"Hebat sekali Papa ini. Setiap aku yang minta cincin itu, Papa tidak pernah mau memberinya, tetapi giliran orang lain? Bahkan ketika orang lain menghilangkan barang berharga itu Papa malah melepasnya begitu saja? Seharusnya Papa bunuh dia saat itu juga. Dia sudah merampas hak Papa dan sudah menghilangkan barang berharga Papa!" Parker begitu berapi-api ketika tahu ternyata Victor lolos dan tidak mendapatkan hukuman apa-apa atas barang yang dihilangkannya. Masalahnya, barang itu incaran dirinya sendiri dan cincin itu seharusnya miliknya seorang. Namun, sepertinya ia tak mendapatkan apa-apa kecuali kabar menyebalkan ini. Tetapi, apa yang dilakukan Tuan Asher sekarang? Beliau malah tersenyum ketika Parker marah. "Ada apa denganmu, Papa? Apa kau sudah tak peduli lagi denganku?" kata Parker lagi. Ia kecewa akan sikap papanya ini. "Sama sekali tidak seperti itu." Tuan Asher dengan tongkatnya ia berjalan ke arah kiri, tempat berdirinya Parker. "Aku sengaja memberikannya pada orang lain s
"Tuan Parker sepertinya keliru. Orang itu tidak berbohong dan sebelumnya saya sudah mengeceknya, saya pun tidak salah kalau cincin batu ini asli." Pemilik toko berlian mengecek ulang keaslian dari cincin yang pemuda itu berikan padanya. Hasilnya sama, tidak berubah dan itu asli. "Lalu, mengapa Tuan Parker menyebutnya palsu?" kata salah satu orang kepercayaannya. "Entahlah, saya tidak paham." Mereka berbincang di dalam toko. Ada beberapa orang pelanggan yang tengah memilih berlian serta emas yang mereka sukai. Kemungkinan para pelanggan itu tidak tahu apa yang tengah diperbincangkan oleh mereka. Sehingga mereka dengan leluasa bicara soal cincin tersebut di sana. Namun, ada satu pelanggan yang mendengar percakapan mereka. Dia paham perihal cincin batu dan ia melihatnya dari kejauhan. 'Bukankah itu cincin Papa?' batinnya. Dari kejauhan, sepertinya ia mengenali cincin yang tengah mereka perbincangkan. Ditambah dengan cincin batu yang terpajang luas di ujung toko, tempat mereka bera
Tanpa mengundur waktu, Victor pun segera bergegas untuk menuruti keinginan Jessica. Tidak. Itu adalah persyaratan yg Jessica berikan sebagai perjanjian kalau dirinya akan kembali. Victor jadi teringat akan sebuah toko yang saat itu membantunya. Membantu untuk menukarkan cincin batu dengan uang yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Ia juga ingat kalau emas dan berlian di sana tentulah sangat bagus dan berkilau. Victor jadi ingin ke sana lagi untuk membeli berlian sebagai persyaratan agar Jessica bisa kembali. Namun ... "Anakku ... tolong ... anakku masih di dalam. Di sana banyak penjahat ... tolong!!" teriak sang ibu meneriaki anaknya dan tidak ada satupun orang yang menolong. Victor bertanya dalam hatinya sendiri, 'Ada apa ini? Apakah terjadi perampokan?' batinnya. Ia lantas berlari ke dalam toko.Semua orang yang melihatnya tentu tercengang. Bisa-bisanya ada orang yang berani masuk ke dalam. Apakah dia orang hebat? Dor!!Itu sangat jelas sekali. Victor melihat dengan mata kepala
Mereka melawan dengan tangan kosong, begitu pula dengan Victor. Bedanya, mereka mengeroyok secara bersamaan sementara Victor hanya sendirian. Seketika kondisi toko benar-benar berantakan. Pelayan toko, mereka tengah sibuk menyelamatkan pemilik toko yang keadaannya semakin memburuk. "Cepat bawa bos ke rumah sakit." "Bos perlu penanganan yang serius," kata para pekerjanya. Ada sebagian yang mengamankan emas dan berlian yang masih bisa diselamatkan. Sementara yang lain itu tak berani sebab pergelutan semakin memanas. Bugh!! Bugh!! Bugh!! Pukulan demi pukulan, tendangan deki tendangan telah dilayangkan. Menyadari akan kondisi toko yang semakin parah, Victor mengarahkan mereka agar berpindah keluar. Selain bertujuan untuk menyelamatkan barang, Victor tentu tidak ingin orang-orang ini semakin merusak. Dan di luar pun mereka malah semakin menjadi. Mereka seolah tak puas untuk menghajar Victor. Sementara di sana, Eric memutuskan untuk pergi. "Aku tak peduli dengan mereka. Yang terpe
"Lapor, Tuan. Anak-anak kita semuanya terkapar, hanya tinggal beberapa orang yang sadar, selebihnya tidak sadarkan diri." Seorang itu membawa kabar buruk. Eric yang mendengarnya tentu tak terima. "Sialan! Sebenarnya siapa lelaki itu? Dia begitu kuat dan ... tidak masuk akal." Eric mulai emosi. "Tuan, saya sudah mencari tahu informasi tentang lelaki itu. Dia adalah Victor, seorang yang pernah menjual cincin tersebut pada pemilik toko berlian. Dia tidak bekerja, seorang menantu dari kalangan sederhana." Mendengar hal itu Eric pun lantas mendeskripsikan. "Itu artinya, dia yang pernah menolong Elly yang hampir tenggelam dan dialah orang yang Papa maksud. Seorang yang beruntung mendapatkan cincin dari Papa. Hahahaha." Eric kemudian tertawa. Ia kembali memerhatikan cincin yang sudah ia kenakan di jari manisnya. "Dan sekarang cincin ini menjadi milikku! Hahaha ... dasar bodoh. Tapi aku suka dengan kebodohannya. Berkatnya, cincin ini ada di tanganku!" Eric sungguh senang. Pada akhirnya,
"Ibu yakin kalau Victor takkan memenuhi janjinya. Kalau kamu lupa, dia itu seorang pengangguran, mana bisa membelikanmu berlian, Jessica. Mimpi." Joanna berpendapat. Saat ini Joanna bersama Jessica tengah menempuh perjalanan menuju kediaman Jessica. Joanna hanya penasaran tempat di mana Jessica tinggal sekarang. Jessica bercerita kalau hidupnya sekarang ada kemajuan. Ia seperti merasa betah dan berkecukupan. Jauh ketika saat bersama dengan Victor yang jika ingin sesuatu atau ingin makan makanan enak, dirinya harus bekerja terlebih dahulu. "Apa kamu juga lupa, Jessica. Victor itu hanya mengandalkanmu saja. Untuk makan pun dia hanya minta padamu dan uang yang dia berikan itu dia meminjamnya. Ibu yakin, kalau orang itu menagih, pastilah Victor meminta padamu lagi. Terus saja seperti itu, ibu tidak suka kamu selalu dimanfaatkan oleh gembel itu." "Ibu!" Jessica sedikit membentak. Ia seperti tidak mau ibunya berpendapat seperti itu. Namun ..."Apa? Apa kamu mau terus-terusan dimanfaatka
Joanna melempar kotak berlian beserta sertifikatnya sebab tak terima. Dia juga menyebut kalau berlian itu palsu. Bagaimana bisa seperti itu? "Ibu! Apa yang ibu lakukan? Itu milikku!" kata Jessica yang mengakui kalau berlian itu miliknya atas pemberian Victor. Jelas ia pun terkejut akan tindakan sang ibu. "Ibu tau itu palsu, dan kamu sangat bodoh menerima barang palsu dari seorang gembel seperti dia!" bantah Joanna berteriak. Seorang penjaga yang mendengarnya pun maju. Ia ingin menghentikan tindakan Joanna, namun dicegah oleh Victor. Victor menahan penjaga di rumahnya agar tidak melakukan apapun terhadap ibu mertuanya. Bagaimanapun, Joanna adalah ibu kandung dari sang istri dan ia harus hormat. "Bu, berlian yang aku berikan kepada Jessica itu asli, benar-benar asli dan aku memakai uangku sendiri untuk membelinya. Percayalah," jelas Victor. Namun, sepertinya Joanna masih tak ingin menerima. "Halah ... omong kosong! Gajimu bekerja di rumah ini berapa, sampai bisa membelikan berlian
Benarkah yang diputuskan oleh Jessica? Victor yang mendengarnya tentu sangat senang. "Benarkah itu, istriku? Kamu mau ikut dan tinggal bersamaku di sini?" Dan pertanyaan itu diangguki oleh Jessica. Victor begitu senang, terkecuali Joanna. "Bodoh! Ternyata aku melahirkan anak perempuan yang bodoh. Ibu tidak sudi tinggal di sini, lebih baik ibu tinggal bersama Vivian. Anak tidak tau diuntung. Ibu menyesal telah melahirkan kamu, Jessica." Joanna marah dan ia memutuskan untuk pergi. Kali ini, Jessica bahkan tidak mengejar. Sebetulnya apa yang Jessica pikirkan? Apakah dia sudah bosan atas perintah dari sang ibu yang terus menyuruhnya untuk berpisah? "Istriku, ibu marah. Kita harus mengejarnya." Victor tidak ingin ada kesalahpahaman lagi antara Jessica dan ibunya. Namun, Jessica menahan Victor. "Biarkan ibu, suamiku. Aku telah salah memutuskan sesuatu yang telah menyakitimu. Aku sungguh mencintaimu dan aku mau ikut denganmu ke mana pun. Aku salah, hanya karena cita-cita, aku telah men
Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke
Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran
"Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku
Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu
Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap
"Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.
"Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek
"Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te
Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan