Drrrttt!! Ponselnya berdering, ada panggilan masuk sehingga mengganggu waktu tidurnya. Victor mengingat kembali akan mimpinya, seakan begitu nyata ketika George membunuh kakek tua di tangannya sendiri. Tidak. Jikapun itu nyata, hal itu takkan terjadi. 'Sepertinya aku harus menemui kakek tua.' gumamnya dalam hati. Ponselnya berhenti berdering, Victor tidak ada waktu untuk mengangkatnya. Pikirannya sibuk dengan mimpinya barusan. Namun, tak lama ponselnya berdering kembali. Ternyata itu dari seorang yang tidak dikenal. Nomornya tidak ia simpan. "Siapa ini?" Walaupun begitu, Victor menerima panggilan tersebut dan ternyata itu seorang wanita. /"Victor, ini aku, Weny."/"Nyonya Weny?" Tentu Victor mengenalinya. Weny ialah istri Salim yang tak lain ialah nyonya dari pemilik rumah yang ia tempati. Terdengar dari suaranya, sepertinya Weny menangis. Dari tangisannya, terdengar begitu menyakitkan. Sebenarnya ada apa? /"Victor, mobil suamiku mengalami kecelakaan. Suami dan putriku tel
"Siapa itu Marten?" Leo tidak tahu dan ia baru mendengar nama itu. "Dia kakak ipar, maksudku bekas kakak ipar. Tidak ada hubunganku dengannya namun dia pernah ada kasus dengan Pak Salim," jelas Victor. "Begitukah?" Lantas, Victor pun melanjutkan. "Periksalah dia." "Lalu kau mau ke mana?" protes Leo yang mendapati Victor hendak pergi. "Aku mau menemui seseorang." Sejak bangun dari tidurnya, Victor merasa tidak tenang. Mengenai mimpi itu, terlihat seperti nyata dan ia merasa ada yang salah. Lagi pula, sudah lama ia tak menemui kakek tua. Rasanya sedikit kurang jika ia tak tahu akan kabar kesehatan kakek tua. Tidak ada yang salah jika ia menemuinya sekarang. Victor hanya ingin bertanya kabar saja dan ia ingin menceritakan semua pengalaman pada kakek tua selama ia tak menemuinya. Di kediaman Tuan Asher, suasananya masih sama. Namun, banyak penjaga di Mansion itu dan mereka tengah melakukan tugas. "Siapa kau?" tanya salah satu penjaga yang tidak tau Victor. "Saya ingin bertemu d
"Papa." Seorang anak laki-laki menemui orang tuanya di kantor. Anak laki-laki yang sangat sibuk dengan urusannya, meluangkan waktu demi berbincang. George, bukan hanya sekadar menemui Parker, tetapi ia ada kepentingan lain sehingga membawanya ke mari. Kebetulan sekali, Parker baru saja selesai dengan kesibukannya sehingga ia ada kesempatan luang untuk berbincang dengan putranya sendiri. Jarang sekali mereka bertemu, mereka memiliki kesibukan masing-masing sehingga orang-orang menganggap mereka seperti bukan ayah dan anak. Dunia ini dipenuhi oleh orang sibuk. Banyak yang seperti itu dan seorang anak akan sangat jarang menemui ayahnya seperti layaknya George. Namun, hubungan mereka akhir-akhir ini cukup baik. Sebelumnya bahkan sangat jarang George menemui Parker, begitu pula sebaliknya. Mereka seolah tidak peduli dan tidak mementingkan pertemuan. "Oh, kau, masuklah." Parker menyuruhnya untuk masuk. Ternyata hubungan mereka memang seperti orang asing. Kalau bukan karena cincin itu
Dia bisa gila jika itu benar terjadi. Semua yang telah dimilikinya telah hilang, perusahaan yang ia dirikan dari hasil mencuri pun tidak bisa dia pertahankan. Padahal selama ini dia telah berusaha. Marten, tidak menyangka nasibnya akan berakhir tragis seperti ini. Bayangannya untuk mengharumkan nama baiknya kembali pun telah pupus. Semua itu dikarenakan Victor. 'Bukan kau, tetapi aku yang akan membunuhmu, Victor.' Ungkapan dalam hati dengan mulutnya seolah berbeda. "T-tidak ... aku mohon jangan bunuh aku. Ampuni aku, Victor. Tolong kembalikan harta yang kumiliki. Hanya perusahaan ini yang aku punya untuk membiayai Ronald." Marten beralasan dengan mengatasnamakan Ronald. Namun, Victor bukan orang bodoh. "Pengalihan perusahaan ini telah diproses. Semua bukti-bukti sudah aku serahkan, jadi, sebaiknya kamu kemasi barang jika memang masih berguna." Dalam waktu singkat, Victor telah mengumpulkan banyak bukti. Semuanya ada di ruang bawah tanah tempat ia tinggal. Ternyata Salim telah be
