Di depan orang banyak, Levin meneriaki Victor berselingkuh? Yang benar saja. Apakah dia tidak sadar kalau dirinya telah membuat kesalahan besar? Ini bunuh diri. "A-apa maksud Kakak? Suamiku tidak berselingkuh," kata Jessica. Ia yakin kalau Victor tak pernah melakukan hal semacam itu. "Tetapi kenyataannya memang begitu!" kata Levin lagi. Victor yang tertuduh pun tentu tak terima. "Jangan asal bicara, aku tak pernah berselingkuh dengan siapapun." Dalam hati Victor, apa Levin tidak takut kalau kelakuannya sendiri dibongkar di sini? "Lalu, wanita yang bersamamu ini? Apa kau yakin tidak ada hubungan apapun?" lanjut Levin. Bukan hanya Levin, Marten pun turut menekan. "Jessica, apa kamu tidak ingat ketika Victor beralasan untuk mencari pekerjaan? Pada kenyataannya dia banyak main dengan wanita di luar tanpa sepengetahuan kamu." Marten. Apa? Jessica menatap Victor dengan cepat, juga Lussy yang mendadak bingung. "Kamu menuduhku berselingkuh dengan Victor? Apakah
Jessica melihat sebuah bukti yang diberikan oleh Levin. Itu hasil rekayasa. Victor bahkan sama sekali tak pernah melakukannya. "Itu bohong! Levin merekayasa semua itu!" Victor mempertegas. Sayangnya tidak ada yang percaya. "Ya, itu adalah aku dan Levin, dia mengubah wajahnya menjadi wajah Victor. Mana bisa begitu!" Lussy pun turut berteriak. Sudah jelas sekali kalau itu adalah adegan miliknya dan Levin. Namun, bagaimana bisa diubah seperti itu? Plak!! Lagi-lagi Lussy mendapat tamparan dari istri Levin. "Dasar wanita murahan!! Kamu yang berselingkuh, kamu juga yang malah menuduh." Plak!! Tamparan pula untuk Victor dari Jessica. "Aku tidak percaya, ternyata kamu jahat!" Di depan semua orang, Levin telah mempermalukannya. Kali ini Victor tidak bisa diam. Bahkan tamparan itu tidak berdampak apapun padanya, tetapi di sana, Victor mengambil ponsel tersebut dan melemparnya hingga ponsel itu hancur berkeping-keping saking kerasnya ia melempar. Sontak, hal itu membuat Levin dan Marten
Leo seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Ia terus bertanya akan apa yang sudah terjadi di acara itu. "Selingkuh? Kalian? Sebenarnya apa yang sudah terjadi?""Sudahlah, jalan saja dan abaikan Lussy," kata Victor lagi. Kepalanya sudah pening akibat menahan amarah. Jangan sampai ia meledakkan bom di dalam mobil. "Oke." Leo sangat tahu dan ia pun pernah merasakan rasanya dituduh. Ia segera mengemudikan mobil itu dan mengabaikan Lussy. Ini bukan waktunya untuk ikut campur urusan mereka. Jalanan yang sepi. Namun, Leo mengemudi dengan santai. Sepertinya Leo sangat paham akan cara meredakan amarah. "Terkadang hidup itu rumit, hanya saja bagaimana cara orang mengatasinya. Apakah orang itu bisa bertahan, atau mengatasi masalah itu dengan cara yang baik." Leo mengungkapkan kata-kata mutiara. Tidak ada tanggapan dari Victor. Dia hanya diam tetapi telinganya tentu mendengar. "Kau percaya? Manusia itu tempatnya berbuat salah. Mereka serakah, bahkan bisa menghancurkan seisi bumi ini. T
"Apa benar ini perusahaan milik Pak Salim? Sepertinya sudah tutup." "Menurut berita, kantor ini memang sudah tutup cukup lama. Sepertinya memang sudah bangkrut." Ternyata apa yang dikatakan Salim hari itu memang benar kalau perusahaannya mengalami lonjakan penurunan yang sangat drastis. Buktinya saja kantor sebesar ini tidak terurus dan terlihat sepi. Ya, Victor ingin memastikan jika itu benar. Salim menjual rumah dengan tujuan membayar utang. Bukti lainnya ialah, perusahaannya tidak berjalan mulus dan akhirnya bangkrut. 'Pantas saja Pak Salim ingin aku melunasi rumahnya.'Mengesampingkan tentang masalahnya dengan Jessica, Victor lebih memilih untuk mencaritahu informasi tentang Salim yang sejak kemarin memohon untuk mengalihkan kepemilikan atas rumah besar yang ia tempati sekarang. Lagi pula, dirinya sudah mati-matian tetapi malah mendapat penghinaan dan pembodohan atas dugaan dirinya berselingkuh. Pada kenyataannya ia tak pernah melakukan itu. "Lalu, tujuan kita berikutnya ke
