Share

Bab 61 Pelacur

Author: Sunny Zylven
last update Last Updated: 2021-09-20 13:54:36
Lima hari berlalu penyelidikan Arys dan Kalfani kepada Kirila. Kedua pengawal elit membawa dokter muda itu ke hadapan Dafandra.

Saat ditemukan, Kirila tengah bekerja sebagai pengajar tenaga kesehatan di kota Tigryzh. Saat dihadapkan dengan Dafandra, pria itu tampak bingung.

Dengan tangan terikat ke atas, Kirila berada di ruang bawah tanah kastil Nikyzh. Dia tidak pernah menyangka akan terikat di tempat yang gelap dan pengap seperti ini.

"Langsung saja, katakan yang sebenarnya. Apa hubunganmu dengan Pangeran Mahkota Fasya?" tanya Dafandra memulai interogasi.

Wajah Kirila sedikit terkejut, kemudian ekspresinya berubah keheranan.

"Pangeran Mahkota? Hamba tidak mengerti apa maksud Yang Mulia," jawab Kirila.

Dafandra memberi isyarat kepada Kalfani untuk melemparkan cambukan. Dengan patuh pria itu menjalankan perintah tuannya kemudian diiringi suara teriakan Kirila.

Alisya yang baru saja mengetahui keberadaan Kirila dari Kiron buru-buru menuju ke ruang bawah tanah. Tetapi Kiron berus
Sunny Zylven

Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.šŸ˜šŸ˜šŸ˜ Thanks, I ā¤ļøu. Kalian ada di hati author Sunny.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 62 Kebohongan

    Kirila terdiam, dia tidak mungkin menjawab pertanyaan Dafandra, apa pun yang terjadi. "Bersekongkol dengan orang yang ingin membunuh seorang keluarga kerajaan dan menyebut wanitaku sebagai pelacur. Rupanya kamu memang sudah bosan hidup." Sebuah seringai menyeramkan menghiasi bibir Dafandra. Rasanya dia tidak sabar untuk mencabik-cabik Kirila. "Memangnya apa sebutan yang pantas untuk dirinya? Apakah Yang Mulia yakin wanita itu dan pangeran mahkota tidak pernah melakukan ..." melihat wajah marah Dafandra, Kirila mengurungkan ucapannya, tapi malah tertawa. "Cukup!" teriak Dafandra geram. "Kamu tidak tahu apa pun tentang sodaraku!" lanjut Dafandra. Alisya yang kembali mendengar tuduhan keji Kirila semakin tidak bisa menahan diri. Sang putri bangkit dari lantai, dengan berurai air mata dia pergi meninggalkan ruangan bawah tanah. Kiron segera mengikuti Alisya meninggalkan penjara bawah tanah. Sang kepala pelayan hanya bisa mengantar Alisya hingga depan pintu kamar. Menyadari Alisya t

    Last Updated : 2021-09-21
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 63 Berharga

    Pria berambut cokelat yang menjuntai hingga ke dada mengambil sebuah anggur segar dan menikmati kelezatannya. Dia menerawang keadaan Alisya dan Dafandra saat ini. Dia berpikir Alisya dan Dafandra sedang menikmati kebersamaan karena bantuannya. Setelah menelan buah anggur dia tertawa, tetapi juga menyesal karena bukan dirinya yang ada di sisi Alisya. Rasanya sangat sakit bagi pangeran mahkota melihat Alisya diabaikan. Akan tetapi, melukai adik yang dia benci untuk membuat hubungan Alisya dengan suaminya membaik, rasanya tidak buruk. Fasya merasa pangeran kedua memang layang untuk mendapatkan luka itu, sebagai hukuman karena mengabaikan Alisya. "Maaf Yang Mulia, akan tetapi dokter muda itu berhasil di tangkap." Pria berbaju hitam tampak gusar. "Itu bagus. Pria itu bisa dijadikan kambing hitam di hadapan raja." "Bagaimana jika dokter muda itu membuka mulut?" tanya pria berbaju hitam. "Selagi keluarganya ada di tangan kita, pria itu tidak akan berani membuka mulut." Fasya menghela na

    Last Updated : 2021-09-22
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 64 Cincin Kupu-Kupu

    Dafandra terdiam memandang pipi Alisya yang basah perlahan. Tanpa sadar tangan pria itu bergerak menuju pipi putih kemerahan milik Alisya. Belum sempat ibu jari Dafandra menyentuh pipi, Alisya segera menepis tangan pangeran dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" Selain basah, mata Alisya juga terlihat merah, memantulkan kepedihan yang teramat dalam. Lagi-lagi Dafandra dibuat tidak mampu berkata-kata. "Jangan sentuh aku, sekali lagi jangan sentuh aku!" Alisya mempertegas ucapannya. "Maaf ..." lirih Dafandra. "Akan tetapi, perlu kamu tahu. Aku tidak pernah menganggapmu pelacur, apalagi jijik terhadapmu. Aku menikahimu karena kesadaran dan keinginanku sendiri." "Lalu apa alasanmu menginginkan pernikahan sandiwara?" "Karena saat itu aku tahu, kamu masih mempunyai perasaan kepada Fasya." Seketika Alisya membeku. Yah, dia memang masih mencintai Fasya saat menikah dengan Dafandra. Bahkan Alisya hampir melepaskan gandengan tangan saat melihat pangeran mahkota datang menghampiri di hari p

    Last Updated : 2021-09-23
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 65 Latar Belakang Fayvel

    Alisya sempat menduga pangeran berambut pirang itu akan memberikan kata-kata manis atau mengutarakan perasaannya. Akan tetapi, yang keluar dari mulut Dafandra lagi-lagi tentang pernikahan politik. Alisya kembali menarik tangan, dengan raut wajah terlihat sinis. "Jangan marah. Aku belum selesai berbicara. Pernikahan politik juga tidak sepenuhnya buruk." Pangeran itu tersenyum simpul. "Bukankah itu berarti pernikahan kita adalah simbol perdamaian? Bukankah itu berarti pernikahan kita direstui banyak orang? Bukankah itu berarti pernikahan kita menjadi berkah bagi kita semua?" Kata-kata Dafandra membuat Alisya terdiam. Pangeran itu memang pandai berbicara. Tentu saja, sebagai seorang berkedudukan tinggi di kerajaan, kemampuan menarik perhatian lawan bicara menjadi sebuah keahlian dasar yang harus dimiliki. Bagi Alisya, ini tidak ada hubungan sama sekali dengan ketertarikan lawan jenis. Dengan kata lain, kata-kata manis itu tidak bisa serta-merta menjadi bukti, kalau pangeran kedua me

    Last Updated : 2021-09-25
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 66 Perdamaian Kerajaan Crysozh dan Margaritaryzh

    "Tuanmu ingin agar kamu memenangkan Turnamen Terbuka Kesatria Margaritaryzh." "Apakah itu seperti perlombaan membunuh orang?" tanya Fayvel masih dengan posisi berdiri terbalik menggunakan kedua tangan sebagai tumpuan."Sebenarnya bukan perlombaan membunuh, hanya saja perlombaan itu berpotensi membunuh peserta yang mengikutinya.""Memangnya, apa yang akan aku dapatkan setelah berhasil memenangkan turnamen itu?""Tuanmu akan mengambilmu kembali. Kamu akan tinggal di kediamannya.""Di mana itu?""Di kota Eliozh, ibu kota kerajaan Margaritaryzh." 'Eliozh?'Fayvel muda yang penuh gairah sangat penasaran dengan ibu kota. Selama ini dia hanya berada di pedalaman bersama gurunya dan beberapa orang murid senior. Dia ingin sekali melihat dunia di luar tempatnya saat ini, oleh karena itu dia giat berlatih untuk menjadi yang terbaik. Setelah usia Fayvel mencapai tujuh belas tahun, dia mendapatkan persetujuan dari sang guru, akhirnya Fayvel melangkahkan kaki keluar dari tempat dia belajar. Langk

    Last Updated : 2021-09-25
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 67 Membuang Atau Melindungi

