Sebuah acara besar dan megah diadakan secara terbuka. Sebuah acara pengenalan produk, banyak dihadiri oleh orang-orang besar. Mereka akan memperkenalkan produk hasil rakitannya demi kelangsungan perusahaan. Setiap tahun atau setiap kali akan diadakan pengenalan produk dalam Negeri dan tentu, jika produk itu sukses maka akan dikenal di seluruh penjuru dunia. Inilah kesempatan mereka untuk menjadikan perusahaan mereka semakin lebih baik. Bukan hanya produknya saja, tetapi perusahaan pun turut terkenal. Acara didahului oleh pembukaan, baru setelah itu memperkenalkan sebuah produk. Namun, sebelum itu mereka tentu memperkenalkan diri kepada setiap yang hadir. Marten, dengan ditemani oleh Vivian sebagai istrinya, ia lalu melihat sesuatu yang membuatnya tak suka akan kedatangan orang tersebut. Dialah seorang Salim. "Suamiku, bukankah itu Tuan Salim?" kata Vivian dan tentu, ia mengenali pria bernama Salim itu. Namun, Marten tak menyukainya. "Istriku, mari kita keluar dari sini. Lagi pun
"Marten, kita bertemu di sini." Ada yang menyapanya dan itu adalah orang yang ia kenali. "Tuan ... George Mark? Benarkah ini Anda?" Marten hampir lupa dengan wajah itu. "Ya, ini saya." Beruntung kali ini tebakan Marten benar. "Oh, sudah lama saya tidak bertemu dengan Anda, Tuan George." Marten menjabat tangan George begitu pula sebaliknya. "Apakah Anda mengikuti acara besar ini?" tanya George. "Ya, saya mengikutinya." "Haha, saya yakin Anda akan menang." George sangat tahu kemampuan dari Marten ini, sayangnya selama ini Marten telah menyembunyikan sesuatu. "Ah, terimakasih atas sanjungannya." Mereka lantas duduk bersama. Tempatnya dan Salim berjarak. Terhalang oleh beberapa orang di sana. George tidak mengikuti launching nya sebuah produk telekomunikasi, tetapi dia memiliki toko tersendiri dan dia hanya perlu update terbaru tentang dunia telekomunikasi. Saling menguntungkan, itulah intinya. "Acara kami buka." Pembawa acara pun resmi membuka acaran
Victor ragu dengan ungkapan George yang mengatakan jika dirinya seorang cucu dari si kakek tua yang tak lain ialah Tuan Asher. Sang pemilik cincin yang telah menyatu dengan tubuhnya. Selama ini, ia dan George hanya berteman, pertemuan mereka memang tidak terlalu sering, tetapi mereka cukup dekat. Bahkan Victor menceritakan semua tentang dirinya dan ... cincin itu. "Benarkah kau ..." "Halo, benarkah Anda bernama Victor?" Hendak memastikan mengenai George, dua orang pria tua menyapanya. "Oh, ya, saya Victor." Mereka berdua adalah bagian dari orang-orang besar yang turut mengikuti acara ini. "Bisakah kami menawarkan sesuatu kepadamu? Kami sangat tertarik dengan kemampuanmu dalam hal telekomunikasi ini." Victor tak menjawab langsung, ia kembali berbalik melihat George. Namun, sayangnya George malah pergi begitu saja. "Pak Victor." Orang itu memanggilnya kembali. "Oh, iya." Kali ini Victor berfokus kepada mereka berdua."Kami berharap Anda mau bergabung dengan kami sebab Anda beg
"Ibu, sekarang Victor sudah kaya, dia memiliki bakat terpendam, dia pemenang atas launchingnya barang baru di bidang telekomunikasi. Aku keliru, dan Marten lah yang bodoh, dia jahat. Dia sudah melakukan penggelapan dana, dia yang membuat perusahaan Tuan Salim bangkrut." "Apa?!" Joanna sungguh syok mendengar kenyataan yang telah Vivian katakan. Marten adalah menantu kesayangannya selama ini. Ia tak percaya kalau kelakuan Marten sejahat itu. "Tidak mungkin Marten melakukan hal itu, dia sangat baik." Joanna masih berpihak kepada Marten. Bagaimana pun, Marten selalu memberikan apa yang ia mau. "Tidak. Aku yakin dia membelikan ibu barang yang banyak, semuanya hasil dia mencuri. Yang mencuri itu Marten, bukan Victor." Vivian memastikan lagi. Ia lalu kembali memohon kepada Jessica. "Jessica, kakak mohon kembalilah kepada Victor. Dia lelaki baik yang sesungguhnya." Di sana, Jessica sungguh merasa bersalah. Karena percaya akan tuduhan itu, ia sampai memutuskan pernikahannya dengan Victor
Apakah niatnya kemari hanya untuk membicarakan hal yang tak penting? "Kenapa tiba-tiba? Bukankah kamu sendiri yang ingin kita berpisah? Dan kamu sendirilah yang memprosesnya." Victor merasa heran akan keputusan Jessica ini. Dia telah melakukan hal yang ia benci dan sekarang meminta kembali? "Ya, aku telah salah, maafkan aku." Namun, Victor sudah tahu sesuatu. "Kamu telah tidur dengan Alex, bagaimana bisa kamu kembali kepadaku?" Jessica terkejut atas itu. "Victor, bagaimana kamu ..." "Aku tau." Jessica merasa malu. Namun, keinginannya untuk kembali sangatlah besar. "Pulanglah. Aku sudah tidak penting bagimu. Di matamu, aku adalah seorang yang suka berselingkuh dan di mata keluarga kamu, aku seorang pengangguran, pencuri, dan seorang yang tidak berguna." "Victor, aku ..." Kali ini Victor enggan bicara kepadanya. Ia memutuskan untuk pergi tanpa peduli Jessica yang menangis di sana. "Maafkan aku, Victor." ***"Kakek, apa kabar?" "Oh, cucuku, kabarku sangat baik dan sehat. Kau
Drrrttt!! Ponselnya berdering, ada panggilan masuk sehingga mengganggu waktu tidurnya. Victor mengingat kembali akan mimpinya, seakan begitu nyata ketika George membunuh kakek tua di tangannya sendiri. Tidak. Jikapun itu nyata, hal itu takkan terjadi. 'Sepertinya aku harus menemui kakek tua.' gumamnya dalam hati. Ponselnya berhenti berdering, Victor tidak ada waktu untuk mengangkatnya. Pikirannya sibuk dengan mimpinya barusan. Namun, tak lama ponselnya berdering kembali. Ternyata itu dari seorang yang tidak dikenal. Nomornya tidak ia simpan. "Siapa ini?" Walaupun begitu, Victor menerima panggilan tersebut dan ternyata itu seorang wanita. /"Victor, ini aku, Weny."/"Nyonya Weny?" Tentu Victor mengenalinya. Weny ialah istri Salim yang tak lain ialah nyonya dari pemilik rumah yang ia tempati. Terdengar dari suaranya, sepertinya Weny menangis. Dari tangisannya, terdengar begitu menyakitkan. Sebenarnya ada apa? /"Victor, mobil suamiku mengalami kecelakaan. Suami dan putriku tel
"Siapa itu Marten?" Leo tidak tahu dan ia baru mendengar nama itu. "Dia kakak ipar, maksudku bekas kakak ipar. Tidak ada hubunganku dengannya namun dia pernah ada kasus dengan Pak Salim," jelas Victor. "Begitukah?" Lantas, Victor pun melanjutkan. "Periksalah dia." "Lalu kau mau ke mana?" protes Leo yang mendapati Victor hendak pergi. "Aku mau menemui seseorang." Sejak bangun dari tidurnya, Victor merasa tidak tenang. Mengenai mimpi itu, terlihat seperti nyata dan ia merasa ada yang salah. Lagi pula, sudah lama ia tak menemui kakek tua. Rasanya sedikit kurang jika ia tak tahu akan kabar kesehatan kakek tua. Tidak ada yang salah jika ia menemuinya sekarang. Victor hanya ingin bertanya kabar saja dan ia ingin menceritakan semua pengalaman pada kakek tua selama ia tak menemuinya. Di kediaman Tuan Asher, suasananya masih sama. Namun, banyak penjaga di Mansion itu dan mereka tengah melakukan tugas. "Siapa kau?" tanya salah satu penjaga yang tidak tau Victor. "Saya ingin bertemu d
"Papa." Seorang anak laki-laki menemui orang tuanya di kantor. Anak laki-laki yang sangat sibuk dengan urusannya, meluangkan waktu demi berbincang. George, bukan hanya sekadar menemui Parker, tetapi ia ada kepentingan lain sehingga membawanya ke mari. Kebetulan sekali, Parker baru saja selesai dengan kesibukannya sehingga ia ada kesempatan luang untuk berbincang dengan putranya sendiri. Jarang sekali mereka bertemu, mereka memiliki kesibukan masing-masing sehingga orang-orang menganggap mereka seperti bukan ayah dan anak. Dunia ini dipenuhi oleh orang sibuk. Banyak yang seperti itu dan seorang anak akan sangat jarang menemui ayahnya seperti layaknya George. Namun, hubungan mereka akhir-akhir ini cukup baik. Sebelumnya bahkan sangat jarang George menemui Parker, begitu pula sebaliknya. Mereka seolah tidak peduli dan tidak mementingkan pertemuan. "Oh, kau, masuklah." Parker menyuruhnya untuk masuk. Ternyata hubungan mereka memang seperti orang asing. Kalau bukan karena cincin itu
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan