Share

6. Akhir Sebuah Pesta

Penulis: HANINA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 09:17:39

"Sungguh nikmatnya hidup ini, harta, kekuasaan dan wanita." Esteban tertawa di dalam kamar sambil memeluk gadis malam, bayarannya. Ia tidak tahu jika di luar kamar, Adam dan para pengawalnya Jonathan sudah siap untuk menyeretnya keluar dan mempermalukannya.

"Buka," titah Adam kepada resepsionis yang sudah memegang kartu kunci kamar.

"Tit," suara kunci terbuka, sang resepsionis mendorong pintu kamar yang ditempati Esteban untuk berbuat maksiat itu terbuka. 

Esteban masih sibuk, berkubang dengan nafsunya sehingga tidak menyadari jika ranjang yang ditempatinya telah dikelilingi oleh Adam dan pengikutnya. Laki-laki berambut putih itu masih merancau kata-kata kotor sambil menikmati gadis bookingannya.

"Enak?" tanya Adam.

"Sangat." jawab Esteban tidak sadar.

"Tuan," panggil gadis itu karena melihat orang-orang di sekelilingnya.

"Ada apa?"

"Itu, Tuan."

"Diam dan layani saya. Saya sudah membayar mahal tubuhmu!" bentak Esteban sambil meneruskan permainannya.

"Baiklah, Tuan da Silva. Saya tidak bisa menunggu lama. Semalaman, saya belum tidur."

Esteban berhenti, mencoba mencerna suara seorang laki-laki di dekatnya.

"Tuan, banyak orang telah masuk ke sini." ucap gadis yang masih berada di bawah tubuhnya Esteban.

"Di belakang, Tuan." imbuh gadis itu mengingatkan.

"Selamat malam, Tuan da Silva?" Adam tersenyum mengejek setelah Esteban dengan terburu-buru bangkit dari tubuh gadis bayarannya lalu menoleh kepada Adam.

"Kau …, Berani-beraninya mengganggu kesenanganku!" teriak Esteban dengan menuding telunjuknya ke arah Adam.

"Saya akan membawa Anda  bersenang-senang di gedung Smith Corporation, sekarang juga." jawab Adam enteng.

"Seret dia keluar dari sini! Jangan biarkan, Tuan Smith, menunggu." titah Adam kepada anak buahnya.

"Jangan menyentuh saya, sebentar lagi, saya yang berkuasa. Si Smith, akan saya pastikan untuk menjadi gembel di jalanan. Dan kalian akan mengikuti jejaknya, kelaparan dan terlunta-lunta."

"Well, kita buktikan saja, nanti, Tuan da Silva." Adam menggerakkan tangannya, memberi kode untuk membawa Esteban secara paksa.

"Berengsek, bajingan, lepaskan saya!" teriak Esteban yang ingin melepaskan diri dari cengkraman kedua pengawalnya Jonathan. Tubuhnya masih polos, tidak memakai selembar kain pun.

"Siapa namamu?" Adam memandang gadis penghibur, sewaan Esteban dengan rasa kasihan.

"L-lily, Tuan." gadis itu mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat. Ia menundukkan kepala karena takut dan malu.

Adam menatapnya dengan kasihan, gadis ini sangat muda. Seumuran dengan adik perempuannya. "Kau terpaksa melakukan pekerjaan ini?"

Lily mengangguk.

"Karena apa?" tanya Adam.

"S-saya …."

Berpakaianlah, bereskan barangmu. Saya akan menebusmu."

"Tuan," panggil Lily dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ini bukan uang saya, tapi uang bos saya." Adam memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya lalu keluar kamar.

"Terima kasih," gumam Lily sambil menangis haru.

***

"Kumpulkan semuanya lalu masukkan kedalam mobil!" perintah Adam kepada orang-orangnya. Mereka masing-masing telah menyeret komplotannya Esteban dalam keadaan tak berbusana. Peristiwa ini seperti penggerebekan bisnis lokalisasi murah di daerah kumuh.

"Berengsek!"

"Bajingan!"

"Lepaskan kami!" 

Teriakan-teriakan dari Esteban dan komplotannya terdengar ricuh.

Adam mengeluarkan selembar cek lalu meninggalkannya di meja resepsionis.

"Tuan." salah satu orangnya Jonathan menghampiri Adam.

"Berangkat." titah Adam.

"Lily, ikut saya." Adam memandang segerombolan gadis-gadis penghibur yang menangis lalu memeluk Lily sebagai salam perpisahan kepada teman seperjuangannya. Pria muda itu menghela napas, tidak mungkin menebus mereka semua, keluar dari tempat Hina ini.

***

Adam membawa mereka ke tempat tujuan setelah menurunkan Lily di rumahnya. Esteban dan gerombolannya didorong tersungkur di lantai besi di sebuah ruangan tertutup.

"Berlutut!" perintah Adam.

Mereka terjatuh di dinginnya lantai. Tidak tahan dengan rasa dingin yang mulai menusuk kulit mereka, Esteban dan komplotannya, memeluk tubuh mereka masing-masing. Sesaat kemudian, pandangan mereka tertuju kepada sepasang sepatu pantofel hitam yang sangat mengkilat. Pemiliknya duduk dengan santai di kursi kebesarannya, menyaksikan tubuh polos yang sedang bergetar menahan dingin.

"J-jonathan Smith?"

"Halo …, Tuan da Silva?"

Tbc

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rest_in
ceritanya seruuuuu bikin penasaran .. jadi pengen baca terus and teruuusss, sekarang tinggal rajin - rajin ngumpulin poin biar bisa lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   7. Wajah Asli Jonathan

    "Kau …." Esteban mengacungkan tangannya. "Ya, ini saya, Jonathan Smith." Jonathan masih belum merubah posisi duduknya. Berpakaian jas mahal yang masih rapi dan menyilangkan kakinya. Tangan kanannya terdapat rokok yang terselip di jari tengahnya. "Dingin?" tanya Jonathan dengan santai lalu menatap segerombolan pengkhianat itu dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Apa-apaan ini, Jonathan!" teriak Esteban. "Tuan Smith, panggil nama saya, Tuan Jonathan Smith." Jonathan menegaskan. "Apa maksudmu, membawa kami ke sini dalam keadaan telanjang!" hardik Esteban yang berapi-rapi sambil menahan rasa dingin yang sudah menusuk kulitnya sejak tadi. "Adam," panggil Jonathan sambil merentangkan satu tangan kanannya Adam mengambil sebuah cambuk besi, lalu menyerahkannya kepada Jonathan. "Katakan, apa tujuan kalian menjebak kepala manajer bagian produksi di kantor cabang kota barat?" "Apa maksudmu?" tanya Esteban Jonathan mengibaskan cambuknya ke udara, suara lecutan benda lentur itu membua

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   8. Kembalinya Magdalena

    Esteban menelan ludahnya dengan susah payah. Ia mati kutu, harusnya ia tahu, siapakah Jonathan yang sebenarnya. Seorang pengusaha sukses dengan latar belakang dari keluarga miskin. Anak yatim yang hidup di jalanan bisa berubah nasibnya dalam waktu singkat, pasti ada sesuatu usaha yang mendukungnya. Bodohnya ia tidak berpikir sampai kesitu. Dunia hitam dan anak jalanan sudah seperti daging dan darah, menyatu dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jonathan pasti dengan mudah mengetahui gerak-geriknya yang menyeleweng di perusahaan. "Tuan Smith, Tuan, maafkan saya, saya khilaf, saya tidak sengaja. Ampuni saya, Tuan." Esteban kembali merangkak, meraih kaki Jonathan yang terbungkus sepatu pantofel yang mengkilat. Keenam orang pengikutnya Esteban, juga melakukan hal yang sama. Jonathan tersenyum sinis menatap malas ketujuh lak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   9. Akhir dari Para Pengkhianat

    Dua jam sebelumnya.Jonathan berdiri di depan pintu ruangan besi bersama Adam. Sebelum pergi ke kantor, ia menyempatkan diri untuk melihat, manusia terakhir yang menjadi pemenang dari perebutan mantel."Buka pintunya," titah Jonathan kepada penjaga pintu."Baik, Tuan." Penjaga itu bergegas membuka pintu untuk Jonathan dan Adam, di belakangnya, beberapa pengawal pribadi ikut masuk ke dalam sebagai pengawal keselamatannya Jonathan.Hawa dingin menusuk kulit Jonathan dan Adam setelah pintu ruangan tersebut dibuka. Tampak seseorang sedang duduk di pojok ruangan sambil memeluk kakinya. Sedangkan tubuh enam orang lainnya tergeletak di lantai dengan keadaan yang mengerikan. Berlumuran darah dan membiru karena beku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   10. Pertemuan Jonathan dan Magdalena

    "Ck … dia tidak ada di sini," gumam Magdalena setelah masuk ke ruangan direktur milik Jonathan."Tuan Smith sedang rapat, Nona." jawab Adam."Lalu? Kenapa kau masih ada di sini?""Maksud, Nona?""Kau asisten pribadinya, seharusnya kau berada di sampingnya saat ini. Apalagi dalam keadaan rapat penting."Adam menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Bosnya menyuruhnya untuk menjemput tunangannya. Dan kini orang yang dijemputnya menyalahkannya karena tidak mendampingi bosnya. Serba salah, bagaikan buah simalakama."Tunggu apalagi?" Magdalena gemas karena asisten tunangannya yang cerdas itu mendada

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   11. Wanita Lain

    Setelah satu jam berlalu, Magdalena terbangun dari tidurnya. Gadis itu mengerjap, merasakan hangat karena selimut. Bau parfum yang segar menyeruak dalam hidungnya. Magdalena tersenyum, bau khas parfum itu adalah milik Jonathan, tunangannya. Rasa hangat yang menyelimuti tubuhnya ternyata berasal dari jas mahal laki-laki itu. Ada rasa bahagia yang ia rasakan dengan hal simple tersebut."Nathan," panggil Magdalena. "Oh, kau sudah bangun?" Jonathan melepas kaca matanya dan menghentikan ketikan jarinya di keyboard laptop. "Kau sangat sibuk?" tanya Magdalena basa-basi. Ia ingin Jonathan menyambutnya dengan sikap yang hangat, walaupun itu adalah hal yang tidak mungkin. Karena sedari awal Magdalena tahu jika Jonathan adalah laki-laki dingin tak tersentuh. Sama seperti ayahnya. Dua laki-laki yang hampir mirip sikapnya, tapi Magdalena menyukainya."Sudah waktunya makan siang, aku lapar." Jonathan mematikan laptopnya. "Ayo kita pergi makan di luar." perkataan yang tidak diharapkan oleh Magdale

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   12. Keinginan Maria

    Pegangan tangan Magdalena mengendur, saat Jonathan menyapa balik wanita itu. Sungguh di luar dugaan. Jonathan mau berhenti dan meluangkan waktu untuk berbicara dengan wanita yang tak pernah dilihatnya itu."Halo juga Maria, kabarku baik." Wanita itu mengulurkan tangannya dan Jonathan melepaskan pegangan tangannya dari Magdalena. Mereka berjabat tangan lalu wanita itu melempar senyumnya lagi. Pemandangan yang sangat menyebalkan.Magdalena seperti orang ketiga di antara mereka. Ekor matanya melihat jika wanita itu terlihat berkelas dan dewasa. Kalau dilihat … sepertinya ia lebih cocok bersanding dengan Jonathan dibanding dirinya. Wanita itu berpakaian kantoran, sangat rapi dan berkelas. Magdalena menghela napas, rasanya ia ingin berteriak dan mencegah mereka untuk ngobrol. 'Hentikan! Menjauh dari Jonathan!' tapi itu hanya bisa diucapkan Magdalena dari dalam hatinya."Kenalkan, Magdalena Morris, tunanganku." suara Jonathan seperti angin segar yang berembus. Seketika Magdalena menoleh k

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   13. Pemuda Miskin

    "Namanya, Maria Soriano, putri tunggal dari Mark Soriano. Pemilik Soriano Corporation, perusahaan asamble mobil. Saingan terberat dari Smith Corporation. Mark Soriano juga pemilik organisasi gelap di negara bagian barat." "Maria adalah juniorku di universitas Cambridge. Dia banyak membantuku, ketika aku masih miskin dan kesulitan. Kami berpisah setelah aku lulus dan memulai bisnisku di negara ini." Jonathan menjelaskan secara detil asal usul Maria dan latar belakang pendidikannya. "Hanya teman?" tanya Magdalena lirih."Lebih dari itu." "A-apa maksudmu?" mata Magdalena mulai memanas. "Dia penolongku, pernah menyelamatkanku saat duel besar antara organisasi gelap yang memperebutkan daerah kekuasaan. Aku hampir mati kehabisan darah jika, Maria, tidak tepat waktu membawaku ke rumah sakit." Kata-kata Jonathan masuk akal. Tapi entah kenapa Magdalena tetap tidak menyukai wanita bernama Maria. Tatapan dan gesture tubuh wanita cantik itu membuat Magdalena curiga. Wanita itu menargetkan Jon

