Beranda / Romansa / Dandelion, Wish, and Wind / [12]-Kenangan yang Tak Ingin Kuingat

Share

[12]-Kenangan yang Tak Ingin Kuingat

Penulis: Sasakiya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-08 08:02:20

“Jadi begitu, Yoshino-kun ke sini dengan Kaito dan yang lainnya,” ujar Nana setelah mendengar penjelasan Izumi.

“Nana tinggal di daerah ini?” tanya Izumi.

“Un, rumahku tak jauh dari sini. Kalau Yoshino-kun?”

“Aku tinggal di Setagaya,” balas Izumi.

“Aa souka.”

Baik Nana maupun Izumi tak mengatakan apa-apa setelah itu. Keduanya terdiam, membiarkan suara burung-burung mengisi keheningan di antara mereka. Iris obsidian Izumi kembali tertuju ke arah matahari sore yang terlihat akan terbenam beberapa menit ke depan. Sedangkan Nana yang duduk di sebelahnya memutar-mutar setangkai dandelion yang dipetiknya.

Kenapa suasananya jadi canggung begini? batin Nana dan Izumi bersamaan.

Izumi mendadak berdiri, membuat Nana menengadah menatapnya. “Gomen, Nana. Aku mau pulang duluan,” ujar Izumi.

“Eh? Hati-hati di jalan,&rdqu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dandelion, Wish, and Wind   [13]-Obentō

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Izumi berangkat ke sekolah hingga tak satupun orang di rumah itu yang menyadarinya. Sengaja Izumi melakukannya, mengingat apa yang terjadi semalam. Izumi tak yakin hari ini ia bisa bersikap seperti biasa, jika bertemu dengan mereka terlebih dengan ibunya. Oleh karena itu, untuk sementara ini Izumi memilih untuk menghindar. Udara terasa dingin karena hari masih terlalu pagi. Bahkan langit pun masih terlihat kelabu. Lampu-lampu masih terlihat menyala di beberapa rumah. Izumi berjalan dalam diam, begitu tenang dan tak terburu-buru. Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara segar mengisi paru-parunya. Suasana pagi yang hening hari itu, entah mengapa membuat Izumi merasa damai. Emosinya tak lagi bergejolak seperti tadi malam. Dia sudah merasa lebih tenang kali ini. Sampai di sekolah—seperti yang sudah Izumi duga sebelumnya—tempat itu masih sepi. Bahkan bisa dibilang dia siswa yang pertama tiba di sana. Setelah mengganti sepatu dan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Dandelion, Wish, and Wind   [14]-Sport Day (1)

    Tak terasa hari terus berganti dan acara Sport Day yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Di hari pertama olahraga yang dilombakan terdiri dari renang, voli, dan basket. Sambil menunggu pertandingan basket dimulai, Izumi ikut bergabung dengan teman-teman sekelasnya untuk menyemangati tim voli kelas 3-A yang sedang bertanding di lapangan melawan tim voli dari kelas 3-E.“Meskipun sebelumnya tak pernah bergabung dengan klub voli, tapi kemampuan dua orang itu tak perlu diragukan. Mereka selalu menjadi andalan dari kelas kita setiap ada pertandingan voli di acara Sport Day,” celetuk Kaito sambil menunjuk ke arah Jun dan Shuu selagi mereka menonton pertandingan.Walaupun baru pertama kali melihat permainan Jun dan Shuu, Izumi dalam hari membenarkan ucapan Kaito. Di antara anak-anak yang mewakili kelas 3-A, kemampuan keduanya memang yang paling menonjol. Suara tepuk tangan bersambut dengan teriakan penuh semangat terdengar dari anak-anak 3-A ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Dandelion, Wish, and Wind   [15]-Sport Day (2)

    Sport Day-Hari Kedua Keringat mengucur deras membasahi wajah Izumi. Pemuda itu bisa merasakan bagian belakang kaos olahraga yang dikenakannya basah oleh keringat. Saat ini kelas Izumi tengah bertanding melawan tim sepak bola dari Kelas 2-D. Pertandingan berlangsung dengan sengit. Kedua tim sama-sama kuat dan saat ini skor pertandingan masih seri—2-2. Di pinggir lapangan suara penonton terdengar riuh memberikan semangat kepada tim mereka masing-masing yang sedang bertanding. Waktu yang tersisa kini hanya tinggal tujuh menit. Kedua tim masih saling berusaha untuk bertahan dan menyerang. Sebelum pertandingan benar-benar berakhir, setidaknya salah satu tim harus berusaha mencetak gol untuk menentukan pemenangnya. Setelah menerima operan bola dari Ichijou, Izumi berlari menggiring bola itu menuju daerah lawan. Sesekali ia berputar menghindari para pemain dari Kelas 2-D yang berusaha untuk merebut bola itu. Setelah merasa cukup be