Seorang pria dengan pakaian serba hitam menyapa Asher yang tengah memperhatikan cucunya. Usianya sama dengan Asher. Namun, dia terlihat lebih muda dan segar, tidak ada kulit keriput bahkan rambutnya selalu dicat hitam. Dia tersenyum. Seketika langit menjadi gelap kala kedatangan pria tua itu. Tidak. Ini seperti bukan dirinya. Dia terlihat sangat berbeda. Namun, perihal itu Asher tentu tahu. Sudah lama mereka tidak berjumpa dan di sini, Asher sama sekali tak menginginkan kehadiran lelaki itu. Dialah Marco. Pria yang memiliki aura negatif sehingga membuat suasana di sekitarnya menjadi gersang. Langit yang gelap adalah favoritnya, petir yang menyambar adalah kesukaannya. Semua pengunjung pantai pun berlomba-lomba meninggalkan sekitaran pantai. Mereka takut kalau sebentar lagi akan turun hujan badai sebab, langit berubah secara cepat dan petir mulai menampakkan kilatan terang seperti api. Di sana, Elly yang baru menyelam pun tiba-tiba ketakutan. Dia berpegangan erat kepada Victor sak
Marco sangat tahu, keyakinannya terhadap orang yang dituju sangat besar. Dengan energi yang telah ia keluarkan dari dalam dirinya tanpa sepengetahuan Asher, ia menjadi tahu akan orang yang bisa melihatnya ketika energi itu dipakai. Tentu, Asher tidak mengetahuinya sebab ketika energi itu keluar, hanya Marco yang bisa merahasiakannya. Ditambah dengan berkurangnya energi yang Asher miliki sebab cincin itu telah lepas dari dirinya. Hal itu membuat Asher kekurangan kepekaan terhadap apa yang Marco lakukan. Asher lalu mengikuti arah penglihatan Marco dan itu mengarah kepada Victor dan Elly. "Tidak, kau sama sekali tidak tau," kata Asher. Ia khawatir Marco menyadari suatu hal yang sangat penting. Lalu, Marco pun tertawa sinis. "Aku tau, dan aku sangat yakin dia orangnya." Marco menunjuk ke arah Victor dan Elly di sana. Namun, Asher berusaha untuk membantah. "Kau sama sekali tak tau apa-apa dan dugaanmu mengenai dia tidaklah benar." Apa Marco tahu kalau yang mengenakan cincin itu ...
Parker dan Eric mendapatkan kabar mengenai Asher, ayah dari keduanya. Mereka terburu-buru melihat keadaan sang ayah seperti apa sekarang. Tentu, dalam hal ini ada rasa cemas dari keduanya. "Apa yang terjadi padamu, Papa?" Parker bertanya. "Kenapa bisa seperti ini?" Eric yang turut cemas. Lalu, Asher pun tersenyum. "Apakah kalian khawatir kepadaku? Aku sangat senang kalau memang benar." Selama ini Asher tak pernah merasakan kecemasan dari keduanya. Bahkan ketika dia dilarikan ke Rumah Sakit, mereka tak pernah peduli. Tetapi sekarang? Apakah ini bukan sandiwara dari keduanya? "Tentu kami cemas, kami ini anak-anakmu, Papa." Parker yang sebagai anak pertama mengatakan kekhawatiran mereka berdua. Jika itu benar, maka Asher sangat senang. "Kakek." Kini George yang datang. "Apa yang sudah terjadi padamu?" kata George. "Tidak apa-apa, kakek hanya terjatuh saja." Tanpa mereka tahu, Asher telah mengalami hal buruk, lebih dari sekadar terjatuh, ternyata di dalam kepalanya nampak luka m
Sangat berbahaya katanya? Apakah tempat itu memang gersang? Victor seolah tak ingin mendengar ucapan yang dikatakan oleh pemilik toko itu. Ia hanya peduli dengan keselamatan Elly. "Nona Elly, aku harap kau baik-baik saja." Harapan Victor sangat besar. Yaitu berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap Elly. Bagaimanapun, Elly adalah tanggung jawabnya kepada kakek tua. Telinganya kembali berdengung. Ada suara bisikan yang mengatakan, 'Sebentar lagi'. Dan itu terdengar berulang kali sampai ia merasa terganggu karenanya. Victor terus mengusap telinganya yang terasa panas. "Kakek tua, bisakah Anda berhenti? Kepalaku mendadak pusing." Victor menggerutu sendiri. Rasanya memang terlalu mengganggu. Beberapa saat setelah ia protes dengan suara bisikan itu, ternyata caranya sangat ampuh. Bisikan itu seolah berhenti. Perjalanannya sungguh panjang. Ia bahkan tidak ditemani siapapun dan kakek tua tak memberi perintah kepada anak buahnya untuk membantu Victor. Sepertinya kakek tua pun
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan