Share

Bab 73

Author: skybby
last update Last Updated: 2025-02-08 20:38:23

Di ujung jalan yang jarang dilewati orang, tersembunyi di antara pohon-pohon tua yang menjulang tinggi, berdiri sebuah rumah yang seolah tak ingin ditemukan. Tidak ada yang benar-benar memperhatikan keberadaannya, seakan-akan bangunan itu hanyalah bayangan yang muncul di antara kabut saat senja tiba. Jalan setapak yang menuju ke sana tertutup dedaunan kering yang dibiarkan menumpuk, seolah-olah tidak pernah ada kaki yang melewatinya. Tak ada lampu penerangan di sekitar, hanya cahaya bulan yang sesekali menembus celah ranting dan memberikan siluet samar pada dindingnya yang kusam dan berlumut.

Rumah itu tidak besar, tetapi juga tidak bisa dibilang kecil. Bentuknya aneh, seperti perpaduan antara gaya lama yang sudah ditinggalkan zaman dan sesuatu yang belum selesai dibangun. Catnya telah memudar, menyisakan warna yang tak jelas, antara abu-abu, cokelat, dan hijau kehitaman akibat lumut yang menyelimuti beberapa bagian. Jendela-jendelanya selalu tertutup, bahkan di siang hari, seolah tak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 74

    Udara pagi menusuk tulang, membawa sisa-sisa dingin yang masih tertinggal sejak malam. Di luar, kabut tebal menyelimuti halaman rumah Kara, menyembunyikan dunia di sekitarnya dalam bayangan putih yang samar. Langit masih kelabu, seolah-olah matahari enggan menampakkan diri setelah semalaman dunia terbungkus gelap. Tidak ada suara mobil yang melintas di kejauhan, tidak ada langkah kaki terburu-buru, hanya keheningan yang hampir terasa mistis, terputus hanya oleh suara angin yang berhembus lembut, menggoyangkan dedaunan yang basah oleh embun.Rumah Kara berdiri kokoh di tengah suasana yang membeku. Dinding-dindingnya sedikit lembab karena hawa dingin, dan jendela-jendelanya dipenuhi embun yang mengaburkan pemandangan ke luar. Butiran-butiran air yang terkondensasi di kaca membentuk pola acak, seperti lukisan alam yang tak beraturan.Dari dalam rumah, tercium wangi teh yang baru diseduh dari dapur. Wangi itu melayang pelan, menghangatkan suasana di tengah udara yang masih enggan berubah

    Last Updated : 2025-02-09
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 75

    Matahari mulai naik, menyebarkan hangatnya ke seluruh pekarangan rumah Kara. Udara yang tadinya dingin berkabut kini berangsur menjadi hangat, mengiringi aktivitas gadis itu di taman. Dengan tangan yang terampil, Kara memangkas ranting-ranting kecil yang mulai mengganggu pertumbuhan mawar-mawarnya. Setiap kelopak bunga yang bermekaran adalah hasil dari ketelatenannya, satu-satunya hal yang memberinya ketenangan di tengah berbagai masalah yang ia hadapi.Kebun mawar ini bukan sekadar tempat baginya, melainkan juga pelarian. Di sinilah ia bisa melupakan Anton—sosok ayah yang telah mengkhianati ibunya. Ia bisa melupakan segala kebohongan dan rasa sakit yang pernah ditorehkan.Kara menarik napas dalam, menikmati aroma mawar yang bercampur dengan tanah basah. Namun, ketenangannya terganggu oleh suara deru mobil yang memasuki pekarangan. Ia mengernyit, mengalihkan pandangannya ke arah gerbang yang kini terbuka lebar.Mobil hitam itu melaju pelan, lalu berhenti tepat di depan rumah. Kara men

    Last Updated : 2025-02-09
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 76

    Malam itu, Anton tidak pulang ke rumah. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ia memutuskan untuk pergi ke tempat yang tidak diketahui siapa pun—apartemen pribadi miliknya yang telah lama ia rahasiakan. Sebuah tempat yang tidak tercatat dalam dokumen keluarganya, tidak diketahui oleh Grita, bahkan oleh Kara sekalipun.Ia membeli apartemen itu bertahun-tahun lalu, awalnya untuk bersantai sejenak dari kehidupan rumah tangga dan pekerjaan. Namun kini, apartemen itu menjadi pelariannya, tempat di mana ia bisa menenangkan diri.Apartemen milik Anton terletak di sebuah gedung tinggi di pinggiran kota, jauh dari hiruk-pikuk tempat ia tinggal bersama Kara. Gedung itu tidak mewah, tetapi cukup eksklusif—penghuninya jarang berinteraksi satu sama lain, dan keamanan di sana cukup ketat.Ruang tamunya hanya berisi sofa abu-abu, meja kaca kosong, dan jendela besar yang tirainya selalu tertutup. Dapur kecilnya minim peralatan, dengan kulkas hampir kosong dan cangkir kopi berdebu di me

    Last Updated : 2025-02-14
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 77

    Sudah dua hari Anton tidak pulang.Bi Ina mondar-mandir di ruang tamu dengan wajah penuh kecemasan. Matanya terus melirik jam dinding yang berdetak pelan, seolah menegaskan bahwa waktu terus berjalan tanpa kepastian. Di sampingnya, Pak Adi duduk dengan wajah cemas, tangannya memegang cangkir kopi yang sudah dingin.“Tuan pergi kemana to, biasanya kalau pulang telat pasti kasih kabar,” keluh Bi Ina, suaranya terdengar lebih khawatir daripada sekadar kesal.Pak Adi menghela napas berat. “Iya, Bu. Saya juga bingung. Biasanya paling lama pulang tengah malam, atau enggak ya nelpon, bilang lagi di mana. Ini dua hari nggak ada kabar.”Mereka saling berpandangan. Keduanya sama-sama tahu bahwa Anton bukan tipe orang yang begitu saja menghilang. Meskipun ia memang sering pulang larut, tapi setidaknya ia akan memberi tahu. Tapi sekarang? Bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi.Pak Adi meraih ponselnya lagi, mencoba menelepon Anton sekali lagi. Hasilnya masih sama—suara operator yang memberi tahu

    Last Updated : 2025-02-15
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 78

    Malam itu, suasana di dalam ruangan terasa dingin, meski tak ada pendingin udara yang menyala. Lampu di langit-langit menerangi meja kayu di tengah ruangan, tempat seorang pria duduk dengan ekspresi tak terbaca. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, satu tangan menopang dagunya, sementara tatapannya lurus ke depan.Di seberang meja, seorang pria lain berdiri dengan tubuh tegap. Ia mengenakan pakaian serba hitam, tampak formal tapi tetap cukup fleksibel untuk bergerak cepat jika diperlukan. Tangan kanannya mengepal di belakang punggung, sementara tangan kirinya memegang sebuah map tipis berwarna abu-abu.“Sudah tiga hari,” kata pria yang berdiri itu.Yang duduk tidak langsung menanggapi. Ia menggeser jemarinya di atas meja, menelusuri permukaannya yang halus, sebelum akhirnya berkata, “Dan dia tidak kembali ke rumahnya sama sekali?”“Tidak.”Hening sejenak. Angin dari luar jendela berhembus pelan, menggoyangkan tirai tipis yang setengah tertutup.“Tidak ada tanda-tanda dia berada di ru

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 79

    Malam itu, hujan turun deras di taman kota yang sepi. Lampu-lampu jalan redup, memantulkan cahaya ke genangan air di trotoar. Udara dingin menusuk, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur.Di salah satu sudut taman, di bawah pohon besar yang batangnya basah oleh air hujan, berdiri seorang pria. Ia mengenakan hoodie hitam yang sudah mulai basah, tetapi ia tidak peduli. Tudung hoodienya menutupi sebagian wajahnya, membuatnya tampak seperti bayangan yang muncul dari kegelapan. Ia bukan orang sembarangan—ia adalah mata-mata Anton, seorang pria yang bekerja dalam bayang-bayang, mengumpulkan informasi. Nama aslinya sudah lama tenggelam dalam catatan sejarah. Di dunia ini, ia hanya dikenal dengan kode: Raven.Tangan kirinya berada di saku, sementara tangan kanannya memegang ponsel. Jemarinya yang panjang dan dingin menekan tombol panggil. Ia menempelkan ponsel ke telinganya, mendengar suara dering yang memecah keheningan malam.Satu kali. Dua kali. Lalu, suara di seberang menjawab

    Last Updated : 2025-02-28
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 80

    Raven tidak pernah memiliki kehidupan yang mudah. Ia lahir di keluarga miskin di pinggiran kota, tumbuh di lingkungan yang keras di mana kejahatan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap sudut jalan yang ia lalui dipenuhi dengan bayangan gelap; transaksi ilegal di gang-gang sempit, suara sirene polisi yang menjadi latar belakang kesehariannya, dan bisikan ketakutan yang menyelinap di antara orang-orang yang tahu bahwa mereka hidup dalam sistem yang tidak berpihak pada mereka.Ayahnya adalah seorang pecandu alkohol yang kasar, pria yang lebih sering menghabiskan waktunya di bar daripada di rumah. Ketika pulang, ia membawa serta aroma minuman keras yang menyengat dan amarah yang tak terkendali. Ibunya, sebaliknya, adalah wanita kuat yang bekerja siang dan malam untuk menghidupi keluarganya, tetapi kerja kerasnya tidak pernah cukup untuk mengangkat mereka dari kemiskinan. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, dan Raven kecil menyaksikan semua itu dengan mata yang s

    Last Updated : 2025-02-28
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 81

    Langit mulai berubah warna ketika matahari merayap turun di balik pepohonan. Di halaman rumah Kara yang luas, tiga pria berdiri dalam diam, menatap benda asing di hadapan mereka—sebuah kotak hitam yang muncul beberapa hari lalu.Kaisar menyilangkan tangan di dada, rahangnya mengeras. Vano berdiri di sampingnya, menggoyang-goyangkan tubuh seperti anak kecil yang tidak bisa diam, sementara Pak Adi mengusap dagunya dengan wajah penuh keraguan.“Ini sudah malam keempat,” gumam Kaisar, nadanya berat.Pak Adi mengangguk, “Dan yang bikin tambah aneh, tuan nggak pulang.”Vano menghela napas panjang lalu menendang pelan kerikil di kakinya. “Dua kemungkinan, dia kabur karena takut sama kotak ini atau dia udah tahu dan nyari siapa pelakunya?”Pak Adi menggeleng. “Saya juga ga tahu.”Kaisar menunduk, menatap kotak hitam itu. Tidak ada tanda-tanda aneh di permukaannya hanya kotak biasa tanpa tulisan, tanpa petunjuk. Tapi mereka tahu, ada sesuatu yang salah.“Pokoknya, kita nggak boleh lengah. Kita

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 95

    "Bodoh!"Dodi menggebrak meja dengan keras hingga semua orang yang ada diruangan itu terkejut. Grita menoleh kearah Sean yang terlihat biasa saja dengan reaksi Dodi, seperti ini bukan kali pertama Sean melihat Dodi seperti ini. Pria paruh baya itu berdiri dari kursinya lalu mendekati Sean."Apa yang kau pikirkan sebenarnya?" ucap Dodi dengan tatapan kesalnya. Sean tak bereaksi."Saya hanya mengikuti rencana yang sudah dibuat sebelumnya," jawab Sean dengan tenang."Lalu apa yang kau dapatkan? tak ada kan?"Seam terdiam. Memangnya apa yang Dodi harapkan pada misi ini? ia dipasangkan dengan seseorang yang bahkan belum pernah berkecimpung di dunia seperti ini sebelumnya, apalagi Grita sepertinya gadis baik-baik. Tentu sulit bagi Sean untuk melakukan tugasnya, menurutnya bahkan lebih mudah melakukan ini sendirian."Memang belum menemukan apa-apa, ini baru pertama kalinya kami bekerja sama."Dodi mendengus, lalu beralih ke Grita. Gadis itu tampak ragu dan gelisah. Dodi menatapnya dingin,"A

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 94

    "Iya, dia kekasihku."Baik Kara maupun Pak Adi sama-sama terdiam, sedang mencerna ucapan Kaisar. Kara mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, menatap pria dihadapannya lalu tersenyum sinis. Pak Adi melirik Kaisar dengan tatapan tajam, seolah menuntut penjelasan lebih lanjut. "Pantas saja. Kalian bekerja sama untuk menghancurkan keluarga ku?" sinis Kara.Kaisar menggelengkan kepalanya, "Tidak, sama sekali tidak."Pak Adi melirik Kaisar dengan tatapan tajam, seolah menuntut penjelasan lebih lanjut. Tapi lelaki itu masih terdiam seolah enggan untuk berucap atau menjelaskan barang sepatah kata pun."Kau ingin aku percaya? Setelah semua ini?" Kara tertawa kecil, penuh sindiran. "Kekasihmu itu wanita yang mendekati ayahku dan tiba-tiba saja muncul di sekelilingku? Jangan bilang ini semua kebetulan."Kaisar tetap berdiri tegak, meski sorot matanya menunjukkan kegelisahan, mereka sedang mencurigainya saat ini. "Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku tidak pernah berkhianat padamu atau keluar

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 93

    Grita telah benar-benar menghilang dari pandangan Kara. Gadis itu menghela napas kasar, emosinya masih menggebu-gebu. Dua pria yang berdiri di belakangnya tetap terdiam, seakan menimbang kata-kata mereka dengan hati-hati setelah menyaksikan perubahan sikap Kara yang begitu drastis barusan."Siapa yang membiarkan wanita itu masuk?" tanya Kara dengan nada dingin, tatapannya tetap lurus ke depan, tidak sekalipun melirik ke belakang.Pak Adi dan Kaisar saling berpandangan, seolah melempar tanggung jawab satu sama lain. Pak Adi menatap Kaisar dengan isyarat halus, mendorongnya untuk berbicara sebelum amarah Kara semakin memuncak.Namun, Kaisar tetap diam.Pak Adi menghela napas berat. Ia bisa merasakan ketegangan yang semakin menggantung di udara."Maaf, Non. Ini salah Pak Ad—""Saya."Sebuah suara tiba-tiba memotong, membuat Pak Adi terhenti di tengah kalimatnya."Saya yang mengizinkan dia masuk."Kara berbalik cepat, langkahnya mantap saat ia mendekat ke Kaisar. Sorot matanya tajam, penu

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 92

    Sean kembali mengetukkan jemarinya ke kemudi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ia mencoba sekali lagi, menekan tombol di alat komunikasinya, berharap ada suara yang menyambutnya di sisi lain. Tapi tetap saja, hanya ada kesunyian yang mengganggu.Ia menghela napas, menatap rumah besar itu dengan mata tajam. Tidak ada tanda-tanda Grita keluar, dan itu membuatnya semakin tidak tenang. Seharusnya, ia bisa mendengar setidaknya suara langkah kaki atau suara samar dari dalam rumah. Tapi sekarang? Tidak ada apa-apa."Brengsek," gumamnya.Sean mengamati alat komunikasinya dengan saksama. Tidak ada indikasi bahwa alat itu mati total, tapi juga tidak menangkap sinyal apa pun. Seakan ada sesuatu yang menghalangi transmisi antara dirinya dan Grita.Matanya beralih ke atas rumah. Mungkinkah ada sistem penghalang sinyal di tempat ini? Anton bukan orang sembarangan, dan jika rumah ini memang memiliki perlindungan khusus, tidak aneh jika alat komunikasi biasa seperti miliknya menjadi tidak bergun

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 91

    Sean mengetuk-ngetukkan jarinya ke kemudi, matanya tak lepas dari sosok Grita yang masih berdiri di depan pintu rumah besar itu. Sudah hampir sepuluh menit sejak ia masuk, dan bukannya segera melanjutkan rencana mereka, perempuan itu justru larut dalam percakapan dengan seorang pria bernama Kaisar, kalau dia tidak salah ingat.“Harusnya dia sudah bergerak ke dalam,” gumam Sean pelan.Dari balik kaca mobil yang sedikit tertutup embun, ia tida bisa melihat ekspresi Grita karena ia membelakangi nya dan jarak terlalu jauh. Sementara Kaisar, pria itu berdiri dengan sikap yang lebih kaku, tapi tatapannya seakan berusaha membaca sesuatu dari mata Grita.Sean mengerutkan kening. Apa mereka memiliki hubungan? Dia tahu Grita tidak punya riwayat di tempat ini, tapi ia juga tidak menduga ada orang yang bisa membuatnya bertahan selama itu hanya untuk berbicara. Apa dia sedang merayu Kaisar agar lebih mudah mendapatkan informasi? Atau ini sesuatu yang lebih pribadi?Sean mengernyit heran kenapa ala

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 90

    Suasana pagi masih sepi ketika Grita dan Sean melaju dengan mobil hitam tanpa plat menuju rumah Anton. Jalanan yang mereka lalui masih basah akibat hujan semalam, menciptakan pantulan samar dari lampu jalan yang belum sepenuhnya padam. Embun masih menyelimuti dedaunan di pinggir trotoar, dan hanya sesekali ada kendaraan lain yang melintas.Di dalam mobil, Sean duduk di kursi kemudi dengan santai, tapi matanya penuh waspada. Tangannya yang bersarung kulit menggenggam setir dengan ringan, namun sorot matanya memperhatikan setiap detail di sekitar mereka. Grita duduk di sebelahnya, mengenakan pakaian sederhana yang membuatnya tampak seperti warga biasa yang hendak berkunjung ke suatu tempat. Namun, di balik penampilannya yang biasa itu, ada ketegangan yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang tahu tujuan sebenarnya.Grita menyandarkan punggungnya ke kursi, menutup matanya sejenak. "Lo yakin ini bakal berhasil?""Gue ga pernah ragu. Gue tau ini pertama kali lo lakuin hal begini, waj

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 89

    Dari jendela gedung tua yang hampir seluruh kacanya buram oleh debu, Grita bisa melihat lampu-lampu kota menyala redup, menandakan hari sudah semakin larut. Dia duduk di kursi kayu yang sudah usang, salah satu kakinya terangkat ke atas sandaran kursi, sementara sebelah tangannya bermain-main dengan korek api. Api kecil menyala dan padam berulang kali di antara jarinya, menciptakan cahaya yang sesekali menyorot wajahnya.Di depannya, pria yang menjadi partnernya duduk bersandar di kursinya, tangannya menyilang di dada. Dodi keluar dari ruangan dan membiarkan mereka berdua menyusun rencana. Tatapan partner Grita tak lepas dari beberapa lembar kertas yang tersebar di meja, rumah Anton, foto beberapa sudut penting, dan catatan kecil yang ditulis dengan tergesa-gesa.“Jadi, lo mau masuk lewat mana?” tanyanya akhirnya, tanpa mengalihkan pandangan dari peta.Grita menghentikan permainan koreknya, menutupnya dengan bunyi kecil yang nyaring di ruangan sunyi itu. “Gue masuk lewat gerbang depan.

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 88

    Pagi itu matahari nampaknya akan bersinar cerah, tapi kantor terasa lebih sunyi dari biasanya. Bukan karena jumlah pegawai berkurang, tapi karena satu orang yang seharusnya duduk di ruangan utama tidak kunjung muncul, Anton.Grita sudah sampai di kantor sejak pukul 07:30, berharap menemukan Anton sudah ada di ruangannya seperti biasa. Namun, meja kerjanya kosong. Ia menunggu hingga pukul 08:00. Lalu 09:00. Hingga akhirnya, waktu menunjukkan pukul 11:00.Tidak ada tanda-tanda Anton akan masuk. Tidak ada panggilan darinya. Tidak ada pesan.Ponselnya mati.Grita sebagai sekretaris pribadinya tidak tahu di mana keberadaan bos mereka.Saat jam makan siang, Grita memilih menuju cafe depan kantor sendirian menikmati segelas kopi dingin. Ia membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada seseorang.Tak lama kemudian balasan muncul.'Apa yang terjadi?'Balasan pesan dari Dodi. Grita memilih menceritakan semua yang terjadi pada Anton beberapa hari ini, tentang sifatnya yang sedikit berubah hingg

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 87

    Mobil hitam itu melaju kencang, meninggalkan perumahan mewah di kejauhan. Lampu-lampu kota berkelebat melewati jendela, menciptakan bayangan samar di wajah penyusup yang masih berusaha menormalkan napasnya. Sementara itu, pengemudi tetap fokus di jalan, tak mengucapkan sepatah kata pun.Tak butuh waktu lama sebelum mereka tiba di sebuah bangunan tua di pinggiran kota. Dari luar, tempat itu tampak seperti gudang terbengkalai, tetapi di dalamnya ada aktivitas yang jauh dari kata kosong. Beberapa orang berseliweran di antara tumpukan peti kayu dan meja-meja serta senjata di atasnya.Begitu mereka masuk, suasana langsung berubah. Semua mata tertuju pada si pengirim kotak yang baru saja kembali."Bos sudah menunggu," ucap seseorang, menepuk bahunya.Tanpa bicara, pria ini berjalan melewati lorong sempit, menuju sebuah ruangan dengan lampu redup. Di dalam, duduk seorang pria paruh baya dengan jas hitam, Dodi. Tatapannya tajam, dan ada secangkir kopi yang masih mengepul di mejanya. Disini Do

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status