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Dandelion, Wish, and Wind   [16]-Sport Day (3)

    Sport Day-Hari Ketiga Tak terasa kegiatan Sport Day di Sakurai Goukou hampir selesai. Dari enam olahraga yang dilombakan, kini hanya tersisa lari estafet saja. Selagi menunggu pertandingan dimulai, Izumi dan anak-anak Kelas 3-A yang akan ikut lari masih berkumpul di dalam kelas sambil membicarakan beberapa hal tentang pertandingan hari itu. “Jadi lari estafet ini campuran. Aturannya setiap kelas diwakili oleh enam orang, masing-masing tiga cewek dan cowok.” Kaito mulai menjelaskan. “Dan dari kelas kita ada aku, Shuu, Marika, Chiharu, Nana, dan kau—Izumi,” lanjutnya sambil menunjuk anak-anak yang ia sebut namanya tadi. “Untuk posisi setiap pelari, jadi aturannya pelari pertama, ketiga, dan kelima adalah cowok. Sedangkan pelari kedua, keempat, dan keenam adalah cewek. Aku yang akan berlari pertama, selanjutnya Marika, kau kedua. Shuu ketiga, lalu Chiharu, setelahnya Izumi baru Nana.” Kaito mengakhiri penjelas

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Dandelion, Wish, and Wind   [17]-A Gift For The Winner

    Selepas dari atap Izumi dan Nana langsung menuju ke aula. Kelas-kelas dan koridor yang mereka lewati sebagian besar dalam keadaan lengang, karena para siswa hampir semuanya sudah berada di aula. Benar saja ketika mereka tiba di sana, anak-anak sudah berbaris dengan rapi menurut kelas mereka masing-masing. Seorang anak laki-laki yang tak Izumi kenal tiba-tiba mendekat menghampiri mereka berdua. Atau lebih tepatnya menghampiri Nana.“Misumi Kaichou! Acaranya sebentar lagi akan dimulai. Daftar kelas yang menang tolong dibacakan oleh Ketua, ya.”“Baik, Shinohara-san,” balas Nana. Ia lalu menoleh ke arah Izumi, “Kalau begitu Yoshino-kun, aku akan bergabung dengan anak-anak OSIS yang lainnya. Sampai nanti!” lanjut Nana melangkah menuju samping podium bersama dengan anak laki-laki bernama Shinohara itu. Sementara Izumi ikut bergabung dalam anak-anak Kelas 3-A yang sudah lebih dulu berbaris di sana.Ketua OS

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Dandelion, Wish, and Wind   [18]-BBQ Party

    Hari minggu siang Izumi, Kaito, dan anak-anak Kelas 3-A yang lain sudah berkumpul di rumah penginapan milik orang tua Asahi-Sensei untuk mengadakan barbecue party sebagai perayaan atas kemenangan kelas mereka di acara Sport Day sebelumnya. Hari itu Izumi baru tahu kalau ternyata keluarga wali kelasnya mengelola usaha penginapan yang terletak tak jauh dari Pantai Hayama. Selagi anak-anak perempuan menyiapkan bahan makanan yang dibutuhkan untuk barbecue, Izumi dan anak-anak laki-laki yang lain serta Asahi-Sensei menyiapkan alat panggang di halaman yang nantinya akan digunakan untuk memanggang daging barbecue-nya. Sambil menunggu alat panggangnnya panas, Izumi sesekali mengedarkan pandangan menatap ke sekeliling area penginapan milik wali kelasnya. Penginapan itu terdiri dari dua bangunan yang berbeda kontruksi dan terletak saling bersebelahan. Bangunan pertama bergaya modern terdiri dari tiga lantai dengan balkon dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • Dandelion, Wish, and Wind   [19]-Aku Tak Bisa Mengingat Wajahnya

    Setelah Kaito pergi, Izumi kembali membawa langkahnya menuju tepi pantai. Tanpa diduga ternyata Nana juga berada di sana. Sama seperti dirinya, gadis itu tampaknya masih belum ingin untuk pulang. Izumi melangkah menghampirinya dan ikut duduk di samping gadis itu. Nana sempat terkejut dengan kehadiran Izumi yang tiba-tiba. Namun pada akhirnya gadis itu tersenyum kepadanya. “Kupikir kau pulang tadi,” ucap Nana. “Tadinya. Tapi karena sudah lama tak melihat laut, aku berpikir untuk tinggal lebih lama,” ujar Izumi. “Kurasa kita punya alasan yang sama,” timpal Nana lalu tertawa kecil. Keduanya terdiam sesaat, sama-sama menatap ke arah laut biru. Lalu Nana kembali bersuara. “Lautnya biru sekali, ya.” “Kau tak ingin mendekat ke sana? Menyentuh air laut dengan kakimu.” “Boleh,” ujar Nana. Ia melepas alas kakinya lalu melangkah mendekat menuju bibir pantai bersama Izumi. Air laut yang sejuk dan jernih langsung membasahi kaki-kaki mereka yang tel

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Dandelion, Wish, and Wind   [20]-Rival?

    Pagi harinya Izumi bangun agak terlambat dari biasanya. Irisnya memicing karena silau oleh cahaya yang masuk melalui jendela yang tak tertutup tirai. Sudah pukul berapa ini? batin Izumi bertanya. Masih dalam kondisi setengah sadar, ia mengambil ponselnya dari atas nakas untuk melihat jam. Yabai–gawat! Sontak Izumi langsung bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi tanpa basa-basi. Ia mandi dengan cepat, mungkin tak sampai lima menit lalu mengenakan seragam. Ia memasukkan buku-buku pelajarannya hari itu serta pakaian olahraganya ke dalam tas. Semuanya Izumi lakukan dengan terburu-buru. Bisa-bisanya dia tak mendengar suara alarm yang rutin membangunkannya setiap pagi. Apa itu karena dia tertidur terlalu nyenyak? Entahlah. Apapun alasannya itu tak penting sekarang. Yang jelas dia harus segera berangkat karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh lima menit. Sedangkan jam sekolah dimulai tepat pukul sembilan. Tanpa sempat merapikan kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08

Bab terbaru

  • Dandelion, Wish, and Wind   [61] Petaka di Sore Hari

    "Pagi!" Seperti biasa Yuki membalas sapaan anak yang menyapanya dengan ceria. Gadis itu melangkah dengan santai menuju loker sepatunya sambil sesekali bersenandung kecil. Ditariknya pintu loker besi itu dengan pelan. Tak disangka puluhan kaleng bekas berkelontang dari dalam lokernya dan jatuh berserakan di lantai, mengundang perhatian anak-anak yang lainnya untuk melihat apa yang terjadi. "Apa-apaan ini?!" Yuki menatap lokernya sendiri yang dipenuhi oleh sampah kaleng bekas. Terdapat secarik kertas ditempel dengan selotip di bagian dalam lokernya. Yuki menarik lepas kertas itu, membaca rangkaian huruf yang ditulis dengan tinta merah menyala. 'ENYAH KAU!!' begitu bunyi kalimat yang tertulis di sana. "Yuki!" Terlihat seorang gadis menyeruak di antara kerumunan anak-anak yang ada di sana, menghampiri Yuki dengan tergesa. "Anna." "Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya gadis yang dipanggil Anna itu. Raut wajah Anna penuh dengan kekhawatiran melihat kejadian yang

  • Dandelion, Wish, and Wind   [60]-Pengagum Rahasia

    Waktu berlalu, hari berganti. Para siswa kelas tiga semakin disibukkan dengan persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Kesibukan itu, membuat Izumi perlahan lupa dengan suratnya. Eksistensi benda itu hampir menghilang sepenuhnya dari kepala Izumi, kalau saja dia tak menemukan setangkai krisan putih di loker sepatunya, kira-kira satu minggu setelah kejadian surat tanpa nama itu. Terdapat selembar kertas yang digulung kemudian diikat pada tangkai krisan itu, seolah seperti sebuah pita. Izumi melepas ikatannya, membaca sebaris kalimat pendek yang tertulis di sana. Musim ujian semakin dekat. Senpai, semangat! Izumi menengok kiri-kanan, berpikir mungkin masih ada jejak keberadaan orang yang meletakkan krisan itu di sekitar sana namun nihil. Memang area loker cukup ramai dengan lalu datang anak-anak yang berganti sepatu. Akan tetapi mereka terlihat tak terlalu peduli dan sibuk dengan urusan masing-masing. Menghela napas pendek, Izumi melipat kertas itu, mengikatnya kembali ke bentuk semul

  • Dandelion, Wish, and Wind   [59]-Apa Kau Pernah Berpikir Menjadi Seorang Pianis?

    Selesai makan malam dan mengerjakan tugasnya, Izumi mengutak-atik kameranya. Foto-foto hasil jepretannya beberapa hari yang lalu dia pindahkan ke dalam laptopnya. Izumi lantas memilih salah satu dari sekian foto, mengeditnya agar terlihat lebih menarik. Raut wajahnya terlihat fokus. Waktu semakin berlalu dan Izumi semakin tenggelam dalam kegiatannya. Sesekali dia membuka ponselnya, mencari tutorial di internet saat menemukan kesulitan dalam menggunakan fungsi fitur-fitur yang tersedia pada perangkat lunak yang dia gunakan untuk mengedit. "Sulit juga," ujar Izumi. Setidaknya butuh waktu satu setengah jam baginya untuk selesai mengedit satu foto. Setelah lama tidak berkecimpung lagi dengan hal-hal yang berkaitan dengan fotografi, Izumi merasa kemampuannya di bidang itu juga ikut menurun. Dulu ketika masih aktif di klub fotografi, untuk mengedit satu foto biasanya dia hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit dan sekitar satu jam jika itu berupa foto potret. Setelah menyimpan hasil ker

  • Dandelion, Wish, and Wind   [58]-Potongan Puzzle

    “Kurasa pembahasannya sampai di sini dulu. Detailnya akan kita bahas lagi saat rapat berikutnya. Masing-masing divisi jangan lupa untuk merincikan biaya yang diperlukan sebelum diserahkan pada bendahara!” “Baik!” Nana menutup rapat tambahan senja itu dan anak-anak OSIS perlahan membubarkan diri satu persatu dari ruangan. Aizawa-Sensei—pembina OSIS Sakurai Goukou menghampiri Nana, memberikan sejumlah dokumen dan catatan kecil yang akan dibutuhkan dalam persiapan acara ke depannya. Perempuan itu meletakkan tangannya di bahu Nana. “Aku mengandalkanmu.” “Arigatou, Sensei,” balas Nana sopan sembari membungkukkan badan. Setelah mengunci Ruang OSIS dan mengembalikan kuncinya ke ruang guru, Nana berjalan menuju loker untuk mengganti sepatunya. Gadis itu melihat sejenak ke arah loker Izumi meskipun tak ada siapapun di sana. Dering singkat dari ponselnya, membuat Nana tak berlama-lama di sana. Dia berganti sepatu dengan cepat lalu bergegas ke depan sekolah, di mana bibinya sudah menunggu un

  • Dandelion, Wish, and Wind   [57]-Sepucuk Surat Merah Jambu

    Senin, Izumi sudah kembali masuk sekolah seperti biasanya. Tiga hari tak masuk rasanya dia telah melewatkan banyak hal, terutama menyangkut mata pelajarannya. Oleh karena itu dia berusaha mengejar ketertinggalannya dengan meminjam catatan dari Kaito yang secara sukarela memberikannya.Izumi melemaskan persendian tangannya, berusaha mengurangi rasa pegal pada buku-buku jarinya setelah cukup banyak menyalin catatan materi dari Kaito ke bukunya sendiri. Pandangan Izumi menyapu ruang kelas 3-A yang berangsur-angsur sepi. Hanya tinggal dia dan Ichijou yang terlihat sedang bersiap-siap untuk pulang.“Izumi, kau masih belum mau pulang?” tanya Ichijou sambil memasukkan buku terakhir ke dalam tas sekolahnya.Izumi membalasnya dengan gelengan lalu mengangkat catatan yang masih harus dia salin. “Aku akan pulang setelah menyelesaikan ini.”“Kalau begitu, aku duluan. Sampai besok!”“Sampai besok!” balas Izumi.Kelas sudah sepi dan sekarang hanya tinggal dirinya yang ada di sana. Agar tak terlalu b

  • Dandelion, Wish, and Wind   [56]-S'more

    Izumi mengambil sebuah puding pemberian Yuki dan menyimpan sisanya di dalam kulkas. Saat sedang menyantap pudingnya, tak lama kemudian Ryu yang sudah berganti pakaian ikut bergabung dengan Izumi di ruang makan. Ryu meraih gelas porselen dari atas rak, mengisinya dengan air dari dispenser. Setelah meneguk habis airnya dan meletakkan gelas itu di wastafel, Ryu mendudukkan diri pada kursi berseberangan dengan Izumi.“Mama sedang keluar?” tanya Ryu setelah sepersekian detik melayangkan pandangannya mengitari area dapur dan ruang makan mencari keberadaan Tsubaki.Izumi mengangguk singkat. Dia mengangkat puding apelnya, menawarkannya pada Ryu. “Kau mau? Di kulkas masih ada.”Ryu menggelengkan kepala. Sebaliknya tangan pemuda itu menjangkau toples berisi cookies dan crackers yang sebelumnya dibawa oleh Izumi. “Ini, aku baru melihatnya. Apa mama yang membelinya?”“Ah, itu Mr. Sharon—pemilik rumah yang kami sewa di Amerika dulu, mengirimkannya untukku. Makan saja kalau kau mau,” ujar Izumi.“S

  • Dandelion, Wish, and Wind   [55]- I Am Selfish, I Know

    Usai makan siang dan meminum obatnya, Izumi duduk berselonjor pada tempat tidurnya. Irama piano mengalun dengan lembut melalui earphone yang terpasang di telinganya, menemani Izumi yang tengah asyik membaca manga milik Ryu yang baru sekarang sempat dia baca lagi. Lembar demi lembar habis dilahapnya. Semakin jauh halaman yang dia buka, Izumi merasa cerita itu semakin menarik. Penggambaran setiap karakter dalam cerita itu membuat imajinasinya terasa semakin hidup. Habis satu buku itu dibaca, rasa penasaran Izumi semakin menjadi untuk mengetahui kelanjutan ceritanya. Dalam hati dia sedikit menyayangkan mengapa hanya meminjam satu volume saja. Sepertinya aku harus meminjam lanjutannya nanti, batin Izumi. Dia menguap kecil. Rasa kantuk mulai menghampirinya membuat Izumi memilih untuk tertidur sejenak. Izumi menutup kelopak matanya. Earphone yang terpasang di telinganya sejak tadi terus memutar lagu yang sama. Irama piano itu masih terus mengalun menemaninya hingga ke alam mimpi. [Tadaima,

  • Dandelion, Wish, and Wind   [54]-The Hidden Truth

    Tiga hari dirawat di rumah sakit, kondisi Izumi semakin membaik dari hari ke hari. Dia tak lagi menghabiskan waktunya dengan berbaring di atas ranjang. Tenaganya kini bahkan sudah cukup kuat untuk membawa kakinya beranjak keluar dari ruang rawatnya. Meskipun selang infus masih belum dilepas dari tangan kirinya. Akan tetapi terlepas dari hal itu Izumi merasa tubuhnya sudah sehat kembali. Sore itu Izumi berdiri menatap pemandangan yang terlihat dari jendela kamar rawatnya. Di ruangan itu kini hanya ada dirinya. Sejak merasa membaik Izumi memberitahu Tsubaki agar tidak perlu menemaninya sepanjang waktu. Dia juga meminta wanita itu untuk pulang agar bisa beristirahat di rumah. Izumi tahu Tsubaki tak pernah mempermasalahkannya. Namun dia merasa tidak enak hati karena jam istirahat wanita itu banyak terpotong karena mengurusnya selama tiga hari ini. “Perawat tadi bilang kamar nomor berapa?” “Berapa, ya? Aku lupa, antara 209 atau 210?” “210. Itu namanya tertulis di samping pintu.” Izumi

  • Dandelion, Wish, and Wind   [53] Membuka Luka Lama

    Pagi hari saat membuka mata, Izumi mendapati wajah ibunya yang masih tertidur di samping ranjangnya. Setelah sekian lama itu pertama kalinya Izumi melihat ibunya dari jarak sedekat ini. Dipandangnya sosok itu dengan lekat. Wajah Tsubaki terlihat lelah, membuat Izumi berpikir kalau wanita itu tak tidur dengan nyenyak semalaman karena menunggunya. Mungkin saja wanita itu baru bisa memejamkan mata belum lama ini. Saat memperhatikan wajah ibunya, Izumi baru menyadari ada kerutan samar pada wajah wanita itu yang menandakan kalau usianya sudah bertambah banyak sejak terakhir kali mereka bertemu. Antara sadar dan tidak, tangan Izumi terangkat hendak menyentuh wajah itu. Namun ketika menangkap ada gerakan dari kelopak mata Tsubaki yang terpejam, Izumi dengan cepat menurunkannya tangannya dan pura-pura tertidur. Tsubaki sepertinya sudah mulai terbangun dan Izumi bisa merasakan tangan wanita itu menyentuh keningnya sambil bergumam pelan. “Sepertinya demamnya sudah turun.” Lalu terdengar suara

DMCA.com Protection Status