Share

Bab 31 Kebakaran

Penulis: Sunny Zylven
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-21 15:59:29
Hari-hari selanjutnya berjalan lancar tanpa mimpi buruk. Bahkan, Alisya dan Dafandra tidur di kamar yang berbeda seperti perjanjian mereka.

Tidak ada hal-hal romantis, tidak ada sandiwara, persis seperti yang mereka harapkan. Saat di perjalanan Alisya juga tidak banyak bicara. Mungkin sebenarnya Alisya bosan atau sangat bosan.

Sejujurnya Alisya sudah tidak tahan dengan kebekuan di antara mereka. Bukan hal-hal romantis, dia hanya ingin bicara. Apakah sulit bagi pangeran kedua untuk berbicara pada Alisya layaknya teman biasa?

"Yang Mulia," kata Alisya memulai percakapan.

"Ya," jawab Dafandra datar. Matanya melirik dengan tangan terlipat di depan dada.

"Kita sudah enam hari dalam perjalanan, apakah kota Tigryzh masih jauh?" tanya Alisya lagi.

Entah berapa kali Alisya mengganti posisi duduk karena pantat terasa panas. Rasanya, dia juga tidak sabar jika harus terus menjaga etika di depan Dafandra yang penuh dengan kepura-puraan.

"Mungkin besok kita sampai," jawab Dafandra sera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 32 Korban

    Setelah mendapat persetujuan Dafandra, kereta segera berjalan menuju ke lokasi kebakaran. Begitu sampai, Alisya keluar dari kereta dengan menenteng tas yang berisi peralatan medis. Alisya terkejut begitu melihat kobaran api yang mengamuk menghanguskan sebuah rumah milik warga. Malam yang dingin menjadi terasa gerah karena amukan si jago merah. Lalu-lalang orang-orang berlarian tanpa menghiraukan kehadiran Alisya. Mereka datang berkerumun untuk membantu memadamkan api. Ada juga yang datang hanya untuk melihat-lihat kemalangan tetangga mereka. Suara orang-orang panik sembari menenteng ember berisi air seolah menggema meramaikan malam. Tidak jauh dari rumah yang terbakar tampak seorang wanita paruh baya tengah menjerit histeris. Rambut wanita itu berantakan terlepas dari ikatan. Bajunya lusuh dengan keringat membasahi bagian punggung hingga ketiak. Ekspresi marah, putus asa dan sedih terkumpul di wajah bulat wanita itu. Di depan wanita itu duduk seorang pemuda dan seorang bocah wani

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 33 Pahlawan

    Tiba-tiba semua orang terdiam seolah keramaian lenyap seperti ditelan bumi. Alisya yang sedang memandang Syrena menoleh. Seorang lelaki berrambut hitam, panjang, dan keriting muncul membelah kerumunan. Di belakang pria itu berjajar beberapa pria kekar bersenjata yang siap mengikuti perintahnya. Lelaki berjubah hitam itu terus maju mendekati keluarga Rasia. Dia tersenyum congkak seolah ingin pamer kekuasaan. "Siapa kamu?" Daryan memberi isyarat kepada Alisya dengan dagunya untuk menjawab pertanyaan. "Dia bukan siapa-siapa, Tuan. Dia hanya orang lewat yang kebetulan singgah," kata Rasia panik. "Aku tidak bertanya kepadamu!" teriak Daryan kasar kepada Rasia. Daryan semakin mendekati Alisya. Dia menyesap cerutunya dan mengembuskannya di depan putri berambut merah. Serta merta Alisya mengibaskan tangan untuk menghalau asap tembakau dari hidung. "Siapa kamu?" tanya Daryan sekali lagi seraya menyisir setiap detail wajah sang putri Crysozh. "Aku Thiara, seorang yang kebetulan lewat,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 34 Pertunjukan

    "Jangan, Rodas! Kamu masih terluka!" teriak Alisya cemas. Meski sekarang Alisya seorang diri, tetapi sebenarnya dia bersama Dafandra. Pangeran kedua pasti tidak akan membiarkan hal buruk menimpa Alisya. Sedangkan Rodas, dia hanya seorang buruh miskin yang tidak mempunyai penyokong. Jika terjadi sesuatu padanya, tidak akan ada orang yang peduli. "Tidak apa-apa nona, baik Anda atau ibuku. Tidak layak untuk mendapatkan perlakuan buruk dari siapa pun," tegas Rodas seraya bersiap dengan posisi kuda-kudanya. "Jangan banyak bicara! Habisi dia!" teriak Daryan lantang. Kedua pengawal Daryan segera menyerbu Rodas. Dengan lihai Rodas menghindari serangan kedua pedang yang terus memburunya. Melompat, berguling, meliuk, menyikut, mencengkeram, menghantam, menendang, dan merobohkan kedua lawan. Ketika dihadapkan pada pertarungan, Rodas terlihat seperti seorang pendekar ketimbang buruh rendahan. Alisya terpaku melihat pemandangan itu. Sebuah pertarungan yang indah. Napas pemuda itu terengah-e

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 35 Menantu Tuan Daryan

    Dafandra yang tengah beristirahat ketika menunggu Alisya dikejutkan dengan kedatangan Arys, pengawal pribadinya. "Lapor Yang Mulia, Putri Alisya berada dalam masalah," kata Arys segera ketika berada di hadapan Dafandra. Dafandra mendengkus pelan, dia seperti tidak terkejut mendengar berita itu. "Apa yang terjadi?" tanya Dafandra. "Putri Alisya menyinggung pejabat di kota Fillozh. Sekarang dia dibawa pergi oleh pejabat yang bernama Daryan," jelas Arys sedikit cemas. "Baiklah, kita segera susul Daryan," kata Dafandra. Dia segera keluar dari kerta kuda dan menaiki kuda miliknya. Bersama Arys dan tiga orang pengawalnya Dafandra bergerak cepat mengejar rombongan Daryan. Sementara itu Alisya terikat di dalam kereta Daryan. Lelaki yang berusia lima puluh lima tahun itu terus memandangi Alisya. Dia sangat penasaran dengan asal-usul wanita di depannya. Saat itu Alisya tidak banyak menggunakan aksesori, hanya sepasang anting dan sebuah kalung. Daryan menaksir harga sebelah anting Alisya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 36 Kematian Daryan

    "Maaf Tuan Daryan, saya tidak bisa menerima lamaranmu." Alisya mengembuskan napas berat . Lelaki berjubah hitam terlihat tidak suka mendengar penolakan Alisya. Perasaan Alisya tidak enak. Baru beberapa saat yang lalu pria itu membunuh orang. Sekarang dia melamar seorang wanita untuk putranya. Bukankah ini terlalu mulus? "Kenapa?" "Bukankah sudah aku katakan sebelumnya, aku telah menikah ...." Belum selesai Alisya berucap Daryan memotong ucapan Alisya, "Berbohonglah yang lebih masuk akal!" Alisya mendengkus kesal. Dia begitu jengkel dengan tingkah Daryan. Seringai licik Daryan kembali terlihat di bibirnya. "Aku tidak berbohong, Tuan Daryan. Kita mungkin bisa berdamai, tetapi tidak dengan cara pernikahan." Entah bagaimana Alisya harus menjelaskan, satu-satunya kejujuran yang dia ucapkan adalah tentang status pernikahannya. "Lalu bagaimana caramu menawarkan perdamaian?" tanya Daryan. "Sebutkan saja berapa nominal yang kamu inginkan," ujar Alisya memberikan penawaran. "Meski aku b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 37 Hukuman

    Sesampainya di dalam kereta Alisya masih terdiam. Dafandra pun masih membiarkan Alisya memeluknya. "Apa kamu terluka?" tanya Dafandra sambil membelai rambut merah sang putri. Lidah Alisya yang kelu tidak mampu mengeluarkan suara. Sang putri hanya menggeleng pelan. "Syukurlah jika kamu tidak terluka. Tidurlah! Tidak perlu takut. Ada aku di sini." Dafandra mengembuskan napas berat seraya memandang wanita yang tidur dipangkunya. Rasa hangat dan bahagia tiba-tiba saja memenuhi hati Dafandra. Apakah karena dia berhasil membunuh seorang pejabat kerajaan? Ataukah karena pelukan hangat dari putri berambut merah? 'Rasa takut membuatmu begitu jujur dan memelukku tanpa berpikir. Aku rasa hal ini tidak akan bertahan lama, terlebih setelah kesadaranmu kembali.' batin Dafandra gelisah karena merasa dipermainkan. Ketika pagi hari datang Alisya terbangun masih dengan posisi yang sama, kemudian menyingkir dari pangkuan pangeran kedua Kosmimazh. 'Semalam yang mulia tidur dengan memangkuku. Ku

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 38 Pilar Kerajaan

    Setelah cukup lama beristirahat, rombongan Dafandra kembali berjalan menuju Tigryzh. Dalam perjalanan Alisya menyodorkan ramuan herbal pada pangeran kedua Kosmimazh untuk menambah stamina setelah semalam bertarung. "Tanganmu memar!" Dafandra terkejut ketika melihat pergelangan tangan Alisya yang berwarna merah. "Ah ini ... bukan masalah. Aku telah mengobatinya," jawab Alisya. Dafandra masih mengamati pergelangan tangan sang putri. "Yang Mulia ... ramuan herbal ini kubuat khusus agar staminamu kembali pulih. Tenang aja, rasanya tidak pahit." Alisya kembali menyodorkan ramuan buatannya, baru kemudian sang pangeran meminum sampai habis. Setelah gelas dalam genggaman Dafandra kosong. Alisya mendekat sambil menatap wajah tampan sang pangeran. 'Aku berhutang nyawa keladamu.' Tangan sang putri terulur menyentuh bahu kekar pria berambut pirang. "Jangan sentuh aku!" ucap Dafandra pelan sambil menepis tangan mulus Alisya. "Kenapa? Bukankah kamu memintaku untuk memijat?" sepasang alis A

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 39 Serangan Balasan?

    "Habisi mereka!" perintah Dafandra segera. Seketika suasana kembali menegang. Segerombolan pasuka berbaju hitam datang menyerang rombongan Pangeran Dafandra. "Apakah itu orang suruhan Daryan?" tanya Alisya khawatir. "Entahlah." Dentingan pedang, ringikan dan derap langkah kuda terdengar nyaring. Pria berbadan kekar di samping Alisya bangkit dari tempat duduk untuk menyambut serangan orang-orang tidak dikenal. Akan tetapi, sebelum Dafandra melangkah ke luar kereta, Alisya mencengkeram erat lengan sang pangeran. "Tolong jangan pergi!" pinta putri berambut merah dengan tatapan memelas. Dia masih terlihat ketakutan mengingat belum lama ini dia mengalami hal yang sama. Pertarungan sengit terjadi dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang. Pasukan elit pangeran kedua pontang-panting menghadapi serangan musuh yang terlatih dalam jumlah banyak. Seorang dari penyerang itu masuk ke dalam kereta dan menyerang Alisya dengan pedang. Akan tetapi, sebelum serangan itu sempat mendarat di kuli

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Ekstra part 3

    Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Ekstra part 2

    "Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Ekstra part 1

    Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Terima Kasih Pembaca

    Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ❤️❤️❤️

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 234 Pelukan Ibu

    Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 233 Melabuhkan Rindu

    "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 232 Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 231 Layang-layang

    "Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe

  • Dalam Genggaman Sang Raja   Bab 230 Lima Puluh Gadis Dan Tiga Bangsawan

    "Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan

DMCA.com Protection Status