Kembali ke kediaman keluarga Jeslin,Sepulang dari Swiss."Bolehkah aku beristirahat ma?," Jeslin bicara beberapa waktu setelah dia dan Dominic tiba di rumah.perjalanan pulang cukup melelahkan meskipun mereka menggunakan pesawat, tetap saja beberapa pekerja selama di Swiss menyita waktu dan energi Jeslin. Dia cukup lelah, ingin membaringkan diri di kasur nyaman nya dah tidur."Tentu saja sayang, bibi akan membantu membereskan barang-barang kamu." mama Jeslin menjawab cepat, membiarkan anak perempuan nya bergerak melesat naik ke lantai atas.Dominic menatap punggung Jeslin yang menjauh dari dirinya diikuti seulas senyuman tipis nyaris tidak terlihat di balik wajahnya melihat kelakuan sang adik ipar nya."Apakah semua lancar, Dom?," ibu mertuanya bertanya, di mana Dominic pikir akan bergerak menuju ke arah atas juga."He em, meskipun ada sedikit hambatan disana, semua berjalan sempurna." laki-laki tersebut bicara."Itu bagus, apakah Jeslin cukup banyak membantu mu? mama takut dia malah
Kediaman utama keluarga Adam,lewat tengah malam.Jeslin yang sebenarnya sudah sejak tadi cukup terkejut saat dia menyadari serasa seseorang meraba-raba bagian tubuhnya, perempuan itu tersentak dari tidur nya dengan cepat."Tidurlah." satu suara mengejutkan dirinya, dan Jeslin jelas saja tahu suara siapa itu."Kenapa kakak di sini?," dia mengernyit kan keningnya saat menyadari Dominic ada didalam kamar nya.Laki-laki itu terlihat mengelus lembut rambut nya dimana posisi mereka saat ini saling berhadapan antara satu dengan yang lainnya."Aku tidak bisa tidur," dan laki-laki itu menjawab dengan cepat, menatap dalam netra Jeslin untuk beberapa waktu.Jeslin agak khawatir, dia takut laki-laki itu kembali akan berbuat hal yang mengerikan pada dirinya, dia masih belum siap jika di ajak paksa untuk melakukan hubungan percintaan berdua. Meskipun sebenarnya dia merasa mulai mau membuka hati untuk menerima keberadaan Dominic didalam hidup nya saat ini. Dia tidak menyalahkan Dominic kenapa laki-
Pagi-pagi sekali Jeslin tersentak dari tidurnya, dia ingat dengan sesuatu, Kakak iparnya ada didalam kamar nya. Membuat perempuan itu gelagapan dan gelisah, takut jika mommy nya menangkap mereka berduaan di dalam kamar Jeslin. Perempuan itu buru-buru menarik banyak kesadaran nya dan berusaha untuk membangunkan Dominic tapi sejenak Jeslin terdiam, dia mengerutkan keningnya untuk beberapa waktu."Dimana?," dia bertanya didalam hatinya, tidak mendapatkan sosok laki-laki tersebut di dalam kamar nya.Jeslin menatap tubuh nya untuk beberapa waktu, memperhatikan pakaian nya dengan seksama. Dia menarik pelan nafasnya, semalam tidak terjadi apapun pada mereka.Entah kenapa, tiba-tiba seulas senyuman mengembang di balik bibir perempuan tersebut, dia menyentuh tengkuknya untuk beberapa waktu merasa agak malu. Berpikiran buruk tentang Dominic yang bahkan menyentuh nya tidak lebih dari sekedar menyentuh lembut pipi nya semalam. Bagaimana bisa dia dengar buruk malah menaruh curiga yang berlebihan.
