Delapan tahun lalu, saat pulang sekolah. Jonathan, bermaksud membantu ibunya bekerja. Anna bekerja menjadi cleaning service di instansi pemerintah. Ia bertugas menyapu dan mengumpulkan sampah di taman-taman kota dan pinggiran jalan raya.Jonathan menggantikan ibunya untuk menyapu bagian lorong sungai yang kering disaat musim panas. Namun kegiatannya terhenti ketika Jonathan menemukan tubuh orang dewasa yang sedang terlelap di pinggir sungai dan sekujur tubuhnya bersimbah darah. Ketika Jonathan ingin pergi meninggalkan tempat itu. Sosok yang sedang terlelap itu membuka mata."T-tolong …."Jonathan menghentikan langkahnya. Ia berbalik lalu mengamati wajah yang penuh dengan bercak darah itu. Ada rasa kasihan melihat laki-laki itu, ia teringat dengan ayahnya yang dihajar oleh kaki tangan rentenir dan mengakibatkan luka dalam yang berujung dengan kematian. Namun mengingat pesan ibunya yang melarangnya berurusan dengan segala hal yang berbau kekerasan dan darah. Jonathan bergerak mundur ke b
"Kenapa kau menggangguku?" tanya Jonathan yang menahan perih di lututnya."Karena kau gembel, merusak pemandangan saja. Sekolah ini sekolahan mahal. Bagaimana bisa seorang gembel sepertimu sekolah di sini?""Singkirkan tanganmu!" Jonathan menepis tangan salah satu temannya yang terkenal paling jahil di kelas. Ia adalah salah satu anak dari pengurus sekolah tempatnya belajar. Selama ini Jonathan menghindarinya agar tidak terjadi perkelahian. Sifat semena-mena dan sering membully teman-temannya membuat Jonathan muak. Namun mengingat pesan ibunya dan keadaan ekonomi mereka, membuat Jonathan menahan egonya agar tidak ribut dengan Mario, si tukang bully."Kenapa?" Mario mencengkram kerah bajunya Jonathan. "Kau ingin melawan, hah?" ejek Mario.Jonathan mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali memukul wajah menyebalkan Mario."Aku bilang, singkirkam tanganmu!" Jonathan menggeram marah."Kalau tidak?" pancing Mario."Rasakan ini!" Jonathan membenturkan kepalanya ke kepala Mario. Cukup sudah
"Pak, saya tidak melakukannya. Mario lah yang telah mengganggu dan melukai saya." protes Jonathan yang tidak terima dirinya telah difitnah oleh mereka."Jonathan Smith, Mario terluka dan banyak saksi menyebutkan kau lah pelaku kekerasan kepadanya. Sedangkan dirimu sehat-sehat saja."Jonathan terdiam, ia kalah telak. Rasanya sia-sia menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada mereka. Jika mereka telah meyakini pernyataan Mario adalah suatu kebenaran."Segera bereskan barang-barangmu dan keluar dari sekolah ini dengan segera. Maaf, kami tidak bisa merekomendasikan sekolah baru untukmu. Karena kasusmu adalah pembullyan terhadap siswa lain." ucap kepala sekolah dingin."Jonathan tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan dari kepala sekolah."Tunggu dulu, kau juga harus minta maaf kepada Mario. Kau tidak boleh pergi begitu saja. Kau sudah melukainya.""Minta maaf?" wajah Jonathan menggelap. Ini sudah di luar batas. Dirinya sudah menerima jika dikeluarkan. Tapi kalau harus meminta ma
"Sudah?" tanya petugas polisi.Jonathan mengangguk, "terima kasih, Pak.""Kembali ke sel sampai pengacaramu datang untuk membebaskanmu.""Baik, Pak." Jonathan kembali melewati Mario yang menatapnya lekat.Tidak lama kemudian, Dante tiba di kantor polisi bersama satu orang pengawal pribadinya dan seorang pengacara. Ia langsung berbincang kepada petugas kepolisian."Mario, ayo pulang. Urusan kita sudah selesai di sini." ajak Vernando yang baru datang dari ruang sebelah."Baik, Pa."Baru saja kedua ayah dan anak itu melangkahkan kaki keluar dari kantor polisi. Seorang petugas polisi memanggil nama mereka."Tunggu dulu, Tuan Garcia." Vernando dan Mario menoleh.Anak Anda, Mario. Harus menjalani tes visum sekarang juga bersama tertuduh, Jonathan Smith." tubuh Vernando menegang mendengar kata visum. Jika hal ini dilakukan, maka …"Tuan Garcia, silakan bawa Putra Anda masuk ke dalam." titah polisi."Ayo," Vernando menyeret Mario kedalam dengan kuat."Aduh, Pa. Pelan-pelan," protes Mario yang
Jonathan terdiam lalu ia menoleh, senyum terbit di bibirnya. "Kenapa tidak? Saya rasa menjadi anak angkat Paman Dante, tidak terlalu buruk." "Hahaha … anak cerdas. Bagaimana kalau sekarang aku antarkan pulang."" Ayo, Paman. Tapi seperti biasa, aku akan turun di perempatan." "Terserah kau saja."***Keesokan harinya.Kasus persidangan pun dimulai. Jonathan yang dibantu oleh Dante tidak menemui kesulitan apapun dalam menuntut Mario dan kawan-kawannya. Dengan bukti dan saksi serta rekaman dari CCTV, Jonathan dengan mudah membuktikan bahwa Mario adalah pelaku pembullyan yang sebenarnya. Dan untuk nasib dari Vernando, kepala sekolah memecatnya secara tidak terhormat. Kepala sekolah juga mengembalikan status Jonathan menjadi siswa di sekolah itu. Sedangkan teman-teman Mario dikeluarkan dari sekolah karena terlibat dalam kasus pembullyan.kejadian tersebut tidak diketahui oleh ibunya Jonathan, dan ia juga tidak menceritakan kejadian tersebut kepada wanita itu. Takut jika ibunya melarang da
Jonathan terperangah melihat pemandangan di depannya. Tampak, Dante berusaha keluar dari mobil dengan Luka berdarah di sekujur tubuhnya. Salah satu anak buahnya juga keluar dari mobil sedangkan yang lainnya sudah tidak bernyawa. Beberapa unit mobil di depan mereka, langsung berhenti. Segerombolan orang keluar dari dalam mobil dengan membawa senjata api berjalan ke arah Dante. Dengan sigap, Rocky menghampiri Dante setelah melancarkan serangan kepada orang-orang yang akan mencelakai Dante.Baku hantam pun terjadi, beberapa orang gerombolan itu jatuh terkapar di jalan setelah terkena tembakan. Begitu pula dengan beberapa teman seperjuangannya Rocky. Laki-laki itu memerintahkan Jonathan untuk tetap bersembunyi karena dia masih kecil dan belum berpengalaman di medan pertarungan. Rocky berusaha menyelamatkan Dante tapi berakhir sia-sia karena jumlah yang terlalu banyak di pihak musuh. Rocky kewalahan dan kini pistolnya telah kehabisan peluru.Keringat bercucuran membasahi tubuhnya Rocky, ia
Mobil terbalik membuat Dante, Jonathan dan Rocky terhenyak. Badan mereka terguncang dan kepala mulai pusing, perut pun terasa mual. Mereka merasakan sesak napas. Namun kesadaran Jonathan masih berfungsi dengan baik. Ia langsung sadar dan tanggap dengan situasi di sekitarnya."Paman Dante, Paman Rocky. Ayo segera cepat keluar! Sepertinya mobil ini sebentar lagi meledak, karena tangki bensin sepertinya telah bocor.""Uhuk, uhuk!" Dante terbatuk, "kau benar sekali Jonathan.""Rocky, ayo kita segera keluar!""B-baik, Tuan." Rocky mendobrak pintu mobil di sebelahnya, karena hanya dialah yang mempunyai kekuatan lebih untuk membuka pintu dibanding Jonathan yang masih kecil.Setelah beberapa kali dobrakan, pintu terbuka. Orang yang pertama kali keluar adalah Rocky setelah itu Jonathan dan yang terakhir adalah Dante. Tubuh Dante ditarik oleh Rocky dan Jonathan karena keadaanya yang terluka parah."Gawat, Paman." teriak Jonathan."Ada apa?" tanya Rocky."Lihatlah di belakang, mereka sudah sangat
"Buam, buam," suara ledakan mobil terdengar sangat keras. Membuat para pengejar Dante dan Jonathan terkejut. Mereka berhenti mencongkel lubang air itu dan menoleh ke arah belakang. Asap hitam membumbung tinggi sedangkan mobil yang mereka sudah periksa tadi, kini telah seluruhnya menjadi kobaran api dilalap si jago merah."Apa yang kalian lakukan?! Kembali congkel pintu air itu secepatnya! Cepatlah, kita tidak ada waktu. Sebelum bala bantuan mereka datang kita harus menemukan mereka." teriak ketua gerombolan."Baik, Kak." jawab mereka serempak.Mereka kemudian bahu-membahu mulai mencongkel pintu lubang air tersebut. Sedangkan di bawah sana, Jonathan telah memutuskan ke mana arah langkah tujuannya."Apakah kau yakin, Bocah? Kita melangkah ke sini?" tanya Rocky cerewet."Saya yakin, Paman. Karena kalau kita melawan arah, darah dari Paman Dante akan terhanyut terbawa air dan mereka akan dengan mudah menemukan kita karena melihat darah yang mengalir ke arah mereka""Oh, betul juga. Kenapa a
“K-kenapa kau ada di sini?” Maria mundur beberapa langkah. Ia tidak mengira jika bukan Magdalena yang berada di dalam karung. Melainkan Jonathan Smith. Orang yang sangat dicintai dan sekaligus dibenci oleh Maria.“Karena saya ingin melihat orang yang mencoba mengganggu hidup saya, Maria.” Jonathan melepas wig yang diambil dari toko di mana Magdalena diculik.Ide menyamar menjadi Magdalena itu datang secara tiba-tiba. Saat Jonathan melihat seseorang membuntuti Magdalena lalu ikut masuk ke ruang ganti. Awalnya Jonathan ingin menghajar laki-laki yang berusaha menculik Magdalena. Tapi kemudian Jonathan mempunyai ide untuk berpura-pura menjadi Magdalena agar bisa mengetahui siapa dalang dibalik rencana penculikan Magdalena.Setelah menemukan karung yang berisikan Magdalena. Jonathan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Magdalena. Ia lalu mengambil sebuah wig berwarna pirang yang mirip dengan rambut Magdalena. Dengan bantuan anak buahnya, Jonathan masuk ke dalam karung lalu diikat seper
Jonathan waspada, ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi Magdalena. Seseorang itu masuk ke ruang ganti. Jonathan sangat marah tapi ia menahan amarahnya demi senuah rencana yang sedang di susunnya.Jonathan mengambil sebuah wig lalu memanggil beberapa anak buahnya.Sementara itu di dalam ruang ganti, Magdalena terkejut di saat akan membuka kancing bajunya ada laki-laki yang masuk ke ruang di mana ia berada. “Siapa kau?”Laki-laki itu diam, tidak menjawab lalu membekap mulut Magdalena menggunakan sapu tangan.Magdalena meronta sebentar lalu pingsan. Laki-laki itu tersenyum karena sudah berhasil melumpuhkan korban. Ia kemudian mengambil sebuah karung lalu memasukkan Magdalena ke dalamnya. Selesai mengikat ujung karung, laki-laki itu keluar dari ruang ganti tanpa sepengetahuan pelayan toko.Lily yang melihat laki-laki itu berhasil membawa pergi Magdalena, langsung buru-buru meninggalkan toko. Ia berjanji akan neninggalkan negara Azdania agar Adam selamat dari intimidasi Jonathan dan
“Adam, hubungi anak buah kita untuk segera ke mansion Moris atau mencari keberadaan Magdalena.”Walaupun Adam bingung dengan maksud dari perintah Jonathan. Ia tidak banyak bertanya dan langsung melaksanakan apa yang Jonathan minta. Sudah berkali-kali Jonathan bereaksi seperti ini dan memang ada kejadian genting yang sedang terjadi.Jonathan berlari keluar ruangan diikuti oleh Adam.“Nona Rodriguez, ubah skedul jadwal pekerjaan saya hari ini. Ada kepentingan mendadak yang harus saya tangani bersama Adam.”“Baik, Pak.” Rebecca juga tidak banyak bertanya. Ia pun juga sudah hafal dengan gerak-gerik Jonathan yang sedang tertimpa masalah.Selesai memberi perintah kepada Rebecca, Jonathan masuk ke dalam lift bersama Adam. Ia menghubungi nomor ponsel Abraham. Tapi sayang ponsel Abraham tidak aktif. Jonathan menebak jika calon mertuanya itu sedang berada di kantor pemerintahan karena saat ini adalah jam kantor.“Sial,” desis Jonathan.“Halo, apakah Nona Moris tidak ada di mansionnya?” Jonathan
“Nona Moris,” Lily menyapa Magdalena.“Kau pasti kekasihnya Adam. Lily, kan, namamu?” tebak Magdalena.“Benar Nona.”“Ayo masuk.” Magdalena menarik tangan Lily. Namun ia berhenti setelah mengingat Adam.“Adam, aku bawa Lily ke dalam. Nanti jam lima sore kau bisa menjemputnya.”“Baik, Nona.”“Lily cantik, pantas kau memilihnya.” bisik Magdalena.Adam hanya tersenyum sambil menggaruk rambutnya.“Sudah, sana pergi. Nathan pasti sudah menunggumu di kantor.”“Baik, Nona.” Adam melambaikan tangan kepada Lily sebelum pergi ke kantor Smith Corp.***“Bagaimana? Kau sudah mengantarkan kekasihmu ke rumah Lena?” tanya Jonathan yang baru saja tiba di kantor.“Sesuai perintah dari Tuan.”“Bagus.”“Tuan tidak bertanya, bagaimana reaksi Nona Moris saat bertemu Lily?” Adam kesal karena Jonathan tidak mencari tahu reaksi tunangannya saat Adam membawa Lily.Jonathan tersenyum tipis, “Dia pasti sangat senang. Senyumnya sangat lebar dan dia tak henti-hentinya bersenandung.”Adam mengernyit, “Tanpa bertemu
“Tuan Adam.” Lily kaget melihat kedatangan Adam yang tiba-tiba.“Boleh, aku masuk?”Lily mempersilakan Adam masuk. “Tuan, ada apa?” Lily takut jika ibunya Adam akan marah jika Adam kembali berhubungan intens dengannya.“Lily, jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja Adam.” Sebenarnya Adam rindu, tapi ia menahan diri untuk tidak menyentuh gadis itu karena takut jika Lily akan marah.“Tuan, saya tidak ingin melanggar apa yang sudah saya ucapkan kepada ibu Anda.”Adam menghela napas, sungguh sulit meluluhkan hati Lily semenjak ibunya dengan keras memberi peringatan kepada gadis itu agar menjauhi dirinya.“Tuan Smith ingin meminta bantuanmu.” Adam berharap dengan membawa nama Jonathan, Lily akan memperlakukannya sedikit hangat.“Tuan Smith?” Lily kaget karena Jonathan yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu tiba-tiba ingin meminta bantuannya.“Boleh aku duduk?” tanya Adam.“Oh, silakan duduk.” Lily lupa mempersilakan Adam untuk duduk.“Terima kasih,” Adam duduk. Namun ia merasa tidak ena
Maria ingin menghubungi orang yang bisa menolongnya dari jeratan Ronald. Namun sayang ponselnya saat ini sedang mati karena baterainya kosong.“Ayolah Nona Soriano. Kau tidak bisa mengelak dari kemauanku.” Ronald tetap saja menarik Maria hingga masuk ke dalam mobilnya. Saat ini kemarahannya harus dilampiaskan. Apalagi Maria adalah partnernya untuk menghancurkan Jonathan Smith. Tentu saja keadaan hatinya yang sedang marah harus ia bagi adil dengan Maria.‘Sialan,’ Maria mengumpat dalam hatinya. Dalam keadaan setengah tidak sadar ia bersumpah akan menghancurkan Ronald. Ia juga tidak peduli jika laki-laki itu juga mempunyai misi yang sama untuk menghancurkan Jonathan.***“Ada apa? Kenapa sudah hampir seminggu ini kau di rumah dan tidak kemana-mana?” tanya Abraham kepada Magdalena.“Aku hanya ingin beristirahat, Pa. Sebelumnya aku sempat kelelahan dan badanku sedikit terasa pegal-pegal.” dusta Magdalena yang tidak ingin memberitahukan larangan Jonathan padanya.“Jangan berbohong, Lena. Pa
