“Calon bayinya laki – laki dan tampak sehat sekali, detak jantungnya juga bagus, semuanya normal semoga nanti persalinan berjalan dengan lancar.” Ucapan dokter Luna membuat Rafael beserta istrinya tersenyum lebar.
Meski bagi mereka mau laki – laki atau perempuan sama saja, terpenting perkembangannya baik mereka sudah tentu sangat bersyukur.
Usia kandungan Airin yang semakin membuncit semakin membuat Rafael memaksa istrinya untuk beristirahat di rumah saja. Airin tidak menolaknya, sepulang dari rumah sakit Rafael pun segera mengantar istrinya pulang setelahnya baru ke kantor.
Sesibuk – sibuknya Rafael, dia tidak pernah melewatkan perkembangan calon anaknya yang ada di dalam perut istrinya. Rafael tidak pernah absen dalam menemani istrinya kontrol.
“Bagaimana kalau kita ke mall, kita belum beli perlengkapan bayi sayang .”
“Apa mas Rafa hari ini tidak ada agenda penting di kantor ?”
&l
“Mas janji kan gak lama disana ?” tanya Airin sembari menggandeng lengan suaminya, keduanya sedang menuju teras , kebiasaan Airin sejak dia dirumah saja selalu mengantar suaminya bekerja sampai teras dan baru akan masuk ke dalam rumah saat mobil suaminya sudah berlalu pergi.“Andai saja tidak ada hal yang urgent untuk proyek mas di Jepang pasti mas akan lebih senang berada disini, doakan agar urusan suamimu ini segera selesai , mas berharap 3 hari disana bisa tuntas semua urusan.” Dikecupnya kening istrinya tak lupa perut buncit istrinya juga tak luput dari perhatian Rafael.“Hai baby boy, jaga mommy mu selama daddy tidak ada.” Setelahnya selesai melakukan ritual dengan istri dan calon anaknya ,Rafael pun tak lupa berpamitan dengan kedua orang tuanya.“Hei mau ngapain ?” tegur Rafael saat melihat sepupunya mendekat ke arah istrinya.“Mau coba berbicara sama baby boy juga sama seperti kamu,” sahut Bima asal tujuannya jelas menggoda sepupunya, selalu saja begitu keduanya tiada hari tanp
Rossa pulang menggunakan taxi meski Satya melarangnya, Rossa meminta agar Satya fokus mengikuti menantunya itu.Amar sudah diberitahu oleh Satya dan diminta untuk menyusul Satya .Sementara itu Mario tampak kesal dirinya terjebak lampu merah, tangannya tampak mengepal dan memukul kemudinya.“Aacch sial..!”Begitu traffic light menunjukkan warna hijau dengan kecepatan cukup tinggi Mario segera menyusul mobil itu dan tak jauh dari Mario ada mobil Satya.“Aku sudah di jalan Sudirman.”“Ya pak Satya, diperempatan bapak belok kiri.”Nasib sial tidak hanya berhenti disitu saat mobil sudah berada diluar kota meninggalkan Jakarta di perempatan ada truck yang memotong perjalanan mereka , jalan yang hanya dua arah serta ada banyak mobil yang melewati jalan berlawanan arah dengan mereka membuat Mario dan Satya kehilangan jejak penculik itu karena tidak bisa menyalib mengingat jalan yang mereka lewati tidak bes
Kegelisahan jelas tampak dari wajah Rafeal yang biasanya tampak tenang itu, suami mana yang tidak akan gelisah dan khawatir saat mendapati kabar jika istrinya sedang diculik dalam keadaan hamil besar sedangkan dia sedang tidak ada di tempat.Rafael merasa telah gagal dalam menjaga istrinya meski pengawasan secara ketat sudah dia lakukan untuk keluarganya.“Maafkan mas sayang, gara – gara mas hidupmu jadi sasaran, siapapun mereka mas tidak akan pernah tanggung – tanggung memberikan hukuman, maafkan mas sudah gagal menjagamu, mas betul – betul suami bodoh, aah semoga kandunganmu tidak kenapa – kenapa,” rintihan Rafael jelas membuat Bima juga merasakan hal yang sama dengan sepupu sekaligus atasannya itu, hanya bedanya Bima berusaha tampak tenang meski hatinya juga ketir – ketir.Saat Rafael membatalkan agenda yang lainnya Bima dengan sigap memberitahu kliennya , beruntung agenda penting sudah selesai dan masalah yang terjad
Dipergudangan tua yang tampak tidak terurus tampak Laura sedang menghembuskan asap rokoknya terhadap Airin hingga membuat Airin terbatuk – batuk karenanya.Sudah sejak kemarin Airin terikat dan hanya dilepaskan saat Airin meminta ijin ke toilet, kondisi Airin saat ini sungguh memprihatinkan.Dengan mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin dan asupan makanan yang tidak semestinya membuat Airin tampak pucat dan lemah.Hanya sepotong roti dan sebotol air mineral yang mereka berikan pada wanita malang ini, itupun Airin harus memakannya dengan cara seperti binatang dengan kaki dan tangan yang tetap terikat.Jika tidak mengingat kondisinya maka Airin ogah memakan roti itu.“Apa mau mu Laura , apa salahku sama kamu.”“Salahmu satu kenapa kamu merebut cinta Rafael dariku, lepaskan dia atau..”“Atau apa ?”“Nyali kamu besar juga ha ha ha,” Laura bertepuk tangan memuji wanit
Jika Bima dan Mario menuju ke kantor polisi , Satya serta Amar menyusul keberadaan Rafael di rumah sakit, bagaimanapun mereka tidak ingin membiarkan Rafael seorang diri terutama saat melihat kondisi istri majikannya itu dalam kondisi memprihatinkan.“Mohon maaf bapak tunggu diluar saja dulu, kami akan segera menangani istri bapak.” Ucapan dokter membuat Rafael yang hendak ikut masuk ke dalam ruang persiapan operasi menghentikan langkahnya.“Berikan yang terbaik untuk istri dan anak saya dokter.”Airin mengalami pendarahan saat terjatuh, perawat yang memeriksa kondisi Airin saat dalam perjalanan segera menghubungi rumah sakit jika sedang membawa pasien sedang hamil dan pecah ketuban namun jalan lahir masih belum siap.Atas saran dokter mau tidak mau Airin harus melakukan operasi caesar mengingat sebenarnya bayi mereka belum waktunya lahir.Airin yang telah berganti dengan pakaian khusus untuk pasien yang akan menj
“A..ap…apa maksud anda tuan Rafael , saya sama sekali tidak paham dengan apa yang anda sampaikan.”Rafael hanya tersenyum tipis mendapati reaksi dari Paul.“Saya tahu anda paham apa yang saya maksudkan, permisi .” Gegas Rafael berdiri kemudian beranjak meninggalkan ruangan Paul bersama Bima yang mengikuti langkah kaki Rafael.Sepeninggal Rafael tampak Paul sedang memukul – mukul udara di sekitarnya, ada rasa takut saat mendengar omongan Rafael barusan.Secara usia Paul akui dirinya memang jauh lebih tua dari Rafael yang sepantaran dengan Laura anaknya namun secara kemampuan dalam berbisnis Paul sangat mengakui jika dirinya kalah jauh dengan Rafael yang sempat dianggapnya anak kemarin sore yang hanya mendompleng nama besar orang tuanya.Tok tokPintu ruangan Paul ada yang mengetuk hingga membuyarkan kegiatannya yang hanya mondar mandir kesana kemari sepeninggal Rafael tadi.“Masuk !”
Lima tahun kemudianWaktu berjalan begitu cepatnya, tanpa terasa saat ini Dean Eleazer Dirgantara tumbuh menjadi anak yang sungguh tampan, mewarisi wajah daddynya membuat bocah ini tampak semakin menggemaskan, memiliki kecerdasan diatas rata – rata yang diwarisi dari daddy nya membuat El tampak lebih menonjol dibandingkan dengan anak seusianya.Rafael saat ini sedang berada dirumah sakit menemani istrinya yang menurut rencana hari ini sudah diijinkan untuk pulang setelah melahirkan anak kedua mereka , seorang bayi perempuan yang sangat mirip dengan wajah mommynya.“Ayo baby El sudah siap belum, uncle Bima mau antar kamu ke sekolah nanti kita terlambat jika tidak segera berangkat.”Ucapan sang uncle jelas membuat El tampak kesal.“Kenapa mukanya begitu nak ?” tanya Bramantyo mendapati ekspresi cucunya seperti itu.“El bukan baby grand pa,tapi El laki – laki sejati yang akan selalu menjaga mommy serta adik El, uncle Bima selalu bilang baby, El tidak suka .”Jawaban El sungguh tampak me
“Kenapa kamu ngedumel begitu ,Dit?” tanya Wati saat mendapati anaknya ngomel – ngomel sendiri, melihat Dita tidak segera menjawab maka Wati berinisiatif untuk melihat ke arah yang sama dengan Dita.Wati melihat ada mantan besannya beserta mantan menantunya sedang bercengkerama dengan keluarga Rafael.Ada senyum tersungging di bibir Wati hingga membuat anaknya sendiri menoleh dan tidak terima.“Mama aneh, kenapa malah senang melihat mereka !” protes Dita dengan nada yang jelas sekali tampak kesal.“Mama tentu senang melihat bu Airin menemukan kebahagiannya setelah dulu hidupnya kalian hancurkan.”“Maa..”“Tunggu , mama belum selesai bicara.” Wati tahu jika omongannya sangat menyakiti hati anaknya namun Wati tidak bermaksud seperti itu.“Kamu tahu Dit, jika hukum tabur tuai itu berlaku, kesabaran menghasilkan kebahagiaan, mama bukannya membela bu Airin, sebagai wani