor mataku melirik ke arah kursi sekretarisnya. Kosong! Pantas saja berani menyuruhku kemari padahal masih pagi. "Duduk, Han." Aku menurut lalu duduk di hadapannya. Meja kerjanya menjadi penghalang kami. "Saya lang

Latest chapter

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Beri Saya Maaf

    POV AKHTARA“Maaf katamu?” Tanya Farhan dengan suara sinis.“Waktu Jihan merawat Akhtira sendirian, dihina orang lain perempuan nggak benar karena melahirkan tanpa suami, lalu Akhtira dihina anak haram, siapa yang jadi tameng untuk mereka heh?!”Aku tidak menjawab dan hanya menatap Farhan. Membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. “Aku!” Dia menepuk dadanya dengan wajah benar-benar kesal.“Bukan kamu! Yang tiba-tiba datang ngambil semua yang aku usahakan!” ucapnya dengan menunjuk dadaku.“Kamu memang ayah kandung Akhtira, tapi aku yang lebih banyak berjasa ke mereka! Aku menyayangi mereka itu tulus!”“Dan Jihan nggak mungkin berpaling kalau bukan karena kamu pakai acara pura-pura mau mati! Biar apa, heh?! Dapat simpati Jihan dengan cara pintas? Iya?!”Kepalaku menggeleng dengan menatap Farhan yang begitu kecewa dan sakit hati.“Munafik!”“Saya nggak perlu menjelaskannya ke kamu karena saya tahu kamu nggak butuh itu, Far.”Tanpa berkata lagi, Farhan kemudian menaiki motornya dengan eksp

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Lebih Baik Selesai

    POV AKHTARA [Pesan dariku : Han, saya mau ke rumahmu malam ini. Apa boleh?]Aku menunggu jawaban Jihan dengan sangat tidak sabaran. Menit demi menit itu terasa sangat lama sekali. Kemana dia? Mengapa sedang tidak online?Setelah lima menit dan mondar-mandir sendiri di dalam apartemen, aku kembali melihat ponsel yang masih saja belum menunjukkan ada notifikasi dari Jihan.Baru kemarin Jihan bertamu ke apartemenku, dan hari ini aku langsung bergerak cepat. Memangnya mau menunggu apa?Ting …Aku segera meraih ponsel yang ada di meja dengan harap-harap cemas semoga saja itu dari Jihan.Dan ...[Pesan dari Jihan : Maaf, Pak. Mau apa memangnya?]Kemudian aku langsung menekan gambar telfon dan terhubung ke nomer Jihan. Aku merasa berbicara langsung itu lebih jelas dan gamblang dari pada mengatakannya melalui pesan singkat.“Halo?”“Saya mencintai kamu, Han.”Ini mungkin terlihat sangat frontal dan tidak sabaran. Karena aku langsung mengatakan isi hatiku kepada Jihan tanpa ada basa basi sama

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Sisa Cinta

    POV AKHTARAJihan kemudian menoleh dengan mata berkaca-kaca kemudian dia berdiri tanpa membawa paper bag. Lalu dia berjalan ke arahku hingga terlihat jelas ekspresi wajahnya.Kecewa, sedih, dan marah bercampur menjadi satu.“Ketika Bapak mau pergi meninggalkan saya dan Akhtira, setelah nyuruh Faris datang ke rumah dengan memberikan deretan surat berharga beserta rekening berisi uang yang nggak main-main banyaknya, kenapa Bapak nggak angkat telfon saya?”“Kenapa Bapak main pergi aja waktu itu?”Lalu air matanya kembali jatuh setetes membasahi pipi.“Bapak ngasih saya dan Akhtira harta sebanyak itu lalu pergi gitu aja, saya kayak merasa semuanya bisa Bapak hargai pakai uang!”Kemudian air mata Jihan makin deras membasahi pipinya. Bahkan bibirnya ikut bergetar menahan isak tangis.“Saya tahu Bapak itu kaya, tapi kenapa semuanya selalu Bapak putuskan sendiri tanpa dengerin saya dulu! Kenapa Bapak selalu menilainya pakai uang?! Bapak punya hati dan cinta kan?! Kenapa nggak mencoba menggunak

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kalian Tetap Bahagia Tanpa Saya

    POV AKHTARATujuh hari aku berada di tanah suci untuk benar-benar menghambakan diri pada Tuhan. Segala urusan duniawi kukesampingkan.Aku benar-benar mengharap ampunan turun bersama dengan kesungguhanku saat bersujud, menengadahkan tangan, dan tetesan air mata penyesalan.Kugunakan waktu itu sebaik mungkin dengan memperbanyak ibadah. Aku hanya pulang ke hotel jika benar-benar mengantuk.Aku tidak tahu apakah pemeriksaan keseluruhan terhadap kesehatanku itu lolos ataukah tidak. Bila lolos dan dinyatakan cocok, setidaknya aku telah membasuh jiwaku di tanah suci sebelum kembali pada sang Khaliq.Tapi bila tidak lolos, aku harap Tuhan memberi jalan kehidupan yang lebih baik. Karena aku sudah tidak lagi muda dan waktunya lebih fokus pada ibadah serta keluarga.Faris melambaikan tangannya begitu aku keluar dari pintu kedatangan penerbangan luar negeri. Dengan menggeret koper, aku menghampirinya yang menatapku dengan pandangan berkaca-kaca.Dia sudah kuanggap seperti adik dan langsung merangk

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kehilangan Kamu Yang Pernah Sangat Mencintaiku

    POV AKHTARA Faris yang berdiri di samping itu kemudian menatapku penuh keterkejutan. Pun dengan dokter yang kuajak berbicara dan masih memegang hasil laboratorium pasien yang menderita sakit keras itu. "Pak, apa ... maksudnya?" Tanya dokter itu. "Maksud saya seperti yang dokter pikirkan."Dokter itu kemudian menatap Faris dengan penuh keterkejutan. Pasalnya mana ada orang yang sudi mendonorkan hatinya dengan terang-terangan seperti aku?Mungkin mereka pikir aku sedang main-main dengan hal ini. Padahal aku benar-benar merasa bahwa ini adalah titik balik untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas semua kesalahanku. "Pak Akhtara, maaf. Ini bukan perkara sederhana, Pak. Mendonorkan hati itu tidak sama dengan mendonorkan ginjal. Manusia punya dua ginjal dan masih bisa bertahan hidup dengan satu ginjal. Tapi kalau hati ... manusia hanya punya satu, Pak. Kalau itu diambil, maka --- ""Saya mati. Begitu kan alurnya?" Jawabku tenang. Dokter dan Faris saling bertatapan d

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Terima Kasih Untuk Segalanya

    POV AKHTARA“Mas, mau gendong Tira nggak?” Tanya Abid dengan suara sangat lirih.Aku yang tengah duduk di bangku belakang sambil menatap keluar jendela mobil pun beralih atensi pada adikku itu.Dia tengah memangku putraku, Akhtira, yang sudah tertidur dengan lelap. Sedang kedua anaknya masing-masing dipangku istrinya dan Papa. Hanya aku saja yang tidak memangku anak kecil.Kemudian aku melongok ke arah putraku itu. Dia benar-benar damai terlelap di atas pangkuan adikku. Dan selalu enggan untuk berdekatan denganku.“Apa dia nanti nggak kebangun, Bid?” Tanyaku dengan suara sama lirihnya.“Pelan-pelan aja, Mas.”Lalu aku mengusap pipi halusnya itu dengan ibu jari untuk memastikan apakah Akhtira benar-benar sangat terlelap. Ternyata putraku itu tetap tidur dengan sangat pulas.“Kayaknya dia kecapekan habis main air terus perutnya kenyang. Jadi deh ngorok.”Aku menahan tawa karena guyonan Abid lalu mengangguk dengan mengulurkan kedua tangan untuk menerima putraku.Galau di hati yang sedari

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Apa Kamu Tidak Ada Waktu?

    POV AKHTARAAku harus tetap professional dengan tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Meski terasa sulit dengan tidak memikirkan penolakan Jihan saat aku sedang bekerja seperti ini.Permintaan Jihan yang tidak bersedia rujuk adalah sebuah keputusan yang tidak boleh kupaksa. Dia memiliki hak yang harus kuhormati sekalipun itu melukai hatiku.Cintaku pada sesama manusia telah habis di Jihan.Meski Humaira begitu baik secara sifat dan iman, tetap saja aku selalu terbayang Jihan. Bukankah akan makin menyakiti Humaira jika dia mengerti jika hatiku masih tertambat pada Jihan?“Mungkin jika Bu Jihan sudah menikah lagi, Bapak akan benar-benar bisa melepas dan melupakannya. Karena pintu untuk mendapatkannya benar-benar telah tertutup,” ucap Faris.Aku menghela nafas panjang dengan menatap gelas minumku yang mengembun. Kami sedang makan malam bersama karena aku tidak mau makan malam sendirian. Kebetulan tempat tinggal Faris tidak jauh dari apartemen tempatku berteduh.“M

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Tetap Memilih Dia

    POV AKHTARAKarena putraku, Akhtira, sedang duduk di pangkuan seorang lelaki dengan menghadap wajah orang itu. Bahkan senyum putraku terlihat mengembang penuh tawa apalagi saat lelaki itu menyerukkan kepalanya ke arah dada putraku.Tira kembali tertawa terpingkal karena geli dan mencengkeram rambut lelaki itu. Semakin Tira terpingkal, dia semakin menyerukkan kepalanya ke dada putraku hingga tawa keduanya menguar bebas dan membuatku … iri.Lelaki yang masih memakai kemeja putih dan celana kain hitam khas pakaian ASN itu, apakah dia yang bernama Farhan?Seorang aparatur sipil negara yang berstatus duda dan sedang mendekati Jihan.Karena lelaki itu sibuk menyerukkan kepalanya di dada putraku, dia tidak menyadari kehadiranku yang menatap ke arahnya dengan penuh rasa iri dan sedih.Iri karena putraku bisa seakrab itu dengannya. Padahal aku ini ayah biologisnya.Dan sedih karena aku belum pernah sekalipun menggendong putraku sama sekali.Sudah berapa lama mereka bersama? Sudah berapa lama le

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Seperti Lupa Cara Bernafas

    POV AKHTARA“Saya panggilin Papa biar Tira dipangku Papa. Jadi Bapak bisa menyentuh Tira.”Aku sedikit mengerutkan kening mendapati jawaban Jihan.“Kenapa harus sama Papamu?”“Kita ini udah bukan suami istri secara agama, Pak. Kalau kita berdekatan, nanti jadi dosa.”Mulutku terkunci ketika Jihan berkata seperti itu. Satu kenyataan yang hampir kulupakan bahwa wanita yang sangat kucintai ini sebenarnya telah terlepas dari genggamanku secara agama.Statusnya hanya istri secara hukum negara.Tapi aku ingat perkataan Papa bahwa masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Jihan kembali dengan rajin mengunjungi Tira.Ketika Jihan hendak berdiri, aku berkata …“Tolong kamu dudukkan aja Tira di kursi. Nggak usah panggil Papamu.”Karena aku yakin jika Papanya Jihan akan membuat pembatas antara aku dan Tira. Apalagi jika putraku itu menangis karena baru pertama kali bertemu denganku.Jihan mengangguk lalu membujuk Tira untuk duduk di kursi. Putraku itu nampak tidak kooperatif namun Jihan terus m

DMCA.com Protection Status