    Sebelum Fayvel dikirim ke kerajaan Crysozh, sempat terjadi dialog antara Afanas dan Fayvel. Pemuda itu merasa tidak puas dengan keputusan sang ayah. "Apa Tuan yakin akan mengirimku ke kerajaan Crysozh?" Kegalauan menyelimuti pemuda itu. Fayvel hanya tidak menyangka selama hampir empat tahun menjadi anjing Afanas, ternyata dia berakhir dengan dilemparkan ke luar dari wilayah Margaritaryzh. Dia merutuki dirinya sendiri di dalam hati. "Tentu saja, aku hanya khawatir kepada putra mahkota dengan keberadaanmu di tempat ini." 'Khawatir dengan pangeran mahkota? Bukankah aku juga putranya? Apakah ayah pikir aku akan sepicik itu mengenai kedudukan?' batin Fayvel tidak puas. Bagai belati yang menghujam di tengah jantung. Ucapan Afanas begitu menyakitkan terdengar di telinga Fayvel. Pemuda itu segera sadar, dia memang bukan anak dari garis keturunan yang sah. Akan tetapi, melengserkan pangeran mahkota demi kedudukan bukan hal yang pernah terpikirkan olehnya. Fayvel yang dulu sangat lugu ingi

    Last Updated : 2021-09-26
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 68 Ikan Bakar

    Sepulang dari jalan-jalan, Alisya dan Dafandra berjalan bersama menuju kamar mereka masing-masing. Rasa canggung di antara mereka sudah mulai berkurang. "Terima kasih untuk jalan-jalannya hari ini." Alisya tersenyum sesaat. Pancaran kebahagiaan bisa terlihat dari mimik wajahnya. Sementara Dafandra hanya terdiam meski dalam hati dia juga senang mendengar ucapan Alisya. Tidak sia-sia waktunya terbuang untuk menyusuri jalanan kota yang padat. Langkah Dafandra terhenti begitu sampai di depan pintu kamarnya. Pangeran itu menoleh memandang Alisya. Padahal seharian mereka telah menghabiskan waktu bersama, tetapi rasanya pangeran tidak ingin berpisah. Entah apa alasannya. Jika memungkinkan pangeran itu ingin mengulang waktu, menikmati kebersamaan bersama sang putri. "Alisya, maukah kamu memeriksa lukakku?" Dafandra meminta kepada Alisya dengan sopan. Sejujurnya Alisya merasa aneh dengan tingkah Dafandra yang tiba-tiba menjadi begitu sopan. "Tentu saja, Yang Mulia." Alisya kembali terseny

    Last Updated : 2021-09-27
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 69 Perintah Raja Nandri

    Seorang utusan memasuki ruang belajar Rifian. Lelaki berjenggot hitam lebat itu memberi hormat dengan takzim. Sepertinya akan ada hal penting yang disampaikan oleh raja. "Raja meminta kehadiran Pangeran Mahkota dan Pangeran Kedua ke aula kerajaan sekarang." Ternyata sebuah perintah sederhana yang raja berikan. Akan tetapi, untuk apa? Kedua putra raja itu segera menyanggupi permintaan raja dan menuju ke aula kerajaan. "Kakak, apa kamu tahu apa yang akan raja sampaikan?""Entahlah. Semoga bukan hal buruk." Sesampainya di depan singgasana raja, kedua pangeran itu memberikan hormat, juga siap mendengarkan perintah atau arahan dari raja. Ratu yang dudk di samping raja terlihat tersenyum menatap kedua putranya yang telah menjadi dewasa. Sekilas ratu melirik raja, memberikan kode kepada raja untuk segera menyampaikan permintaan dan keputusannya. "Bagaimana kabar kalian?" tanya raja berbasa-basi."Kami dalam keadaan baik," Jawab kedua putra raja serempak. Raja tersenyum dan mengangguk-an

    Last Updated : 2021-09-28

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 3

    Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 2

    "Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 1

    Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Terima Kasih Pembaca

    Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 234 Pelukan Ibu

    Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 233 Melabuhkan Rindu

    "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 232 Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 231 Layang-layang

    "Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 230 Lima Puluh Gadis Dan Tiga Bangsawan

    "Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan

DMCA.com Protection Status