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   14. Imbalan untuk Maria

    "Berhenti!" teriak seorang gadis yang turun dari mobil mewah merk mahal edisi terbatas, Maybach. Berpakaian rapi, terlihat elegan dan sangat cantik. Dilindungi beberapa pengawal berjas hitam. Gadis itu menghampiri Jonathan yang hampir saja diinjak oleh pemuda yang berdiri di atasnya. "Pengawal, seret dia!" gadis itu memerintahkan pengawalnya untuk menyeret pemuda sombong nan arogan yang berusaha melukai Jonathan. "Hei, siapa kalian?" Ketua geng itu tidak terima karena ada orang yang mengganggu kesenangannya."Beri pelajaran, jangan berhenti sebelum dia pingsan." titah gadis cantik itu."Baik, Nona!" segerombolan laki-laki berjas hitam membungkuk lalu pergi dengan membawa pemuda yang telah mengganggu Jonathan tadi. "Lepaskan, lepas! Aku tidak kenal kalian, kenapa kalian menggangguku!" teriak ketua geng itu."Sayang," kekasih pemuda itu berlari mengikuti kekasihnya yang sedang diseret."Semuanya, bantu kekasihku!" jerit gadis itu memohon teman-temannya agar berbuat sesuatu.Namun angg

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   90. Tak Terduga

    “K-kenapa kau ada di sini?” Maria mundur beberapa langkah. Ia tidak mengira jika bukan Magdalena yang berada di dalam karung. Melainkan Jonathan Smith. Orang yang sangat dicintai dan sekaligus dibenci oleh Maria.“Karena saya ingin melihat orang yang mencoba mengganggu hidup saya, Maria.” Jonathan melepas wig yang diambil dari toko di mana Magdalena diculik.Ide menyamar menjadi Magdalena itu datang secara tiba-tiba. Saat Jonathan melihat seseorang membuntuti Magdalena lalu ikut masuk ke ruang ganti. Awalnya Jonathan ingin menghajar laki-laki yang berusaha menculik Magdalena. Tapi kemudian Jonathan mempunyai ide untuk berpura-pura menjadi Magdalena agar bisa mengetahui siapa dalang dibalik rencana penculikan Magdalena.Setelah menemukan karung yang berisikan Magdalena. Jonathan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Magdalena. Ia lalu mengambil sebuah wig berwarna pirang yang mirip dengan rambut Magdalena. Dengan bantuan anak buahnya, Jonathan masuk ke dalam karung lalu diikat seper

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   89. Surprise

    Jonathan waspada, ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi Magdalena. Seseorang itu masuk ke ruang ganti. Jonathan sangat marah tapi ia menahan amarahnya demi senuah rencana yang sedang di susunnya.Jonathan mengambil sebuah wig lalu memanggil beberapa anak buahnya.Sementara itu di dalam ruang ganti, Magdalena terkejut di saat akan membuka kancing bajunya ada laki-laki yang masuk ke ruang di mana ia berada. “Siapa kau?”Laki-laki itu diam, tidak menjawab lalu membekap mulut Magdalena menggunakan sapu tangan.Magdalena meronta sebentar lalu pingsan. Laki-laki itu tersenyum karena sudah berhasil melumpuhkan korban. Ia kemudian mengambil sebuah karung lalu memasukkan Magdalena ke dalamnya. Selesai mengikat ujung karung, laki-laki itu keluar dari ruang ganti tanpa sepengetahuan pelayan toko.Lily yang melihat laki-laki itu berhasil membawa pergi Magdalena, langsung buru-buru meninggalkan toko. Ia berjanji akan neninggalkan negara Azdania agar Adam selamat dari intimidasi Jonathan dan