Victor menjadi ingat dengan ucapan dari kakek tua, kalau dirinya ingin perubahan maka bekerja keraslah. Mungkin ini akan menjadi pengalaman pertamanya dan ia tentu tak mengabaikan kesempatan ini. Ia hanya ingin perubahan dalam dirinya, seperti pemilik cincin itu. "Saya tidak paham." Salim harus mengolah ucapan Victor. Masalahnya ini begitu tiba-tiba. "Saya ingin membantu, bagaimana cara Anda kembali membangun perusahaan dari awal dan saya ingin belajar." Tidak ada kata yang bisa Salim jelaskan lagi sekarang. Sudah tentu beliau senang akan kabar baik ini. "Kau ..." Salim terharu sampai ia ingin menangis. "Kau ingin membantuku? Lagi?" Victor mengangguk dan ia menegaskan jika dirinya akan membuat perusahaan itu kembali seperti dulu. "Perusahaan Anda dijatuhkan oleh seseorang, setidaknya Anda harus kembali bangkit seperti sebelumnya. Apakah saya harus menyediakan dana terlebih dahulu? Jika benar, tolong sebutkan berapa yang harus saya keluarkan." Apa katanya? Ini sungguh kabar yan
"Selamat atas kembali dibukanya VJM yang baru, saya senang mendengarnya." "Terimakasih." "Anda hebat, JM Group mungkin tidak beruntung, saya takin VJM akan maju." "Nama yang cocok untuk perusahaan Anda sekarang, selamat." Beberapa kolega memberinya selamat atas kembali dibukanya perusahaan telekomunikasi yang sempat tutup. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan itu ditutup dan Salim berharap, dengan dibukanya kembali perusahaan ini, keadaan berubah seperti sediakala. Andai saja ia tak bertemu dengan Victor, nasibnya takkan seberuntung ini. Namun, ada satu hal yang tidak bisa Salim lakukan, yaitu dengan tidak memperkenalkan Victor kepada media sebab itu adalah kesepakatan dari keduanya. Tentu saja, ini adalah suatu kesempatan besar bagi Salim untuk memperkenalkan nama perusahaan baru. Sebetulnya nama yang ditambahkan adalah inisial dari Victor sendiri atas ucapan terimakasih karena sudah membantu. "Datanglah ke acara penting minggu depan nanti dan perkenalkanlah produk terbaru
Mencari keberadaan Leo, lelaki itu bahkan tak menampakkan batang hidungnya sedikit pun. Bukanya mendapati Leo, Victor melihat Salim masuk ke dalam rumah dengan sebuah tas di tangannya. "Oh, kebetulan sekali Anda kemari, Pak." Victor merasa beruntung atas kedatangan Salim. "Victor, ada apa? Saya kemari hanya ingin meminta ijin kepadamu." Ijin? "Maksud Anda?" Victor tak paham. Haruskah Salim meminta ijin atas rumahnya sendiri? "Minggu depan, akan diadakan acara launching product. Saya lupa dengan ilmunya, dan semuanya saya tinggalkan di sini." Salim lalu melihat ke tangan Victor yang memegang sesuatu. "Kau ... menemukannya di mana?" Victor tahu Salim bertanya perihal apa. "Oh, ini milik Anda, Pak. Maaf kalau saya lancang, tetapi saya penasaran dengan ruangan yang ada di bawah," jelas Victor. Ia tidak bermaksud untuk mengambil, secara kebetulan ia melihat barang itu dan tadinya ingin bertanya kepada Leo tentang tablet tersebut. Sayangnya Leo tidak ada di rumah. Mungkin saja dia
Waktu untuk menghadiri acara tersebut sangatlah singkat. Hanya perlu waktu satu minggu, Salim harus bisa menghasilkan suatu produk yang canggih dari pada sebelumnya. Tentu, ia memiliki rancangan tersendiri dan ia telah mencatatnya. "Aku ingin produk yang disukai banyak orang dari dalam maupun luar Negeri ini. Seluruh dunia akan mengenali produk yang aku hasilkan sendiri."Sayangnya, ada banyak kesalahan dalam merancangnya dan sepertinya ia telah lupa. "Bukankah elemen ini harusnya tidak dipasang? Aku yakin alat ini tidak berguna dan Anda harus menggantinya." Victor menyarankan sesuatu kepada Salim. Salim tidak membantah, sebaliknya, ia mencoba setiap apapun yang Victor sarankan dan itu sangat bermanfaat untuk rakitannya. "Luar biasa. Bukankah ini pengalaman pertamamu, Victor? Lalu, bagaimana caramu mengerti dalam waktu singkat? Aku saja harus belajar bertahun-tahun agar bisa menghasilkan suatu rakitan yang sesuai dengan pikiranku, dan kamu?" Tidak lagi. Salim bahkan tak percaya
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan