Aku berlari cepat menuju kerumunan yang ada di belakang ku dan dengan teliti menelusuri sekitar, aku adalah pelari dan pengamat yang handal jadi aku dengan optimis mencari Matty dengan cermat tanpa menghiraukan perkataan ibu tadi.
"Maatttyy!" teriaku sambil memperhatikan sekitar, banyak sekali orang orang yang mirip sepertinya disini. Namun aku tahu kalau Matty takkan pernah menghiraukan panggilan dariku jadi aku terus berlari menghiraukan orang orang yang mirip dengannya.
Orang orang sekitar jadi tefokus padaku dan iti memudahkan pencarianku dan petugas penjaga datang kepada ku lalu mencoba menenangkan diriku yang tengah panik.
"tenanglah kami akan membantu mencari temanmu" ucap penjaga itu
Aku diajak penjaga menuju ke ruang penjaga sambil panik dan mengocehkan hal yang tak berguna karena panik"tapi dia bukanlah orang yang akan bertahan sendirian di kota besar dan tersesa-" kepanikan ku terhenti melihat Matty tengah duduk termenung di sana. Dia terlihat panik dan juga seperti menunggu ku.
Aku melepas panik ku dan mulai menghela nafas dan memanggil Matty "hey kemana saja kau kukira kau memegang tanganku tadi" Matty menoleh dan langsung berlari ke arah ku dengan kelihatan lega "kupikir aku tak bisa melihatmu lagi uwaaaaa" tangis Marty sambil memelukku.
Setelah beberapa hal terjadi aku dan Matty pun berterima kasih pada petugas penjaga museum dan berkeliling lagi "jangan melepaskan genggaman tangan ku" perintah ku pada Matty dan menggemgam erat tangannya agar tak menghilang lagi.
Tak terasa museum sudah hampir tutup dan para pengunjung diperintahkan untuk meninggalkan museum dengan tertib. Kami mengikuti arahan cahaya sihir yang ada di pojok atas setiap ruangan dan keluar dari sana.
Setelah keluar kami menaiki sapu terbang otomatis yang kami sewa untuk kembali menuju penginapan "tak terasa hari ini sudah hampir berakhir saja" pikirku namun tak sengaja ku ucapkan, Matty melihat kepada ku dengan muka kebingungan lalu tertawa kecil "ada apa?" Tanya ku yang tak sadar "tidak ada tapi memang benar mungkin ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidup kita" jawab Matty "ya, kau benar" ucapku sambil melihat ke langit.
---------------- menuju 5 tahun sejak saat itu -------------
Sudah 5 tahun sejak dibukanya Rean pada umum. Sekarang semua orang sudah terbiasa menggunakan sihir, tepatnya alat alat sihir yang di import dari Rean. Banyak orang-orang yang terbantu karena alat alat sihir ini diantaranya terdapat sapu terbang otomatis yang kami naiki waktu dulu. Itu benar benar menakjubkan karena sekarang sapu itu tak hanya digunakan di Rean.
Matty mengepak barang barangnya kedalam tas nya dan bertanya padaku "apakah kau sudah siap?" Lalu aku menjawab sambil menyiapkan sapu terbang "ya, kita tinggal menaikinya."
Kita berdua pergi menghadap ibu ku dan berpamitan padanya "hati hati" ujarnya.
Orang tua Matty meninggal tak lama setelah kita mengunjungi Rean pertama kali jadi dia tinggal bersamaku setelah itu. Matty sendiri yang menerima ajakanku untuk tinggal bersama kami. Yaa selama ibuku juga tak keberatan dengan keberadaan Matty karena dia juga tahu keluarga jauh nya tak ada yang mau menerimanya juga jadi tak apa.
Setelah kita tinggal bersama kami mulai bekerja di Rean yang tak lain adalah toko rental sapu terbang otomatis selama 4 tahun aku berada di bagian kasir dan Matty bekerja di bagian kebersihan.
Sampai tahun lalu kita menikmati pekerjaan kita dan menabung uang gaji kita untuk tujuan yang tidak jelas. Pemilik toko rental ini sangat baik kita diberi gaji yang lumayan setiap bulan dan diberi makan 3 kali sehari bahkan dia juga memberikan kita ruangan untuk tidur waktu malam hari. Jadi kita tidak perlu bolak-balik dari rumahku yang ada di luar kota menuju ke Rean yang tentunya memakan waktu banyak. Pertama kali bekerja memang agak aneh namun lama kelamaan kami pun terbiasa dengan pekerjaan ini.
Ngomong - ngomong soal sapu terbang, sapu yang digunakan oleh penduduk Rean berbeda dengan yang digunakan oleh pengunjung luar Rean. Yang membedakannya adalah sapu terbang milik penduduk diterbangkan menggunakan 'Mana' semacam energi khusus yang hanya dimiliki oleh penduduk Rean. Dan sapu terbang otomatis dan alat-alat sihir lainnya adalah teknologi yang dikembangkan oleh peneliti Rean agar penduduk luar kota Rean juga bisa menggunakan 'sihir'. Mereka mengembangkan alat yang disebut dengan 'baterai' yang di dalamnya menyimpan Mana yang cukup untuk digunakan dalam 1 tahun. Inilah mengapa Rean dibuka 100 tahun setelah diberi amanat oleh Daniel tentang membuka peradaban mereka pada dunia. Mereka membuat banyak alat dan juga energi penyokongnya agar alat alat itu bisa digunakan 'hmm ternyata mereka cukup baik' itulah yang kupikirkan setelah mendengar cerita lalu lalang dari pengunjung, penduduk dan pedagang.
Aku melihat waktu pada jam dinding sihir dan sepertinya sudah waktunya makan siang "hei Matty! waktunya makan siang ayo kita pergi ke tempat orang itu" ajakku pada Matty "baiklah aku akan segera bersiap sebentar lagi" jawab Matty sambil menyimpan peralatannya. Sebelum berangkat aku meminta izin terlebih dahulu pada bos "Bos sudah waktunya makan siang, aku dan Matty akan pergi keluar sebentar untuk makan" "baiklah kalian hanya punya waktu sebentar jadi jangan terlalu lama" jawabnya "terimak kasih bos!" teriakku sambil pergi menuju ke restoran kecil di dekat toko rental sapu terbang otomatis.
Sesampainya di restoran itu aku memesan sesuatu dengan kode "yo paman! kami ingin sesuatu yang spesial" "telur?" tanya dia menjawab kode itu "yang sangaaaaat besar" jawabku, dia tersenyum kecil sambil menatapku dan Matty dan menggerakkan kepalanya ke pintu di sebelahnya sambil berkata "masuklah" kami menjawab senyuman paman itu dan pergi menuju ke pintu yang diarahkan oleh paman itu.
Nama paman itu adalah Charles dia pemilik restoran kecil dengan menu makanan terlengkap dan terenak di penjuru Rean, kami mengetahui tempat ini karena suatu saat Bos kami mengajak kami untuk makan ke sini dan paman Charles memperkenalkan kita pada anaknya yang bernama Cindy anak yang pemalu namun memiliki pengetahuan yang banyak dan juga dia seumuran dengan kami berdua jadi kita bisa akrab dengan Cindy.
"Permisi!" ucapku sambil membanting pintu menuju kamar Cindy yang diikuti perkataan Matty dengan nada sopan "permisi". "oh kalian datang juga" jawab Cindy sambil melihat kami "iya, kau sedang apa?" ucapku sambil menanyai Cindy "seperti biasa aku sedang mengamati cerita Daniel dengan cermat" jawab Cindy "Daniel lagi huh?" jawabku dengan nada bosan.
Dan begitulah kami menjalani hari hari kami di kota Rean. disini kita tak hidup menderita bahkan memiliki teman baru dan perkejaan yang layak. Namun pada akhirnya aku, Matty dan Cindy memutuskan untuk memulai perjalanan kita sendiri.
Kembali menuju saat ini. Setelah aku dan Matty pamit kepada ibu kita menaiki sapu terbang otomatis yang diberikan oleh boss kita saat memutuskan keluar dari pekerjaan kita 1 tahun lalu "ini tak seberapa tapi aku tahu kalian akan membutuhkannya, dan juga aku memodifikasi yang ini khusus untuk kalian" itulah katanya. Mungkin dia mengetahui alasan kita keluar dari pekerjaan itu namun itu tak mengherankan ketika mengetahui Bos kita dekat dengan Charles ayah dari Cindy.Kami terbang menuju Rean untuk menjemput Cindy. Saat ini dia adalah penyihir tulen dia belajar sihir hanya saat bersama kami jadi orangtuanya memanfaatkan hal ini dan membiarkan kami bermain bersamanya dan mengembangkan karakter anaknya.Semua orang di Rean memiliki status penyihir walaupun pekerjaan yang mereka dalami berbeda. Mereka yang dilihat sudah cukup meyakinkan akan direkomendasikan oleh orang tua mereka kepada penyihir yang mendalami pekerjaan nya menjadi penyihir lalu d
Matahari telah bersinar cukup terang, 'mungkin sudah tengah hari, kemarin benar benar menyenangkan' pikirku sambil keluar dari tenda kecil yang hanya muat dimasuki oleh 3 orang. Aku membuka tenda dan mencari sumber air di dekat tenda, mencari beberapa saat mengelilingi daerah yang sekiranya terdapat sumber air. Kakiku terasa panas karena pasir yang dipijak dan matahari yang tepat berada diatasku. Dan akhirnya aku pun tersadar bahwa kita terbangun di tengah padang pasir antah berantah dan mulai berteriak dan lari menuju tenda untuk membangunkan teman teman "hei kalian segera bangun dan" ucapanku terhenti melihat tenda yang kosong tanpa seorangpun disana yang tertidur.Aku benar benar panik sambil mencerna kejadian ini baik baik, memikirkan apa yang terjadi sambil mengecek apa saja yang ada bersamaku. Aku melihat 2 botol yang berisi air *sepertinya ini layak untuk diminum, 1 buah roti 'oooooh seperti nya Matty ingin menyantap ini diam diam saat kita tidur namun di
Serigala itu terus berbicara, Matty menghiraukan Cindy yang terlihat sangat serius menanggapi percakapan antar keduanya. Karena itu Matty pun berinisiatif mencari Sie ke arah selatan dengan berjalan kaki karena posisi sapu terbang otomatis tengah dipegang oleh Cindy. Cindy menyudahi percakapan nya dan hendak membicarakannya dengan Matty namun dia tak ada di tempat yang seharusnya dia berada.Ketiga sahabat ini memulai perjalanan hari keduanya dengan berpisah, Cindy terlihat sangat panik karna dialah yang ditinggalkan oleh teman temannya, Matty panik karena sahabat dari masa kecilnya hilang entah kemana, dan Sie terlihat biasa saja sambil terus berjalan menyusuri padang pasir dan mengeluhkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri."ayolah kita tak punya waktu lagi!" ucap serigala pada Cindy "tapi aku kehilangan temanku barusan! apa kau tak punya hati? aku akan mencarinya dulu, kau tunggulah disini" ucap Cindy dengan panik "baiklah kutunggu dis
Suara tangisan bayi terdengar sangat kencang, aku beberapa kali mencoba untuk meninggalkannya namun berulang kali juga aku kembali untuk membawanya karena sisi kemanusiaan ku tak membiarkannya."ahhhh aku merindukan teman teman, menjaga bayi ternyata susah MAAFKAN AKU IBU!!!!" aku mengeluh dan berteriak kencang menyadari betapa susahnya menjadi seorang ibu dan membuat bayi yang ku gendong menangis lagi "bodohnya aku" ucapku sambil menenangkan bayinya.Untuk sementara ini aku memanggil bayi yang ada bersamaku dengan sebutan Frie kecil. Sekarang keseharianku selain berjalan tak jelas mencari teman teman tanpa arah namun juga mengurus bayi kecil yang kira kira umurnya baru menginjak 8 bulan. Sudah 2 hari sejak itu dan 2 hari itu benar benar menjadi perubahan besar dalam hidupku, setiap pagi membuat sarapan untukku dan menghaluskan makanan untuk Frie lalu menyuapinya, mengganti popoknya setiap beberapa jam dan lain lain.Omo
Gelap disini, tak terlihat apapun mau tak mau Cindy harus merapalkan mantra pengelihatan malam untuk bisa melihat sekitar dan tak ada yang lain selain warna hitam disini. Ntah bagaimana kakinya bisa menapak disini, karena penasaran dia terus menanyakan hal itu pada serigala yang menyebut dirinya sebagai ketua suku dari serigala bayangan dan hanya menjawab "ntahlah itu memang sudah ditakdirkan, jadi tak ada alasan khusus" Cindy menyerah untuk menanyakan itu dan mengikuti Serigala itu dengan diam.Mereka terus berjalan tanpa arah menuju depan tanpa tujuan, serigala juga tak pernah memberitahu kemana mereka akan pergi, hanya saja tubuh Cindy terasa menjadi lebih berat pada setiap langkah yang dilakukan olehnya."hei Serigala! ayolah jawab aku! kemana kita akan pergi?! semakin berat langkahku disini" ucap Cindy mengeluhkan perjalanan yang tak jelas ini, serigala hanya ter UUdiam sambil sedikit menyeringai puas.Lama kelamaan
Ntah bagaimana aku bisa mempunyai kekuatan untuk membawa daging singa yang cukup banyak dengan satu tangan sambil menggendong Frie pada tangan kiri"huuh! ternyata aku kuat" ucapku dengan optimis."tunggulah sebentar Frie, aku akan membuat sup daging untuk sarapan hari ini"Frie duduk manis sambil melihatku menyalakan kembali api unggun "da.. da.. da.." itulah ucapnya saat melihatku. Aku tersenyum dan api pun menyala.Setelah itu aku memangku Frie menuju tenda"tunggulah di tenda ini sebentar ya, aku akan memetik beberapa bahan untuk membuat sup di hutan, ingat! jadilah anak yang baik" peringatku pada anak kecil yang berumur 1 tahunan.Aku lantas bergegas menuju tempat daging singa tadi untuk membawa sisa dagingnya tapi kulihat daging itu sedang dimakan oleh hewan hewan hutan. Aku sempat akan mengusir mereka tapi mengingat bahwa daging itu juga diberikan oleh rusa, langkah
"kau masih berbohong kepadaku! ucapkan kebenarannya, jika kau kabur itu mana mungkin kau peduli pada negerimu" Trev menghentikan suapan nya dan menjawab pertanyaan ku "baiklah baiklah, sebenarnya aku tak kabur tapi kabur kau tahu? masalah keluarga, ini hal yang rumit tapi jika kau juga tetap ingin mengetahui nya akan ku beri tahu padamu""kenapa tidak? ayo lanjutkan" jawabkuTrev menghela nafas dan berkata "wanita itu benar benar merepotkan" "baiklah aku hanya akan menceritakan nya sekali dan tak ada pertanyaan oke?" aku mengangguk sekencang kencangnya.Frie kembali tidur setelah aku menyuapinya saat Trev sibuk menulis surat jadi percakapan ini takkan terganggu oleh siapapun."aku sedari kecil sangat menyukai alam dan selalu menjelajah tanpa henti (awal yang klasik XD) hingga orang orang disekitar kerajaan menganggapku sebagai budak yang diberikan kebebasan oleh raja, memang ayahku tak pe
Sudah satu hari kami berjalan tapi kami belum melihat tanda tanda dari kota tempat aku menemukan Rean "haah, benar kata orang tua kalau perjalanan pulang itu lebih lama daripada saat kau pergi" ucapku sambil menghela nafas.Trev melihat ke arahku dan bertanya "hmm? apa yang kau katakan?""tak ada, tak usah perhatikan aku" ucapku menjawab pertanyaan TrevTrev mengangkat bahu kanannya dan berkata "oh oke""........""........""........"Karena perjalanan ini terlalu membosankan, aku pun mengajak Trev berbicara "hei Trev, apakah kau percaya tahayul?""hmm tidak, tapi juga bisa dibilang percaya karena dunia ini luas lalu yang mengetahui kebenaran toh cuma baru satu orang, jadi siapa tahu?" jawabnya"ooh begitu, apakah kau kira dalam perjalanan kita nanti akan bertemu dengan raksasa, atau yang lainnya?" aku bertanya lagi padanya untuk mengisi kejenuhan"yaa mungkin saja? bahkan dari yang kubaca pada buku catatannya, D
Aku memakai jubah yang kubuat dari sihir pembuatan di kepalaku dan melanjutkan perjalanan, fajar mulai muncul dan sinyal yang kudapat dari sapu milikku semakin kuat.Sapu terbang otomatis setelah kuberikan Mana untuk melaju lebih cepat mengeluarkan suara yang cukup bising.Semakin dekat dengan sapuku, sekarang terasa aura yang gelap berada di sekitar sapu milikku.Aku mengalirkan Mana lebih banyak dan melakukan lebih kencang.Itu Dia!Sapu milikku ada di dekat 3 orang yang tepat berada di bawahku.2 orang Pria dan 1 wanita.Aura gelap terpancar sangat besar dari salah seorang pria yang sepertinya sedang mengarahkan pisau pada si wanita dengan posisi seolah olah si wanita sedang melakukan percobaan bunuh diri.Pria yang satunya hanya berdiam dan sepertinya sedang mengalami trauma berat.Aku merasakan ada yang janggal dari sini, dan aku mengira ngira kalau si pria yang sedang trauma tak bisa melihat Pria lain dan kuputuska
"ehmm jadi Cindy, apa yang kau lakukan sebelum errgh bertemu kami" aku bertanya saat Cindy memakan makanan yang kubuat."hmm yaa kau tau, perjalanan biasa seperti menjadi raja iblis, mengalahkan vampire, dan juga aku telah menaklukkan dunia sekali, lalu meredupkan matahari dan juga membuat dunia kacau" ucap Cindy dengan polos.Aku ternganga dan Trev yang duduk di sampingku berbisik "temanmu sama gilanya dengan dirimu, tak heran kau juga gila" aku memukul Trev dan berbisik balik "diamlah bodoh! dia memang Cindy secara fisik tapi Cindy yang kukenal dia itu seorang yang lebih anggun dari ini"Cindy melihat pada kami berdua yang tengah berbisik dan dia seketika memegang kepalanya seperti merasakan sakit dan merintih."hei Cindy kau tak apa" ucapku sambil memegang kepalanya juga.Kepalanya sedikit basah dan wajah Cindy memerah karena air penyebab basah itu."ya ampun kau berdarah Cindy, kau harus merawat luka itu apalagi lukanya berada tepat di k
"Pemurnian!"Sebuah suara merapalkan mantra, asal suara itu dari atas sana."sekarang suara apa lagi" aku yang sudah pasrah dan menutup mata mengeluhkan soal suara yang berasal dari atas.Aku melihat ke atas dan terlihat seseorang menggunakan sapu terbang, itu aneh suaranya bisa terdengar dari jarak sejauh itu."pasti dia berteriak sangat kencang dari sana" ucapku yang sudah bisa menggerakkan tanganku yang nyaris saja membuatku bunuh diri.Orang yang menggunakan sapu itu turun ke bawah, seseorang dengan tubuh mungil yang menggunakan jubah untuk menutupi wajahnya itu turun ke bawah.grunk grunk grunkTerdengar suara mesin yang cukup familiar pada telinga ku keluar dari sapu yang dia kenakan.Seseorang itu sudah mencapai tanah dan meletakkan sapu terbang yang ternyata suara itu adalah mesin yang ada dalam sapu itu yang ternyata adalah sapu terbang otomatis."hei Sie" sapa orang itu yang perlahan mendekat dan membuatku mund
Yaa aku hanya berdiri di tempat dan mendengarkan ocehan ocehan yang dihasilkan oleh suara yang terdengar."Aku bosan hanya mendengarkanmu, muncullah di depanku dan bincangkan ini bersama."Suara terhenti dan aku tersadar sekarang, hujan juga seketika berhenti, Trev berdiri tepat di depanku sambil menggoyangkan tubuhku."ada apa denganmu? kenapa kau berdiri disini sendirian" Trev bertanya padaku."aku, ahh duduklah sebentar Trev, ada yang ingin kubicarakan denganmu" ucapku menyuruhnya duduk dan mendengarkan ku."apa yang kau maksud? kau tak seperti biasanya" ucap Trev."turutilah perkataan ku dan dengarkanlah, kukira aku tak bisa mengatasi ini sendirian" tegasku pada Trev."baiklah" ucap TrevDia duduk dengan posisi duduk santai dan bersiap mendengarkan apa yang kukatakan."ini semua terjadi saat kejadian pada kota gurun itu""saat itu...""mungkin saja aku telah mati untuk pertama kalinya"Aku
Saat ini hari sudah sore dan aku masih mengumpulkan bahan bahan, aku melihat keranjang yang kubawa dan menyadari bahwa aku terlalu banyak membawa jamur."ah sudahlah" ucapkuSelama bersamaku Trev tak pernah mengeluhkan apa yang kumasak dan terlihat menikmati semuanya jadi jamur juga tak apa."HEI SIE!" terdengar teriakkan dari tempat yang tak tahu dimana namun masih di dalam hutan."YAA!" aku berteriak untuk menjawab teriakkan Trev."AKU AKAN PULANG TERLAMBAT JADI KAU PERGILAH KE TEMPAT KEMAH DULUAN DAN MASAK SUP JAMUR ITU!" Teriak TrevAku sedikit tersentak karena Trev bisa mengetahui bahwa aku banyak membawa jamur."Ya!" aku menjawab teriakkannya lagi setelah sedikit tersentak dan Trev tak terdengar lagi berteriak.Aku segera bergegas membawa semua bahan yang kupetik dan berjalan menuju ke tempat kemah.Aku menyalakan api dan menempatkan panci andalan milikku lalu meracik bumbu dan mulai memasak sup."...."
Aku membuka mataku dan masih terasa pusing, sepertinya kemarin malam aku tak bisa tidur.Kalau diingat ingat aku memikirkan perkataan Trev yang kemarin dan itu membuatku tak bisa tidur."hmm pagi Trev" aku membuka tenda dan langsung matahari menyerbu kulitku yang masih tertidur lelapAku menginjakkan langkah pertamaku pada tanah yang lembab dan menguap dengan kencang.Hoaaam!Setelah menguap Trev lekas menyapaku dengan sapaan hangat di pagi hari yang indah ini "pagi, bagaimana tidurmu semalam?""kurang baik hoam, aku tak tidur terlalu lelap semalam karena memikirkan sesuatu""...."Trev terlihat membuang nafas seperti lega akan sesuatu, sesaat setelah itu aku mengingat apa yang terjadi kemarin."ahh.. anu.. itu.. aku akan mencari jamur lagi kau kumpulkanlah kayu bakar" ucapku, keadaan terlalu canggung dan aku pergi mencari jamur dengan maksud menjauh dari Trev beberapa saat."...."------Setelah beber
"wanita pel..." ucap Trev"Ha?! tunggu sebentar kau berbicara terlalu pelan, aku mulai meragukan dirimu sebagai seorang lelaki" aku memancing Trev agar segera mengatakan apa efek yang dia terima dari pohon itu."aku tak perlu mengatakan ini, lagian ini tak penting juga bagimu, artinya aku tak perlu memberitahukannya padamu gahahaha" Dia benar benar mengelak."ah sudahlah, omong omong sekarang dimana kita? dan kenapa kita masih berada di hutan?" aku yang kebingungan bertanya begitu pada Trev"uhm, sebenarnya aku mengetahui suatu kebenaran mengenai tempat ini" Trev mulai menerangkan"apa itu?" aku bertanya lagi"gurun pasir itu sebenarnya tak perlu dilewati karena kita hanya perlu memutari hutan dan sampailah pada ujung dari gurun pasir yang panas itu" jelas Trev"Aku mengerti dan atas dasar apa kau dapat berbicara seperti itu?" aku mempertanyakan teori yang Trev bicarakan."mudah saja, saat kau menyuruhku untuk menunggu di perba
"hei Sie, bangunlah" ucapan lembut itu membangunkan ku dari mimpi panjang ini."kau pasti kelelahan, tapi Shele sudah tak mau bermain lagi denganku" ucap Trev"hmm baiklah berikan dia padaku" ucapku yang baru saja terbangun dari tidur"siapa anak baik, siapa anak baik, siapa anak baik" aku mulai bermain dengan Shele.Di sela sela bermain aku bertanya pada Trev."omong omong sayang, apa kau ingat saat perjalanan awal kita sesaat setelah makan sup jamur kita pergi untuk melewati gurun dan saat mencapai perbatasan aku menyuruhmu diam di tempat dan aku kembali untuk memetik beberapa rumput herbal, setelah itu apa yang terjadi?" aku bertanya terus terang pada Trev"eh kau memanggilku apa barusan?" Trev malah terfokus pada aku yang memanggilnya dengan panggilan mesra."sudahlah itu tak penting, jawab saja pertanyaanku" aku menegaskan pertanyaanku yang tadi."bukan waktunya bercanda ya" ucap TrevAku menganggukkan kepalaku dan
Trang! Trang! Trenk!Aku mendengar suara pertarungan antara jarum lebah dan kulit besi semut besi tapi aku tak melihat bagaimana pertarungan itu terjadi karena "pertarungan alam lebih baik tak perlu dilihat karena kau takkan menyukainya" itulah yang buku tentang bertahan hidup katakan.Setelah sekiranya kupikir semuanya selesai aku lantas membalikkan badanku sambil menutup mata dan mengucapkan "terimakasih" sambil membungkukkan badan.Aku kembali menuju sungai berwarna lagi karena air yang kubawa kurasa kurang sedikit lagi untuk perjalanan melalui gurun bahkan belum setengahnya kami jelajahi kemarin.Aku mengambil air dan sedikit meminumnya lalu pergi, airnya tak berbeda dengan air minum lainnya tapi yang ini lebih segar dari air minum yang biasanya.Di jalan aku memetik beberapa jamur yang ada di sekitar jalan, "hampir semua jenis jamur bisa dimakan dan hanya terdapat beberapa yang tidak bisa dimakan" itulah kata yang ada pada sampul belakang buku