Beranda / Romansa / Dari Babu Jadi Istri Konglomerat / Bab 3. Isi Surat Perjanjian

Share

Bab 3. Isi Surat Perjanjian

Penulis: Diana Lova
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-07 15:06:14

"Dia kampusnya di dalam negeri, Kek," ucap Bryan dalam keadaan yang masih ngos-ngosan. Ia kemudian menyeka keringat di dahinya. "Lebih tepatnya, dia mahasiswa Sastra Inggris."

Pandangan Baskoro langsung teralihkan ke arah Bunga. "Really? So, you can speak English, Bunga?" tanyanya.

Glek!

Bunga kembali menelan ludah. Raut wajahnya amat menegang. Bahkan, muncul keringat sebesar jagung di dahinya. 'Aduh, ngomong apa si kakek?' batinnya. Ia kemudian menundukkan kepalanya ke bawah. 'Lagian mana mungkin aku kuliah di Sastra Inggris?' batinnya yang mulai ketir-ketir. 'Aku saja bisanya cuma yes-no, yes-no.'

Bryan mengangguk ke arah Baskoro. Lalu, dia menggenggam tangan Bunga yang sangat dingin seperti habis dari kulkas. Bunga pun langsung kaget saat tangan kekar nan hangat menggenggamnya. Ia pun hendak melepaskannya. Akan tetapi, Brtan mencegah dirinya. "Dia tak terlalu lancar, Kek, soalnya dia berhenti kuliah saat semester dua, makanya dia cuma bisa basic saja," elaknya. 'Semoga saja kali ini kakek percaya dengan ucapanku,' batinnya. Sebab, ia sangat takut Baskoro curiga dengannya, apalagi Baskoro sudah hafal kalau dia sering membohonginya.

Pandangan Baskoro kemudian teralihkan kepada Bunga. "Kalau boleh tahu kenapa kamu berhenti kuliah, Bunga?" tanya Baskoro.

Bryan pun hendak menjawab, tetapi Bunga langsung menjawabnya. "Saya bercita-cita jadi ibu rumah tangga, Kek," ujarnya yang memang sejak dulu ingin menjadi ibu rumah tangga.

Seketika, Bryan langsung menoleh ke arah Bunga. Ia tak menyangka jawaban Bunga sangat di luar nalar. Sebab, setiap perempuan di lingkungannya setiap ditanya, pasti jawabannya selalu bercita-cita tinggi, seperti menjadi dokter, direktur, CEO, guru, dan masih banyak pekerjaan yang lainnya.

"Hah? Kok cuma ibu rumah tangga?" tanya Bryan kepada Bunga. "Kalau punya cita-cita yang tinggi sekalian. Apaan ibu rumah tangga."

Bibir Baskoro tersenyum lebar. "Bryan, menjadi ibu rumah tangga adalah tugas yang begitu mulia. Sebab, tak semua perempuan mampu melakukannya."

Bryan langsung terdiam seketika. Ia tak mau mendebat sang kakek agar ia tetap terlihat baik di hadapan Baskoro.

"Dulu mendiang nenekmu full ibu rumah tangga kok, tapi mampu membawa mendiang papa kamu di puncak kejayaan," lanjut Baskoro.

"Iya, Kek. Aku minta maaf karena telah menghina pekerjaan ibu rumah tangga."

Baskoro pun amat senang mendengarnya. Sebab, jawaban Bryan sudah mampu menunjukkan kedewasaannya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Bunga. "Kalau boleh tahu, kenapa kamu mau menjadi ibu rumah tangga, Bunga?" tanyanya.

Bunga dengan rasa percaya diri langsung menjawab, "Biar saya bisa seperti ibu saya, Kek," ucapnya. "Yang mana beliau mampu memberikan kasih sayang kepada saya dan mendidik saya dengan baik meski beliau selalu berada dalam kekurangan." Mendadak, kedua mata Bunga berkaca-kaca karena kepikiran dengan kondisi ibunya.

"Kamu kenapa, Bunga?" tanya Baskoro. "Kenapa kedua matamu berkaca-kaca?"

Bunga menggeleng dan langsung memegangi matanya. "Gak ada, Kek, sepertinya mata saya kekeringan. Kalau mata saya kekeringan memang suka begini," ucapnya sambil pura-pura mengucek kedua matanya.

"Ooh."

Bryan pun melihat lampu hijau pada diri Baskoro. Dia pun segera menanyakan kelanjutan hubungannya dengan Bunga. "Jadi gimana, Kek? Kakek setuju dengan hubungan kami?" tanyanya.

"Ya, kakek setuju."

***

"Segera cari tahu asal usul dari calon istri cucu saya," ucap Baskoro kepada supirnya yang tengah menyetir. "Pastikan kalau dia adalah gadis baik-baik. Dan yang pasti, dia bukan anggota keluarga Abraham dan bukan termasuk pendukungnya."

Sang supir pun mengangguk. "Siap Tuan."

"Bagus!"

***

"Kenapa Anda mau menerima tawaran dari saya?" tanya Bryan kepada Bunga. "Kata pengawal saya, Anda sempat menolaknya."

Bunga pun menarik nafas panjang. "Saya butuh uang dengan segera, Tuan. Sebab, ibu saya harus segera dioperasi," ucap Bunga. "Dan saya mau gaji saya selama 12 bulan langsung dibayar di awal, soalnya untuk biaya operasi cangkok ginjal ibu saya dan biayanya mencapai 555 juta lebih."

Bibir Bryan langsung tersungging lebar mendengar jawaban Bunga. Ia kini semakin yakin betapa kuatnya kekuatan uang, terutama bagi golongan orang-orang seperti Bunga. "Baiklah, saya akan segera memberikannya kepada Anda, tapi kita nikahnya harus segera juga. Saya mau kita menikah besok."

Bunga mendadak mematung mendengar jawaban Bryan. "A-apa? Menikah besok?" tanya Bunga yang mendadak gelagapan. "Kenapa mendadak sekali, Tuan?"

"Saya tak mau pertanyaan. Anda mau atau tidak?"

Bunga pun nampak berpikir sejenak. Akan tetapi, berbeda dengan Bryan, ia tak mau kalau Bunga akan berubah pikiran. Sehingga, dia membuat Bunga terburu-buru.

"Kalau Anda tak mau, silakan keluar dari ruangan saya. Nanti saya akan berbicara kepada kakek kalau hubungan kita tak dapat dipertahankan."

"J-jangan. Baiklah, saya mau."

Bryan pun meminta pengawalnya untuk memberikan berkas kontrak pernikahannya dengan Bunga. "Mana berkasnya!" perintahnya.

Sang pengawal pun langsung memberikan kontrak itu kepada Bryan.

Lalu, Bryan melempar kontrak itu ke arah Bunga. "Silakan tanda tangani surat kontrak itu di atas materai yang ada tulisannya pihak kedua dan isi bagian yang diberi tanda kurung dengan nama Anda."

Bunga pun membuka surat kontrak itu yang hanya berisi satu lembar.

[Surat Perjanjian Kontrak Satu Tahun

Dengan ini saya ( .......... ) siap menjadi istri kontrak dari Tuan Bryan Bahuwirya selama satu tahun.

Dalam kurun waktu satu tahun, saya siap menjalankan tugas sebagai mana seorang istri.

Keuntungan:

1. Gaji pokok 50 juta/bulan

2. Asuransi kesehatan

3. Fasilitas (pakaian, sepatu, makanan, tas, salon, jalan-jalan ke luar negeri, pengawal, dsb.)

Larangan:

1. Dilarang satu ranjang dengan Tuan Bryan Bahuwirya. Silakan tidur di sofa yang sudah disediakan.

2. Dilarang menyentuh Tuan Bryan Bahuwirya, begitupun sebaliknya, kecuali di depan banyak orang dan saat terdesak.

3. Dilarang memberi tahu rencana nikah kontrak kepada pihak lain.

4. Dilarang kepo mengenai kegiatan apapun yang dilakukan Tuan Bryan Bahuwirya.

5. Dilarang untuk melarang Tuan Bryan Bahuwirya menghabiskan waktunya bersama kekasihnya.

6. Dilarang pulang ke daerah asal selama masa kontrak meski ada anggota keluarga yang sakit atau meninggal.

7. Isi surat perjanjan bisa berubah sewaktu-waktu.

Pihak pertama:

1. ( ........................ )

Pihak kedua:

2. ( ..........................)

Demikianlah surat perjanjian ini dibuat sebagai mana mestinya. Jika saya sebagai pihak kedua tak mampu melaksanakan dengan baik, saya siap menanggung segala resiko, termasuk dijebloskaan ke dalam sel penjara dan siap mengembalikan semua yang sudah diberikan.]

Kedua mata Bunga langsung teralihkan pada Bryan. Ia merasa tak setuju dengan poin nomor 6 yang menurutnya terlalu berat. Apalagi, dia memiliki ibu yang pasti butuh kehadirannya. "Tuan, apakah nomor 6 tak boleh dirubah?" tanyanya. "Sebab, ibu saya sedang sakit keras dan pasti butuh kehadiran saya."

Bryan pun memajukan tubuhnya ke depan. Lalu, dia meletakkan tangannya di atas meja. "Jika Anda mau saya merubahnya, maka otomatis, semuanya akan berubah juga termasuk keuntungan Anda yang akan berkurang."

Bunga merasakan ketidakadilan atas salah satu isi surat perjanjian itu. Akan tetapi, dia bisa apa? Dia sangat butuh uang itu agar ibunya segera selamat.

"Baiklah, Tuan. Saya mau."

Bryan segera beralih ke arah pengawalnya. "Siapkan segala keperluannya. Jangan lupa hubungi kakek juga."

"Baik, Tuan."

***

[From: Bu Aisyah

To: Me

Bunga, bagaimana? Kami sudah berbicara dengan dokter yang menangani ibumu. Katanya, untuk operasi cangkok totalnya menghabiskan biaya sekitaran 555 juta lebih Bunga.]

Bunga pun segera membalas pesan dari Aisyah.

[From: Me

To: Bu Aisyah

Uangnya sudah saya kirim ke rekening Bu Aisyah atas nama Bryan Bahuwirya, tolong urus segala macamnya, Bu. Soalnya saya masih harus bekerja.]

Tak lama setelah itu, pesan Bunga dibalas oleh Aisyah.

[From: Bu Aisyah

To: Me

Alhamdulillah, Bunga. Iya, kamu gak usah mikir aneh-aneh, ibumu bareng kami. Doakan supaya operasinya lancar.]

Bunga pun kini sedikit lebih lega. Sebab masalah ibunya sudah selesai, sebab ibunya akan segera dioperasi..

[From: Me

To: Bu Aisyah

Amin, Bu.]

Tok!

Tok!

Tok!

Pintu ruangan tempat pengantin terketuk. Bunga langsung menoleh ke arah pintu. Lalu, muncullah seorang perempuan muda di sana. "Apakah Anda sudah siap, Nona? Akad akan segera dimulai."

Bunga pun buru-buru menutupi dadanya dengan tangannya, sebab ia merasa malu dengan gaun pengantin berwarna putih yang dipakainya. Ia merasa tak nyaman dengan pakaian yang menurutnya sangat terbuka itu.

"I-iya, saya sudah siap."

***

Bab terkait

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 4. Resmi Menikah

    "Mengapa Anda malah merestui hubungan pernikahan mereka, Tuan Baskoro?" tanya salah satu sahabatnya yang selama ini selalu berada di dekatnya baik susah maupun senang. "Padahal, cucu Anda dan calon istrinya telah menipu Anda."Baskoro yang sedang memegang alat pancing di tangannya melirik ke arah sahabatnya, Wiyoko. Dia kemudian tertuju kembali arah sungai yang biasa ia gunakan untuk memancing ikan bersama sahabatnya sambil menikmati angin malam. "Saya sebenarnya sudah tahu kalau mereka telah menipu saya sejak awal, Tuan Wiyoko," ucapnya. "Ditambah, informasi detail dari mata-mata saya semakin membuat saya semakin yakin kalau calon istri Bryan adalah orang yang saya cari."Wiyoko menoleh ke arah Baskoro. Ada tanda tanya besar di kepalanya. "Maksud Anda apa?" tanyanya."Entah mengapa, setiap saya melihat calon istri cucu saya, membuat saya teringat akan seseorang."Kedua mata Wiyoko pun langsung menyipit. "Siapa yang Anda maksud?" tanyanya."Seruni," jawab Baskoro dengan singkat."Seru

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 5. Ciuman Pertama Bunga

    Suara ponsel Bryan berdering di pukul 2 pagi dan membuat Bunga terbangun. Ia pun hendak beranjak dari tidurnya, tetapi Bryan tiba-tiba terbangun dan meraih ponselnya. "Halo, Sayang," ujar Bryan sambil mengucek kedua matanya. "Kenapa kamu telepon aku di jam-jam segini? Kamu gak tidur kah?"'Kamu gak suka ya kalau aku telepon?' tanya Cassandra dengan suara yang terdengar ngambek. 'Apa jangan-jangan kamu habis melakukan malam pertama sama babu itu?' cecarnya dengan banyak pertanyaan. 'Ayo ngaku!'Dahi Bryan pun langsung mengernyit mendengarnya. "Malam pertama apa maksud kamu sih?" tanya Bryan sambil mengucek kedua matanya. "Aku lagi tidur sendirian kok di ranjang aku. Sementara, dia di sofa. Lagian, siapa juga yang mau menyentuhnya? Dia saja bau bawang gitu."Bunga yang mendengar ucapan Bryan secara refleks mencium bau tubuhnya. 'Apa aku sebau itu, ya?' batinnya. 'Padahal aku sudah pakai tawas di ketiak dan sering minum jamu. Aku bahkan sering ganti pakaian dan pakai parfum.''Bohong!'

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 6. Malam Pertama Pengantin Baru

    Wiyoko dan Baskoro langsung menunduk malu saat melihat Bryan terlihat beringas mencium bibir Bunga. Mereka sama-sama mendadak salah tingkah karena adegan itu.Tanpa berkata sepatah kata, Baskoro menarik tangan Wiyoko keluar agar tak mengganggu kedua cucunya yang sedang menghabiskan malam pertama mereka berdua.Setelah itu, Baskoro segera menutup pintu kamar Bryan lagi dengan pelan.***Baskoro segera mengusap keringat di dahinya. Lalu, dia melirik ke arah Wiyoko. Dan secara bersamaan, mereka tersenyum lebar. Lalu, diikuti dengan tawa yang langsung lepas begitu saja."Benar kan apa kata saya?" tanya Wiyoko kepada Baskoro. Mereka itu tak mungkin berpura-pura, Tuan. Rumor yang mengatakan Bryan menyukai Cassandra tidaklah benar. Buktinya Bryan tadi mesra sekali dengan istrinya.""Iya, Tuan," ucap Baskoro yang dibuat kesemsem saat mengingat ciuman itu. "Sumpah, saya benar-benar kaget saat melihat mereka berciuman seperti itu."Wiyoko kemudian menepuk pundak kanan Baskoro. Lalu, dia menatap

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 7. Susu Untuk Tuan Bryan

    "Wih, ini dapur apa gimana?" tanya Bunga pada dirinya sendiri yang dibuat takjub dengan dapur di rumah Bryan. "Luas banget dapurnya." Bunga terlihat takjub sekaligus kebingungan dengan isi dapur rumah Bryan yang begitu luas. Bahkan, luasnya hampir sama dengan luas rumahnya yang ada di kampungnya. Bahkan, peralatannya juga sangat lengkap dan bersih. "Di mana ya aku cari susu coklat?" tanya Bunga tiba-tiba yang teringat dengan tujuan awalnya. Sebab, dia sendiri belum pernah masuk ke dapur itu. Bahkan, rumah yang ia datangi awal-awal bekerja bukanlah rumah yang ia tempati sekarang. Sebab, rumah sebelumnya lebih kecil dan tak memiliki dapur seluas itu. Bunga pun berjalan ke arah kulkas dua pintu yang begitu besar. "Ini apa ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia pun segera menarik pintu kulkas itu. Sejenak, Bunga dibuat takjub dengan kulkas yang begitu besar dan isinya sangat lengkap. "Waaah, ternyata ini kulkas. Masyaallah, ada banyak bahan makanan di sini!" Kedua pipinya langsung meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 8. Obat Per4ngsang Dari Kakek

    Bryan semakin melambung tinggi. Ia merasa semua orang memang harus tunduk padanya, tak terkecuali babu tua di hadapannya.Bunga pun langsung meraih tangan Darsih agar Darsih tidak bersimpuh di kaki Bryan. "Bibi, tolong jangan lakukan itu!" ucapnya kepada Darsih.Akan tetapi, Darsih justru langsung menolak permintaan Bunga. "Tidak, Nyonya. Tolong jangan cegah saya," ucapnya yang terus bersimpuh di kaki Bryan. "Ini adalah kesalahan saya.""Astaghfirllah, Bi, Bi Darsih tak pantas melakukannya," ucap Bunga. "Ini gak boleh. Ini gak sopan. Bi Darsih ini lebih tua dari kami berdua.""Tidak, Nyonya. Tetap saja, saya harus bersimpuh di kaki Tuan Bryan sebagai bentuk permintaan maaf saya."Bunga pun segera beralih kepada Bryan. "Mas Bryan, aku mohon, tolong hentikan Bi Darsih," ucapnya dengan sungguh-sumgguh.Akan tetapi, Bryan nampak tak peduli. "Bodo amat!" ucap Bryan. Tiba-tiba, secara bersamaan, Bryan mendengar suara Baskoro yang terbatuk-batuk dari balik pintu dapur. Lantas, pandangannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 9. Tragedi Di Kamar Mandi

    Baskoro langsung melirik ke arah Wiyoko. Lalu, tak lama setelah itu tersungginglah bibirnya dengan lebar. Ia seakan seperti baru mendapatkan durian runtuh."Sepertinya, obat per4ngsang yang saya taruh di minuman mereka terlalu banyak, Tuan," ucap Baskoro yang tertawa cekikikan kepada Wiyoko. "Sampai-sampai mereka berdua berteriak kencang kayak tadi."Wiyoko yang turut menguping teriakan Bryan langsung menutupi bibirnya saking menahan tawa. Sebab, akhirnya apa yang mereka inginkan kejadian juga. "Iya, Tuan. Lain kali satu kapsul cukup kali, ya. Jangan kebanyakan kayak tadi."Baskoro mengangguk kegirangan. "Iya, Tuan," ucapnya. "Mari, Tuan, kita kembali lagi ke kamar saya. Jangan ganggu mereka yang lagi malam pertama."***Bunga langsung menutup kedua matanya dan memutar tubuhnya membelakangi Bryan. Ia sangat kaget karena Bryan yang hanya memakai handuk. Dia bisa dengan jelas melihat betapa six packnya perut Bryan. "Astaghfirullah, tadi itu apa?" tanyanya kepada dirinya sendiri. Detak ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 10. Siapa Allah?

    "Jika kekasih saya bertanya mengenai apa yang kita lakukan setelah kita menikah, katakan kalau kita hanya berpura-pura. Termasuk saat kita tidur bareng. Intinya saya mau Anda berbohong jika dia tanya tentang apa yang terjadi, termasuk ciuman kita dan ... ya pokoknya Anda harus pinter-pinter ngeles."Bunga mengangguk tanda mengerti. "Baik, Tuan," ucapnya. Meski sebenarnya, hal itu sangat jauh dari hati nuraninya. Namun, apalah daya dia yang hanya bisa mematuhi segala permintaan tuannya."Bagus, ini yang memang saya mau dari Anda!" ujar Bryan kepada Bunga. Ia kemudian memajukan tubuhnya ke depan. "Lalu ... ini yang tak kalah pentingnya," ucap Bryan yang nampak serius."Apa, Tuan?" tanya Bunga.Bryan kemudian menatap dengan lekat kedua mata Bunga. "Orang-orang tahunya Anda adalah istri saya. Otomatis, akan banyak yang akan mengincar dan menyakiti Anda. Saya mau selama masa kontrak, Anda tetap dikawal oleh pengawal saya jika Anda mau keluar rumah. Sebab, sangat berbahaya buat Anda.""Saya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 11. Pengemis Di Pasar Turi

