Share

Bab 37 Hukuman

Penulis: Sunny Zylven
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 14:25:06
Sesampainya di dalam kereta Alisya masih terdiam. Dafandra pun masih membiarkan Alisya memeluknya.

"Apa kamu terluka?" tanya Dafandra sambil membelai rambut merah sang putri.

Lidah Alisya yang kelu tidak mampu mengeluarkan suara. Sang putri hanya menggeleng pelan.

"Syukurlah jika kamu tidak terluka. Tidurlah! Tidak perlu takut. Ada aku di sini."

Dafandra mengembuskan napas berat seraya memandang wanita yang tidur dipangkunya. Rasa hangat dan bahagia tiba-tiba saja memenuhi hati Dafandra.

Apakah karena dia berhasil membunuh seorang pejabat kerajaan? Ataukah karena pelukan hangat dari putri berambut merah?

'Rasa takut membuatmu begitu jujur dan memelukku tanpa berpikir. Aku rasa hal ini tidak akan bertahan lama, terlebih setelah kesadaranmu kembali.' batin Dafandra gelisah karena merasa dipermainkan.

Ketika pagi hari datang Alisya terbangun masih dengan posisi yang sama, kemudian menyingkir dari pangkuan pangeran kedua Kosmimazh.

'Semalam yang mulia tidur dengan memangkuku. Ku
Sunny Zylven

Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! šŸ˜ƒ Dukung author dengan memberikan review bintang 5, vote/gem, dan ajak teman-teman anda untuk membaca kisah ini. Terima kasih.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 38 Pilar Kerajaan

    Setelah cukup lama beristirahat, rombongan Dafandra kembali berjalan menuju Tigryzh. Dalam perjalanan Alisya menyodorkan ramuan herbal pada pangeran kedua Kosmimazh untuk menambah stamina setelah semalam bertarung. "Tanganmu memar!" Dafandra terkejut ketika melihat pergelangan tangan Alisya yang berwarna merah. "Ah ini ... bukan masalah. Aku telah mengobatinya," jawab Alisya. Dafandra masih mengamati pergelangan tangan sang putri. "Yang Mulia ... ramuan herbal ini kubuat khusus agar staminamu kembali pulih. Tenang aja, rasanya tidak pahit." Alisya kembali menyodorkan ramuan buatannya, baru kemudian sang pangeran meminum sampai habis. Setelah gelas dalam genggaman Dafandra kosong. Alisya mendekat sambil menatap wajah tampan sang pangeran. 'Aku berhutang nyawa keladamu.' Tangan sang putri terulur menyentuh bahu kekar pria berambut pirang. "Jangan sentuh aku!" ucap Dafandra pelan sambil menepis tangan mulus Alisya. "Kenapa? Bukankah kamu memintaku untuk memijat?" sepasang alis A

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 39 Serangan Balasan?

    "Habisi mereka!" perintah Dafandra segera. Seketika suasana kembali menegang. Segerombolan pasuka berbaju hitam datang menyerang rombongan Pangeran Dafandra. "Apakah itu orang suruhan Daryan?" tanya Alisya khawatir. "Entahlah." Dentingan pedang, ringikan dan derap langkah kuda terdengar nyaring. Pria berbadan kekar di samping Alisya bangkit dari tempat duduk untuk menyambut serangan orang-orang tidak dikenal. Akan tetapi, sebelum Dafandra melangkah ke luar kereta, Alisya mencengkeram erat lengan sang pangeran. "Tolong jangan pergi!" pinta putri berambut merah dengan tatapan memelas. Dia masih terlihat ketakutan mengingat belum lama ini dia mengalami hal yang sama. Pertarungan sengit terjadi dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang. Pasukan elit pangeran kedua pontang-panting menghadapi serangan musuh yang terlatih dalam jumlah banyak. Seorang dari penyerang itu masuk ke dalam kereta dan menyerang Alisya dengan pedang. Akan tetapi, sebelum serangan itu sempat mendarat di kuli

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 40 Analisis Dafandra.

    "Alisya ...." lirih Dafandra begitu membuka mata setelah dua hari tidak sadarkan diri. Rasa nyeri langsung menyapa sang pangeran begitu membuka mata. Perlahan dia mengangkat kepala dalam posisi tengkurap untuk melihat keadaan sekitar. "Kiron, Pangeran Dafandra telah bangun!" Seorang pria bermabut hitam menyenggol lengan pria di sebelah. Dua orang pria yang menunggu sang pangeran tampak gembira. "Syukurlah Yang Mulia telah sadar," kata lelaki berambut coklat. Mata biru pria itu berbinar-binar sambil tersenyum lebar. Dalam ingatan Dafandra, pria itu bernama Kiron. Usia pria itu berkisar empat puluh lima tahun. Penampilannya sangat rapi, khas seorang kepala pelayan. Yah, pria itu memang kepala pelayan di kastil Nikyzh. Di samping Kiron ada seorang pria berjubah putih. Sepertinya dia seorang dokter. Dafandra berusaha menggerakkan tubuh, tapi buru-buru lelaki berjubah putih itu melarangnya. "Yang Mulia terluka cukup parah. Sebaiknya jangan buru-buru untuk bergerak agar luka cepat p

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 41 Salah Dengar

    "Syukurlah Yang Mulia telah sadar," kata wanita itu bahagia. Dafandra menoleh ke asal suara. Di depan pintu berdiri seorang gadis pelayan dengan sebuah nampan di tangan. Pria bertubuh kekar di ranjang memalingkan wajah dari gadis pelayan, kemudian melihatnya kembali. Ternyata pandangan matanya tidak salah. Wanita itu memang gadis pelayan. 'Sialan! Aku kira dia!' umpat Dafandra di dalam hati. Gadis pelayan itu memberikan hormat kepada Dafandra, juga kepada Kiron dan Kirila. Kemudian dia berjalan mendekati Kirila. Pria itu memerintah gadis pelayan untuk meletakkan nampan pada meja di dekat ranjang. Di atas nampan terdapat semangkuk obat dan juga perban. Begitu mencium aroma obat itu Dafandra segera memalingkan muka. 'Astaga, aroma obat ini membuatku ingin muntah!' umpat Dafandra dalam hati. Sebelum gadis pelayan itu pergi Kirila berkata, "Jika Putri Alisya telah terbangun dari tidurnya, kabarkan kepada Putri, Yang Mulia Dafandra telah sadar. Juga, cepat bawakan makanan untuk Yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 42 Dorongan Dan Pelukan

    Bukan itu. Dafandra tidak meminta Alisya untuk melepaskan pakaiannya. Akan tetapi, dia merasa tidak nyaman dengan kalimat perintah. Sebagai seorang pangeran, Dafandra selalu bertindak dominan di hadapan Alisya. Seumur hidupnya tidak ada yang pernah memberikan kalimat perintah kepadanya selain raja dan ratu. "Astaga, beraninya kamu memberikan kalimat perintah kepadaku!" umpat Dafandra. Perlahan Dafandra melepaskan kancing baju sambil menahan rasa perih di bagian luka. Alisya yang menyaksikan kejadian itu sedikit iba. Sebenarnya dia ingin membantu. Tapi melihat Dafandra bisa melakukan sendiri tanpa bantuan, Alisya mengurungkan niatnya. Setelah melepas baju Dafandra melempar asal-asalan pakaian di salah satu sisi ranjang. Tampak tubuh bagian atas sang pangeran yang dibalut perban. Untuk pertama kalinya Alisya melihat tubuh Dafandra dengan jelas tanpa ada rasa khawatir "Aku sudah selesai!" Sesaat kemudian Alisya melepaskan ikatan perban dan membukanya perlahan. Wanita itu memang sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 43 Menindas Dafandra

    Pangeran bermabut pirang menatap Alisya dengan tatapan tidak suka. Selagi dalam kondisi sadar, dia tidak akan sudi untuk menelan ramuan dengan rasa pait dan aroma menjijikkan. "Apa kamu lupa masih punya hutang kepadaku? Kapan kamu akan membayarnya?" ucap Dafandra mengalihkan perhatian Alisya. Akan tetapi, Alisya tidak terkecoh dengan mudah. Tindakan Dafandra justru menguatkan dugaan sang putri benar. Pandangan Alisya begitu bersemangat ketika menemukan kelemahan Dafandra. Ternyata pria arogan itu punya kelemahan yang sangat sederhana. Alisya tidak sabar ingin menggunakan hal itu untuk menindas pangeran kedua Kosmimazh. Mungkin ini saat yang tepat bagi Alisya untuk membalaskan kekesalannya. "Silahkan Yang Mulia." Alisya menyodorkan mangkuk berisi obat untuk Dafandra. Dafandra bergeming. Perutnya terasa mual karena aroma obat itu. Sementara Alisya semakin mendekatkan mangkok itu ke mulut Dafandra. "Aku tidak mau meminumnya," kata Dafandra seraya membuang muka. "Kalau kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 44 Cemburu Atau Waspada

    Tiga hari berlalu, Alisya sama sekali tidak bertemu dengan Dafandra. Meski sebenarnya dia khawatir, tetapi amarah menghalangi sang putri untuk bertemu dengan pangeran kedua. Untuk sesaat Alisya menikmati kesendirian. Bukankah kebebasan yang dia harapkan sebelumnya? Pagi itu udara sangat sejuk. Alisya memutuskan untuk berkuda sesaat di sekitar kastil. Sepulang dari berkuda tanpa sengaja Alisya bertemu dengan Kiron. Sang putri menyempatkan diri untuk menyapa kepala pelayan. Kiron yang terkejut melihat kehadiran Alisya buru-buru memberi hormat. Tiga hari tuanya tidak saling bertemu begitu meresahkan hati Kiron. Akan tetapi, Kiron tidak berkomentar apa pun, karena bukan haknya untuk turut campur urusan rumah tangga sang tuan. "Bagaimana keadaan Pangeran Dafandra?" tanya Alisya tanpa basa-basi. "Yang mulia baik-baik saja," jawab Kiron dengan senyum ramah. "Apakah yang mulia mau minum obatnya?" "Tidak, Putri. Sebenarnya hamba sangat khawatir akan hal ini. Akan tetapi, luka pangera

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 45 Menjadi Penawar untuk Sebuah Tawaran

    Setelah sampai di depan pintu kamar Dafandra, Alisya dicegat oleh dua orang pengawal. "Apa-apaan ini?" Alisya tampak kesal. "Yang Mulia Dafandra sedang tidak ingin diganggu," jawab salah seorang penjaga pintu. Alisya mengabaikan kedua pengawal dan menerobos pintu kamar. Di dalam kamar Dafandra tengah duduk bersandar di sofa sambil menikmati teh hangat dan beberapa cemilan. Pangeran itu terlihat tidak terkejut dengan kedatangan Alisya. Dia masih menikmati teh tanpa mengubah ekspresi. Alisya ragu untuk berjalan mendekat. Dia teringat akan kejadian terakhir kali yang meninpanya saat bersama pria itu. Akan tetapi, dia sudah terlanjur masuk ke dalam ruangan dan terlihat oleh Dafandra. Tidak mungkin aku dia kembali secara tiba-tiba. Akhirnya Alisya berjalan mendekat dan memberi hormat. Sementara Dafandra masih menikmati teh tanpa memperdulikan kehadiran putri berambut merah. "Yang Mulia." Alisya berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. Dia bingung harus memulai dari ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 3

    Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 2

    "Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 1

    Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Terima Kasih Pembaca

    Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 234 Pelukan Ibu

    Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 233 Melabuhkan Rindu

    "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 232 Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 231 Layang-layang

    "Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 230 Lima Puluh Gadis Dan Tiga Bangsawan

    "Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan

DMCA.com Protection Status