“Sialan, brengsek! Dia telah menghinaku,” umpat Ronald yang saat ini telah sampai di hotel yang ditempatinya. Ia mengamuk, mengobrak-abrik isi seluruh kamar hotel yang ditempatinya.“Tenanglah, Tuan.” ucap Alex, asisten pribadinya Ronald.“Tenang katamu?” Ronald langsung menarik kerah bajunya Alex. “Kau tidak melihat bagaimana wajah si keparat itu ketika menghinaku? Penolakannya sungguh sangat membuat wibawaku turun. Kau tahu, selama ini tidak ada satu pun orang yang pernah memandangku dengan sebelah mata. Namun si Jonathan Smith itu berani-beraninya merendahkanku di pertemuan pertama kami.”“Tenanglah, bukankah sebelumnya Nona Soriano sudah memperingatkan Anda akan kelebihan dari Tuan Smith?”“Sialan,” Ronald melempar tubuh Alex ke dinding. “Aargh,” Alex mengerang.“Kau memujinya?”“Saya hanya mengingatkan Anda, Tuan. Tentu saja saya ingin kebaikan di pihak Tuan. Saya bekerja untuk Tuan.” ucap Alex ketakutan.“Ke mana perginya wanita itu?” Ronald menanyakan keberadaan Maria.“Sepert
“Tuan Smith,” Ronald langsung menyambut kedatangan Jonathan yang baru saja keluar dari lift.“Silakan masuk,” ucap Jonathan dingin.“Nona Rodriguez, sediakan dua minuman dingin untuk kami.”“Baik, Tuan.” Rebecca langsung menuju ke pantry untuk membuatkan minuman yang diminta oleh Jonathan.Sedangkan itu Adam langsung mengikuti langkah dari Jonathan dan Ronald. Ia sudah merasa jika ada hal yang tidak beres dengan sikap Jonathan. Maka dari itu ia tidak mau meninggalkan Jonathan sendirian untuk berhadapan dengan Ronald. Adam takut jika emosi Jonathan tidak stabil dalam menghadapi musuh bisnisnya. Walaupun Jonathan belum mengatakan jika Ronald adalah musuhnya. Namun Adam bisa merasakan aura buruk yang dipancarkan oleh Jonathan terkait dengan kedatangan Ronald Robinson.“Tuan, silakan diminum.” Rebecca datang dengan membawa dua gelas cocktail dingin untuk Jonathan dan Ronald.“Terima kasih, Nona Rodriguez.” ucap Jonathan.“Terima kasih, Nona manis.” Ronald mengucapkannya dengan nada yang se
"Pantas saja Jonathan Smith sangat setia, putri Abraham Smith sangatlah cantik." puji Ronald saat menatap photo Magdalena di berita online."Ck," Maria berdecak kesal."Akui saja, Nona Soriano. Kalau pesonamu tidak bisa mengungguli Magdalena Morris. Kau tidak akan patah hati sehingga ditolak oleh Jonathan Smith." cibir Ronald."Cukup sudah aku mendengarkan ocehanmu. Sekarang apa rencana kita untuk menghancurkan Jonathan Smith?""Aku harus bertemu dulu dengan laki-laki itu sambil menunggu orang-orangku yang menyelinap untuk mencari informasi penting di Smith Corporation.""Heh," Maria kecewa. "Lalu kenapa kau mengajakku bertemu?" Maria berkacak pinggang."Sebagai tuan rumah, harusnya kau menjamu tamu penting sepertiku." Ronald mendekati Maria sambil mengelus pipinya."Lupakan itu, aku tidak akan menjual tubuhku." Maria ingin meninggalkan kamar hotel tempat pertemuannya dengan Ronald. Namun kedua penjaganya Ronald menghalangi kepergian Maria."Apa maksudnya ini?""Jangan berpura-pura bod