"Liona..."Sudah beberapa kali di panggil tapi Liona masih bergelut dengan pikirannya."Liona.." mempelai pengantin wanita itu memegang lengannya."Huhh? Ahh maaf, apa ada yang ingin kamu katakan?" Lalu mendekat ke arah kedua wanita yang sempat mengobrol itu."Tidak, aku hanya ingin mengenalkanmu pada sepupuku. Dia juga akan ikut serta untuk membantu pernikahanku. Dia berada dalam bidang yang sama denganmu." Wanita yang berada di sampingnya memberi tatapan teduh dan tersenyum sambil memperkenalkan dirinya dengan nama..."Casie alexandra, panggil aku Casie." dan jabatan tangan yang semula erat itu terlepas tiba- tiba. Mengantarkan ketegangan dalam diri Liona, sampai tubuhnya hampir goyah "Kamu gakpapa? Kamu sakit?" tanya Casie."Tidak, aku baik- baik saja. Ahh ya, kenalkan aku Dandeliona, kamu bisa panggil aku Liona. Kalian bisa lanjut mengobrol, aku permisi sebentar." Liona segera undur diri dari ruangan itu, dan mendapat tatapan aneh dari keduanya."Dia aneh" ucap Casie"Mungkin d
"Honey, lovely,... aku tahu aku salah. Aku tidak memberitahu kepergianku terlebih dulu. Tolong jangan abaikan pesanku, kamu membuatku khawatir.""Sayang, Liona.. aku bilang aku minta maaf, kamu marah? Kenapa belum di balas?""Aku pulang sekarang, tunggu aku di rumah dan kita bicara oke?" Liona masih tertegun melihat bom pesan yang ia terima."Liona, ada apa?" Pria di sampingnya mengembalikan pikiran Liona."Ohhh ini- hanya pesan dari seseorang " Kemudian dia langsung mengetik beberapa kata dan menyimpan ponselnya kembali di sampingnya."Pacarmu?" "Huh?" "Apa pesan itu dari pacarmu?" Liona tak menjawabnya langsung, ia tak yakin apa kalimat selanjutnya akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada Gavin."Suamiku" cicitnya, melempar pandangan ke depan untuk menghindari kontak dengan pria tegap itu."Jadi kamu sudah menikah?" Gavin mengangguk kecil, entah kenapa jarinya jadi begitu bertenaga untuk meremas kemudi, menciptakan suasana yang berbeda dari beberapa menit lalu sebelum mereka mem
(Kilas balik)"Aku tidak percaya bahwa Mama akhirnya mengalah untuk cinta kita, kita akan bersama." Gavin mengecup pucuk kepala Liona dan mengurai beberapa anak rambut di pelipisnya, sedangkan Liona hanya terdiam bingung dengan situasi yang seperti mimpi ini."A-apa itu artinya mereka a-akan menerima bayi kita?" tatapannya mendongak pada pria yang sedang mengusap perutnya."Ya, itu pasti. Kamu lihat? Makanan ini adalah buktinya, Mama bahkan memasakan sesuatu untuk kamu. Dia mulai peduli padamu. Kita berhasil sayang." Tapi ada rasa takut di hati Liona, apa benar semudah itu? Bahkan dirinya masih ingat betul bahwa Gavin sepat di pukuli Papanya sendiri karna dirinya. "Sayang, apa yang kamu khawatirkan lagi? Bayi kita?"Liona mengigit bibirnya keras, sampai hampir berdarah."Jangan menggigitnya seperti itu, kamu menyakiti dirimu sendiri."Gavin menunduk untuk menyatukan bibir mereka, hanya ciuman kecil yang menenangkan."Ini saatnya untuk mengungkapkan tentang bayi kita pada Mama dan P
"Arka akan segera sampai." Tidak tahu situasi apa yang memerangkapnya dalam kecanggungan semacam ini. Semuanya berubah setelah dia pergi, sikap wanita di depannya sungguh kontras, mereka bahkan seperti orang yang baru pertama kali bertemu."Tante, bagaimana dengan kabar Tasya. Apa dia baik- baik saja?" Casie tentu tidak akan lupa dengan mantan adik iparnya yang dulu menjadi suporter pertama hubungannya dengan Arka."Tasya kembali ke Australi melanjutkan tingkat lanjut S2 nya." Wanita di depannya hanya ber "Oh" menanggapi jawaban singkat yang di utarakan lawan bicaranya."Sudah lama sejak kita tidak bertemu, aku minta maaf atas semua sikapku yang gegabah. Jujur saja, aku sangat menyesal tante." Casie menatap perlahan mata Dewi yang masih terlihat canggung sama seperti dirinya. Namun saat baru saja Dewi akan membuka mulutnya, pintu utama terbuka."Itu benar kamu? Casie?" Ada jeda lebih dari lima detik saat mereka saling merinci masing- masing. Semilir kerinduan menyeruak di mata Casi
"Aku sudah cukup baik untuk pulang, kenapa kamu menahan ku. Apa kamu sudah bertemu Arka?" Liona kesal, dirinya gagal meloloskan diri dari rumah sakit karna Adit segera kembali dari kantor untuk memastikan keadaanya.Ada keanehan di sisi wajah sekertaris suaminya ketika dirinya jelas- jelas baru saja pulang dari perusahaan."Aku akan pulang, biarkan aku bicara padanya." Liona hendak turun dari ranjang yang segera di tahan Adit saat itu juga."Kamu belum sehat sepenuhnya, dokter bilang kamu harus menghabiskan botol terakhir untuk bisa pulang." Liona mendengus, berulang kali melihat tetes demi tetes cairan infus yang mengalir ke tubuhnya, terlalu lama."Jadi, tolong beri tahu aku apa yang terjadi." Liona menyelami wajah yang bergerak tak nyaman seakan bingung untuk menjelaskan, Adit merasa dia tidak berada di sini untuk hal lain selain menjaga Liona sesuai permintaan Arka."Itu bukan hak ku untuk mengatakannya." "Lalu kapan aku bisa bicara dengan suamiku jika dia bahkan tidak mau mel
"Katakan apa yang kamu mau?" Ini pertemuan ke tiga semenjak Arka tahu Casie telah kembali. "Kita kembali seperti dulu." Dengan penuh percaya diri Casie menumpahkan kalimat itu di depan wajah Arka seakan pria yang berada di depannya itu bukanlah suami orang lain."Jangan bodoh." Dengus Arka, lalu berdiri dari kursinya yang segera di ikuti Casie."Kenapa? Karna kamu pria yang sudah menikah? Kamu menyalahi janjimu Arka, kamu bilang hatimu hanya untukku sampai kapanpun, tapi-""TAPI KAMU PERGI KAN? benar? Kamu yang pergi meninggalkanku dan bukan aku, jadi salahkan dirimu." Casie meremas bajunya menelan rasa sakit sementara hatinya tetap tak mau menyerah."Jangan pernah mengganggu istriku.""Tapi dia mencuri mu dariku, aku harus mengambilnya kembali. Kamu milikku." Pelukan Casie dari belakang mengejutkan Arka, tangan wanita itu melilit erat di perutnya, air matanya tumpah. "Aku bersalah, aku harusnya tidak pergi saat itu. Aku terlalu peduli pada karirku, maafkan aku. Aku bersumpah ak
"Beraninya kamu datang kesini?!!"Tubuh Liona yang baru saja sampai ke mulut pintu segera bergeser ke belakang punggung Arka saat tangannya di seret paksa. Tubuhnya bergetar ketakutan, bagaimana ia bisa berada dalam situasi seperti ini. Suaminya yang kemarin ia cari justru datang di saat yang sangat tidak tepat."CEPAT MASUK KE MOBIL!!" Tapi Liona menggeleng, ia tidak menuruti perintah suaminya."Arka, aku-""Aku tidak menyuruhmu bicara dengan mulut manismu sayang." kalimat manis itu tidak cocok dengan tatapan mengintimidasi dari Arka, itu membuat Liona hampir mati lemas di depannya karna ketakutan."Dan kamu.." telunjuk Arka yang lurus menunjuk tajam ke hidung Gavin yang muncul di belakang Liona dengan wajah yang sama marahnya, bagaimana cara Arka bersikap kasar pada Liona, Gavin begitu terganggu melihatnya."JANGAN PERNAH MENGGODA ISTRIKU!!" Dengan secepat kilat Arka meraih kerah kemeja Gavin membuat semua orang tersentak, Liona segera menahan Arka dengan memeluk pinggangnya yang ha
21+.."Kenapa kamu selalu terlihat menggoda meski kamu tidak melakukan apapun." Gelombang kerinduan yang begitu besar menyapu dirinya, mendorong Arka untuk naik ke tempat tidur dan berbaring di atas istrinya yang tertidur.Saat Arka menatap wajah Liona, ekspresi hasrat yang menggairahkan semakin membara di wajah Arka. Dia membungkuk untuk mencium rasa lapar yang begitu nyata yang cukup untuk membangunkan Liona dari tidur cantiknya. Lalu dengan mata yang masih berat, ia melihat pria di atasnya dengan perasaan yang terlukis jelas."Mmhh A-arka, ayo tidur di sampingku." Namun Arka tak menggubris kalimat Liona dan masih melanjutkan sesi ciuman yang tertunda.Intensitas ciuman itu membuat tulang punggung Liona merinding, dan dia berusaha untuk berbicara, namun mendapati dirinya diliputi gairah yang nyata pada saat itu. Tentu, Liona begitu merindukan sentuhan suaminya."Ummmhmm~~~~" dia terkesiap, lemah, menutup matanya saat ciuman itu turun ke lehernya yang jelas terbuka, menjelajahi t