    "Tuan, bolehkah saya izin keluar hari ini?" tanya Bunga sebelum Bryan berangkat ke kantornya. Sebab, walau bagaimanapun, Bryan adalah majikannya sekaligus suaminya. Meski status mereka hanyalah sebagai pasangan kontrak."Anda memangnya mau ke mana?" tanya Bryan yang sudah siap-siap pergi. Bunga pun menjawab, "Saya mau ke pasar."Dahi Bryan langsung mengernyit. "Pasar? Apa itu?" tanya Bryan. "Apakah maksud Anda pasar saham?"Bunga langsung menahan tawa mendengar pertanyaan Bryan. 'Apakah Tuan Bryan gak pernah ke pasar ya?' batinnya."Kenapa Anda malah diam?""Maaf, Tuan," ucap Bunga. Ia kemudian mulai menjelaskan apa itu pasar. "Jadi, pasar itu tempat jual beli, seperti beli sayuran, buah, daging, dan masih banyak lagi.""Kayak mall gitu kah?""Iya.""Oh, emang Anda mau ngapain?""Belanja kebutuhan dapur."Kedua mata Bryan pun langsung berbinar-binar. "Apakah Anda mau masak rawon lagi?" tanyanya yang belum bisa move on dengan rasa rawon yang begitu pas di lidahnya."Tidak," ucap Bunga.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25

Bab terbaru

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 14. Keluarga Abraham

    "Dengarkan saya baik-baik. Ini penting sekali," ucap Bryan kepada Bunga dengan sungguh-sungguh."Apa hal penting yang ingin Tuan bicarakan dengan saya?" tanya Bunga. "Kenapa Tuan Bryan nampak gelisah begitu?"Bryan pun menarik nafas panjang. Lalu, dia berkata, "maafkan saya, sebab tadi saya tidak ikut dengan Anda," ucapnya. "Harusnya saya ikut serta dengan Anda agar Calvin tak menyakiti Anda."Dahi Bunga langsung mengernyit. Ia tak paham dengan maksud Bryan. "Calvin? Siapa dia, Tuan?" tanyanya."Dia adalah salah satu anggota keluarga Abraham," ucap Bryan. "Dan keluarga Abraham sendiri dikenal sebagai keluarga yang bengis dan tak punya hati. Mereka tak akan segan-segan menyakiti orang-orang yang bersinggungan langsung dengan mereka."Bunga nampak manggut-manggut tanda mengerti."Nah, bicara tentang Calvin, dia sendiri adalah anak dari Tuan Clayton," jawab Bryan. "Dia dan papanya sangat jahat, terutama papanya. Makanya, saya mau Anda berhati-hati dengan mereka. Sebab, saya tak mau merek

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 13. Kemakan Ucapan Sendiri

    "Sampai kapan Anda mengikuti saya?" tanya Calvin kepada pengawalnya yang terkena tambak. Meski pelurunya tak sampai bersarang di lengan sang pengawal, tetap saja darah segar terus mengucur deras di sana. "Apakah Anda tak ada niatan untuk mengobati luka Anda dulu?"Calvin tiba-tiba terhenti saat dia sudah sampai di depan kamarnya. Lalu, dia memutar tubuhnya ke belakang. Menatap kedua mata pengawalnya yang sudah berada dalam posisi sikap siap. "Lebih baik Anda obati dulu luka Anda," ucapnya. "Sepertinya luka Anda lebih parah daripada luka saya.""Siap, tidak, Tuan," ucap sang pengawal. "Saya tak akan mengobati luka saya sebelum luka Anda diobati terlebih dahulu.""Whatever!" ucap Calvin yang langsung masuk ke kamarnya. "Yang penting saya sudah memberi tahu Anda."***Makanan sudah tersaji di depan Calvin. Ada ayam goreng madu yang menjadi makanan utamanya. Sudah lama, dia tak makan makanan mewah itu. Sebab, selama dia berada di luar, dia lebih banyak makan nasi padang yang kini telah me

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 12. Jatuh Cinta Pandangan Pertama

    'Sialan! Aku tak bisa kabur lagi kalau begini,' batin Calvin yang benar-benar tak bisa kabur lagi. Sebab, pada akhirnya dia hanya bisa pasrah. Pelariannya selama 4 bulan untuk menghindari perjodohan dengan sepupunya rasanya sia-sia saja.Di saat bersamaan, Calvin tiba-tiba mendengar suara ponsel berdering. Lalu, salah satu orang pengawalnya berbicara. "Halo, Tuan Clayton," ucapnya.Kemudian terdengarlah suara Clayton–papa Calvin– di balik telepon. 'Apakah Anda sudah menemukan putera saya?' tanyanya yang terdengar sangat berat."Sudah, Tuan Clay," ucap pengawal itu. "Sesuai laporan dari mata-mata kita, Tuan Calvin memang menyamar sebagai tukang pengemis."'Apa? Pengemis?' tanya Clayton yang terdengar kaget di balik telepon."Betul, Tuan."'Di mana dia sekarang?' tanya Clayton."Sekarang putera Anda bersama dengan kami," ucap sang pengawal. "Lebih tepatnya Tuan Calvin berada di samping saya."'Bagus! Segera bawa dia ke sini.'***Seorang pria paruh baya dengan rokok di tangannya menuju

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 11. Pengemis Di Pasar Turi

    "Tuan, bolehkah saya izin keluar hari ini?" tanya Bunga sebelum Bryan berangkat ke kantornya. Sebab, walau bagaimanapun, Bryan adalah majikannya sekaligus suaminya. Meski status mereka hanyalah sebagai pasangan kontrak."Anda memangnya mau ke mana?" tanya Bryan yang sudah siap-siap pergi. Bunga pun menjawab, "Saya mau ke pasar."Dahi Bryan langsung mengernyit. "Pasar? Apa itu?" tanya Bryan. "Apakah maksud Anda pasar saham?"Bunga langsung menahan tawa mendengar pertanyaan Bryan. 'Apakah Tuan Bryan gak pernah ke pasar ya?' batinnya."Kenapa Anda malah diam?""Maaf, Tuan," ucap Bunga. Ia kemudian mulai menjelaskan apa itu pasar. "Jadi, pasar itu tempat jual beli, seperti beli sayuran, buah, daging, dan masih banyak lagi.""Kayak mall gitu kah?""Iya.""Oh, emang Anda mau ngapain?""Belanja kebutuhan dapur."Kedua mata Bryan pun langsung berbinar-binar. "Apakah Anda mau masak rawon lagi?" tanyanya yang belum bisa move on dengan rasa rawon yang begitu pas di lidahnya."Tidak," ucap Bunga.

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 10. Siapa Allah?

    "Jika kekasih saya bertanya mengenai apa yang kita lakukan setelah kita menikah, katakan kalau kita hanya berpura-pura. Termasuk saat kita tidur bareng. Intinya saya mau Anda berbohong jika dia tanya tentang apa yang terjadi, termasuk ciuman kita dan ... ya pokoknya Anda harus pinter-pinter ngeles."Bunga mengangguk tanda mengerti. "Baik, Tuan," ucapnya. Meski sebenarnya, hal itu sangat jauh dari hati nuraninya. Namun, apalah daya dia yang hanya bisa mematuhi segala permintaan tuannya."Bagus, ini yang memang saya mau dari Anda!" ujar Bryan kepada Bunga. Ia kemudian memajukan tubuhnya ke depan. "Lalu ... ini yang tak kalah pentingnya," ucap Bryan yang nampak serius."Apa, Tuan?" tanya Bunga.Bryan kemudian menatap dengan lekat kedua mata Bunga. "Orang-orang tahunya Anda adalah istri saya. Otomatis, akan banyak yang akan mengincar dan menyakiti Anda. Saya mau selama masa kontrak, Anda tetap dikawal oleh pengawal saya jika Anda mau keluar rumah. Sebab, sangat berbahaya buat Anda.""Saya

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 9. Tragedi Di Kamar Mandi

    Baskoro langsung melirik ke arah Wiyoko. Lalu, tak lama setelah itu tersungginglah bibirnya dengan lebar. Ia seakan seperti baru mendapatkan durian runtuh."Sepertinya, obat per4ngsang yang saya taruh di minuman mereka terlalu banyak, Tuan," ucap Baskoro yang tertawa cekikikan kepada Wiyoko. "Sampai-sampai mereka berdua berteriak kencang kayak tadi."Wiyoko yang turut menguping teriakan Bryan langsung menutupi bibirnya saking menahan tawa. Sebab, akhirnya apa yang mereka inginkan kejadian juga. "Iya, Tuan. Lain kali satu kapsul cukup kali, ya. Jangan kebanyakan kayak tadi."Baskoro mengangguk kegirangan. "Iya, Tuan," ucapnya. "Mari, Tuan, kita kembali lagi ke kamar saya. Jangan ganggu mereka yang lagi malam pertama."***Bunga langsung menutup kedua matanya dan memutar tubuhnya membelakangi Bryan. Ia sangat kaget karena Bryan yang hanya memakai handuk. Dia bisa dengan jelas melihat betapa six packnya perut Bryan. "Astaghfirullah, tadi itu apa?" tanyanya kepada dirinya sendiri. Detak ja