Lama Jeslin mencoba berpikir hingga akhirnya dia mengambil sebuah keputusan berat. Yah sebuah anggukan terjadi, Jeslin pada akhirnya memberikan putusan nya yang tidak mudah. Dia sempat melirik kearah Dominic sambil bicara dengan nada yang begitu pelan."Baiklah, aku akan tinggal." Jawab nya kemudian.Mendengar apa yang diucapkan Jeslin, membuat sang kakak ipar menaikkan ujung bibirnya. Dia puas mendengar jawaban perempuan tersebut. Baginya semakin dekat mereka semakin mempermudah mereka dalam berhubungan dan semakin mempermudah dia mencengkeram sang adik iparnya."Itu bagus, Dom bicara pada Nayla saat dia kembali nanti." Dan ibu mertuanya bicara dengan cepat, melirik ke arah menantu nya sambil mengembangkan senyumannya.Tidak terbit sedikitpun rasa curiga didalam hatinya atas tatapan Dominic pada Jeslin. Dia pikir itu hanya tatapan biasa yang diberikan seorang kakak pada adiknya. Apalagi Dominic terlihat begitu baik dan manis, tidak menampilkan sisi buruknya selama dia mengenal laki-l
Suara Dominic perlahan menghilang diiringi suara deru halus mesin mobil yang berlomba dengan suara musik didalam mobil tersebut. Tatapan bola mata Jeslin masih belum berpaling, dia membiarkan netranya menatap sisi samping rahang sang kakak iparnya tersebut untuk beberapa waktu."Mengambil berkas pernikahan?," Jeslin berusaha mengulang pertanyaan, mencoba mencari jawaban atas ucapan laki-laki disamping nya tersebut.Ada dua kemungkinan yang dimaksud oleh kakak iparnya. Pertama mengajaknya menikah atau kedua jangan-jangan pernikahan awal Nayla dan Dominic memang tidak terjadi dan pada hari itu yang menikah benar-benar dirinya dan Dominic."Apa yang aku pikirkan?," Jeslin bertanya didalam hatinya sambil mengerutkan kening, dia pikir terlalu berlebihan pemikirannya."Aku tidak mengerti dengan ucapan kakak, tapi rasanya sedikit bercanda saat kakak mengajakku mengambil berkas penikahan sedangkan urusan kakak dan kak Nayla sama sekali belum usai." ucapan Jeslin menyiratkan sebuah jalan, itu
Restoran xxxxxxxx,pusat kota.Bola mata Jeslin menatap laki-laki yang ada dihadapannya tersebut untuk beberapa waktu, dia menelisik Jerry dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya."Kau cukup banyak berubah," Jeslin pada akhirnya bicara saat dia menatap laki-laki di hadapannya itu."Aku sedikit kehilangan berat badan." Jerry sang mantan kekasih nya menjawab dengan cepat."Apa kamu kembali bersenang-senang dan menikmati kokain lagi?" jelas saja Jeslin mempertanyakan hal itu karena dia tau betul Jerry memiliki sifat buruk soal kehidupan nya.Jerry memiliki kebiasaan buruk yang sejak dulu hingga sekarang tidak di sukai perempuan itu, menghisap kokain dan selalu berbaur dengan dunia malam. Laki-laki itu benar-benar kehilangan jati dirinya dan seringkali melakukan hal buruk yang membuat Jeslin cukup tidak menyukainya. Dia terpaksa mau berhubungan dengan Jerry karena keadaan di masa kuliahnya, sokongan Jerry membuat dia mau untuk menjalin hubungan dengan laki-laki itu."Ah lupakan saja, ka
Dominic seketika panik mendengar suara Jeslin di ujung sana."Jes, apa kamu mendengar ku?," Dia langsung bergerak dari posisinya, terlihat gelagapan. Alih-alih mendapatkan jawaban di ujung sana, panggilan nya langsung terputus begitu sana. Dominic benar-benar panik di buatnya."Sial." Dia mengumpat, menatap kearah jam dinding yang jelas menunjukkan waktu terlalu larut. Ketakutan menghantam dirinya.Tanpa menunggu waktu lama, laki-laki tersebut melesat meninggalkan tempat dimana dia berada, memilih untuk mencari keberadaan Jeslin dan mencoba untuk menghubungi seseorang diseberang sana."Berikan aku titik keberadaan Jeslin." Entah dengan siapa Dominic bicara, yang jelas orang yang dia percaya."Aku kehilangan jejak dia dari sini, sekarang juga, aku menunggu." Lanjut laki-laki tersebut lagi kemudian.Setelah berkata begitu dia langsung menutup panggilannya, tanpa pikir panjang Dominic dengan cepat menuju ke arah mobilnya dan bergerak untuk mengejar langkah di mana terakhir dia mengantar
Dominic terus melajukan mobilnya ke arah depan, tidak mempedulikan kendaraan yang ada di sisi kiri dan kanannya, yang dia pedulikan hanyalah Jeslin saat ini."Apa kau menemukan nya?" laki-laki itu bertanya pada seseorang di seberang sana setelah beberapa waktu berlalu."Bagus," Dominic kembali bicara kemudian langsung mematikan panggilannya dan secepat kilat tanpa berpikir panjang dia membelokkan mobilnya ke arah sisi kanan dengan gerakan tiba-tiba hingga membuat beberapa mobil di belakangnya dan juga di hadapannya terkejut dan langsung menghentikan mobil mereka secara mendadak.Terdengar umpatan demi umpatan yang keluar dari banyak mulut pengendara lainnya dan Dominic sama sekali tidak peduli dengan hal tersebut.*****Disisi Jeslin.Dalam ruangan gelap yang tidak Jeslin ketahui dimana, dia tergeletak tidak berdaya di atas sebuah kasur mendominasi berwarna putih. Perempuan itu mungkin tahu nyawanya tidak baik-baik saja, tapi efek obat yang diberikan Jerry membuat dia sama sekali tida