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   88. Beraksi

    “Adam, hubungi anak buah kita untuk segera ke mansion Moris atau mencari keberadaan Magdalena.”Walaupun Adam bingung dengan maksud dari perintah Jonathan. Ia tidak banyak bertanya dan langsung melaksanakan apa yang Jonathan minta. Sudah berkali-kali Jonathan bereaksi seperti ini dan memang ada kejadian genting yang sedang terjadi.Jonathan berlari keluar ruangan diikuti oleh Adam.“Nona Rodriguez, ubah skedul jadwal pekerjaan saya hari ini. Ada kepentingan mendadak yang harus saya tangani bersama Adam.”“Baik, Pak.” Rebecca juga tidak banyak bertanya. Ia pun juga sudah hafal dengan gerak-gerik Jonathan yang sedang tertimpa masalah.Selesai memberi perintah kepada Rebecca, Jonathan masuk ke dalam lift bersama Adam. Ia menghubungi nomor ponsel Abraham. Tapi sayang ponsel Abraham tidak aktif. Jonathan menebak jika calon mertuanya itu sedang berada di kantor pemerintahan karena saat ini adalah jam kantor.“Sial,” desis Jonathan.“Halo, apakah Nona Moris tidak ada di mansionnya?” Jonathan

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   87. Kecolongan

    “Nona Moris,” Lily menyapa Magdalena.“Kau pasti kekasihnya Adam. Lily, kan, namamu?” tebak Magdalena.“Benar Nona.”“Ayo masuk.” Magdalena menarik tangan Lily. Namun ia berhenti setelah mengingat Adam.“Adam, aku bawa Lily ke dalam. Nanti jam lima sore kau bisa menjemputnya.”“Baik, Nona.”“Lily cantik, pantas kau memilihnya.” bisik Magdalena.Adam hanya tersenyum sambil menggaruk rambutnya.“Sudah, sana pergi. Nathan pasti sudah menunggumu di kantor.”“Baik, Nona.” Adam melambaikan tangan kepada Lily sebelum pergi ke kantor Smith Corp.***“Bagaimana? Kau sudah mengantarkan kekasihmu ke rumah Lena?” tanya Jonathan yang baru saja tiba di kantor.“Sesuai perintah dari Tuan.”“Bagus.”“Tuan tidak bertanya, bagaimana reaksi Nona Moris saat bertemu Lily?” Adam kesal karena Jonathan tidak mencari tahu reaksi tunangannya saat Adam membawa Lily.Jonathan tersenyum tipis, “Dia pasti sangat senang. Senyumnya sangat lebar dan dia tak henti-hentinya bersenandung.”Adam mengernyit, “Tanpa bertemu

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   86. Ancaman

    “Tuan Adam.” Lily kaget melihat kedatangan Adam yang tiba-tiba.“Boleh, aku masuk?”Lily mempersilakan Adam masuk. “Tuan, ada apa?” Lily takut jika ibunya Adam akan marah jika Adam kembali berhubungan intens dengannya.“Lily, jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja Adam.” Sebenarnya Adam rindu, tapi ia menahan diri untuk tidak menyentuh gadis itu karena takut jika Lily akan marah.“Tuan, saya tidak ingin melanggar apa yang sudah saya ucapkan kepada ibu Anda.”Adam menghela napas, sungguh sulit meluluhkan hati Lily semenjak ibunya dengan keras memberi peringatan kepada gadis itu agar menjauhi dirinya.“Tuan Smith ingin meminta bantuanmu.” Adam berharap dengan membawa nama Jonathan, Lily akan memperlakukannya sedikit hangat.“Tuan Smith?” Lily kaget karena Jonathan yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu tiba-tiba ingin meminta bantuannya.“Boleh aku duduk?” tanya Adam.“Oh, silakan duduk.” Lily lupa mempersilakan Adam untuk duduk.“Terima kasih,” Adam duduk. Namun ia merasa tidak ena

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   85. Memancing

    Maria ingin menghubungi orang yang bisa menolongnya dari jeratan Ronald. Namun sayang ponselnya saat ini sedang mati karena baterainya kosong.“Ayolah Nona Soriano. Kau tidak bisa mengelak dari kemauanku.” Ronald tetap saja menarik Maria hingga masuk ke dalam mobilnya. Saat ini kemarahannya harus dilampiaskan. Apalagi Maria adalah partnernya untuk menghancurkan Jonathan Smith. Tentu saja keadaan hatinya yang sedang marah harus ia bagi adil dengan Maria.‘Sialan,’ Maria mengumpat dalam hatinya. Dalam keadaan setengah tidak sadar ia bersumpah akan menghancurkan Ronald. Ia juga tidak peduli jika laki-laki itu juga mempunyai misi yang sama untuk menghancurkan Jonathan.***“Ada apa? Kenapa sudah hampir seminggu ini kau di rumah dan tidak kemana-mana?” tanya Abraham kepada Magdalena.“Aku hanya ingin beristirahat, Pa. Sebelumnya aku sempat kelelahan dan badanku sedikit terasa pegal-pegal.” dusta Magdalena yang tidak ingin memberitahukan larangan Jonathan padanya.“Jangan berbohong, Lena. Pa

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   84. Ancaman

    “Sialan, brengsek! Dia telah menghinaku,” umpat Ronald yang saat ini telah sampai di hotel yang ditempatinya. Ia mengamuk, mengobrak-abrik isi seluruh kamar hotel yang ditempatinya.“Tenanglah, Tuan.” ucap Alex, asisten pribadinya Ronald.“Tenang katamu?” Ronald langsung menarik kerah bajunya Alex. “Kau tidak melihat bagaimana wajah si keparat itu ketika menghinaku? Penolakannya sungguh sangat membuat wibawaku turun. Kau tahu, selama ini tidak ada satu pun orang yang pernah memandangku dengan sebelah mata. Namun si Jonathan Smith itu berani-beraninya merendahkanku di pertemuan pertama kami.”“Tenanglah, bukankah sebelumnya Nona Soriano sudah memperingatkan Anda akan kelebihan dari Tuan Smith?”“Sialan,” Ronald melempar tubuh Alex ke dinding. “Aargh,” Alex mengerang.“Kau memujinya?”“Saya hanya mengingatkan Anda, Tuan. Tentu saja saya ingin kebaikan di pihak Tuan. Saya bekerja untuk Tuan.” ucap Alex ketakutan.“Ke mana perginya wanita itu?” Ronald menanyakan keberadaan Maria.“Sepert

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   83. Penolakan

    “Tuan Smith,” Ronald langsung menyambut kedatangan Jonathan yang baru saja keluar dari lift.“Silakan masuk,” ucap Jonathan dingin.“Nona Rodriguez, sediakan dua minuman dingin untuk kami.”“Baik, Tuan.” Rebecca langsung menuju ke pantry untuk membuatkan minuman yang diminta oleh Jonathan.Sedangkan itu Adam langsung mengikuti langkah dari Jonathan dan Ronald. Ia sudah merasa jika ada hal yang tidak beres dengan sikap Jonathan. Maka dari itu ia tidak mau meninggalkan Jonathan sendirian untuk berhadapan dengan Ronald. Adam takut jika emosi Jonathan tidak stabil dalam menghadapi musuh bisnisnya. Walaupun Jonathan belum mengatakan jika Ronald adalah musuhnya. Namun Adam bisa merasakan aura buruk yang dipancarkan oleh Jonathan terkait dengan kedatangan Ronald Robinson.“Tuan, silakan diminum.” Rebecca datang dengan membawa dua gelas cocktail dingin untuk Jonathan dan Ronald.“Terima kasih, Nona Rodriguez.” ucap Jonathan.“Terima kasih, Nona manis.” Ronald mengucapkannya dengan nada yang se

  • Dalam Genggaman Sang Penguasa   82. Feeling

    "Pantas saja Jonathan Smith sangat setia, putri Abraham Smith sangatlah cantik." puji Ronald saat menatap photo Magdalena di berita online."Ck," Maria berdecak kesal."Akui saja, Nona Soriano. Kalau pesonamu tidak bisa mengungguli Magdalena Morris. Kau tidak akan patah hati sehingga ditolak oleh Jonathan Smith." cibir Ronald."Cukup sudah aku mendengarkan ocehanmu. Sekarang apa rencana kita untuk menghancurkan Jonathan Smith?""Aku harus bertemu dulu dengan laki-laki itu sambil menunggu orang-orangku yang menyelinap untuk mencari informasi penting di Smith Corporation.""Heh," Maria kecewa. "Lalu kenapa kau mengajakku bertemu?" Maria berkacak pinggang."Sebagai tuan rumah, harusnya kau menjamu tamu penting sepertiku." Ronald mendekati Maria sambil mengelus pipinya."Lupakan itu, aku tidak akan menjual tubuhku." Maria ingin meninggalkan kamar hotel tempat pertemuannya dengan Ronald. Namun kedua penjaganya Ronald menghalangi kepergian Maria."Apa maksudnya ini?""Jangan berpura-pura bod

DMCA.com Protection Status