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 8. Obat Per4ngsang Dari Kakek

    Bryan semakin melambung tinggi. Ia merasa semua orang memang harus tunduk padanya, tak terkecuali babu tua di hadapannya.Bunga pun langsung meraih tangan Darsih agar Darsih tidak bersimpuh di kaki Bryan. "Bibi, tolong jangan lakukan itu!" ucapnya kepada Darsih.Akan tetapi, Darsih justru langsung menolak permintaan Bunga. "Tidak, Nyonya. Tolong jangan cegah saya," ucapnya yang terus bersimpuh di kaki Bryan. "Ini adalah kesalahan saya.""Astaghfirllah, Bi, Bi Darsih tak pantas melakukannya," ucap Bunga. "Ini gak boleh. Ini gak sopan. Bi Darsih ini lebih tua dari kami berdua.""Tidak, Nyonya. Tetap saja, saya harus bersimpuh di kaki Tuan Bryan sebagai bentuk permintaan maaf saya."Bunga pun segera beralih kepada Bryan. "Mas Bryan, aku mohon, tolong hentikan Bi Darsih," ucapnya dengan sungguh-sumgguh.Akan tetapi, Bryan nampak tak peduli. "Bodo amat!" ucap Bryan. Tiba-tiba, secara bersamaan, Bryan mendengar suara Baskoro yang terbatuk-batuk dari balik pintu dapur. Lantas, pandangannya

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 7. Susu Untuk Tuan Bryan

    "Wih, ini dapur apa gimana?" tanya Bunga pada dirinya sendiri yang dibuat takjub dengan dapur di rumah Bryan. "Luas banget dapurnya." Bunga terlihat takjub sekaligus kebingungan dengan isi dapur rumah Bryan yang begitu luas. Bahkan, luasnya hampir sama dengan luas rumahnya yang ada di kampungnya. Bahkan, peralatannya juga sangat lengkap dan bersih. "Di mana ya aku cari susu coklat?" tanya Bunga tiba-tiba yang teringat dengan tujuan awalnya. Sebab, dia sendiri belum pernah masuk ke dapur itu. Bahkan, rumah yang ia datangi awal-awal bekerja bukanlah rumah yang ia tempati sekarang. Sebab, rumah sebelumnya lebih kecil dan tak memiliki dapur seluas itu. Bunga pun berjalan ke arah kulkas dua pintu yang begitu besar. "Ini apa ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia pun segera menarik pintu kulkas itu. Sejenak, Bunga dibuat takjub dengan kulkas yang begitu besar dan isinya sangat lengkap. "Waaah, ternyata ini kulkas. Masyaallah, ada banyak bahan makanan di sini!" Kedua pipinya langsung meng

  • Dari Babu Jadi Istri Konglomerat   Bab 6. Malam Pertama Pengantin Baru

    Wiyoko dan Baskoro langsung menunduk malu saat melihat Bryan terlihat beringas mencium bibir Bunga. Mereka sama-sama mendadak salah tingkah karena adegan itu.Tanpa berkata sepatah kata, Baskoro menarik tangan Wiyoko keluar agar tak mengganggu kedua cucunya yang sedang menghabiskan malam pertama mereka berdua.Setelah itu, Baskoro segera menutup pintu kamar Bryan lagi dengan pelan.***Baskoro segera mengusap keringat di dahinya. Lalu, dia melirik ke arah Wiyoko. Dan secara bersamaan, mereka tersenyum lebar. Lalu, diikuti dengan tawa yang langsung lepas begitu saja."Benar kan apa kata saya?" tanya Wiyoko kepada Baskoro. Mereka itu tak mungkin berpura-pura, Tuan. Rumor yang mengatakan Bryan menyukai Cassandra tidaklah benar. Buktinya Bryan tadi mesra sekali dengan istrinya.""Iya, Tuan," ucap Baskoro yang dibuat kesemsem saat mengingat ciuman itu. "Sumpah, saya benar-benar kaget saat melihat mereka berciuman seperti itu."Wiyoko kemudian menepuk pundak kanan Baskoro. Lalu, dia menatap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status