Beranda / CEO / Dalam Genggaman CEO Alpha / 61| Ibu Mertua Seperti Penyihir

Share

61| Ibu Mertua Seperti Penyihir

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Celine Marais dan Niken Raswani duduk berhadapan di sofa ruang tamu rumah pantainya.

Niken merasa sangat canggung dan tidak tahu harus berbicara apa di hadapan ibu mertua tirinya. Beberapa menit yang lalu usai Celine menarik tangan Niken keluar dari pintu, tiba-tiba perempuan itu nyelonong masuk ke rumah.

Niken tidak bisa mengusir Celine. Tapi, dia juga tidak senang melihat kemunculan perempuan yang kehadirannya sangat mengintimidasi tersebut.

Celine duduk sambil bertopang kaki dengan angkuh. Dia mengipas-ngipaskan tangannya ke badan sambil memperhatikan rumah pantai itu dengan seksama.

Niken sebenarnya tidak tega melihat Celine kepanasan. Dia pun mengambilkan kipas kertas dan mencoba mengipasi Celine.

“Apa-apaan kau ini?” Celine menampik kipas kertas yang sedang diayunkan Niken. “Kau hanya akan merusak tatanan rambutku dengan kipas itu. Lagian kenapa kau tidak memakai pendingin udara?”

“Oh, itu. Sebenarnya, sejak hamil aku tidak bersahabat dengan pendingin udara. Dan kurasa ang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   62| Pengaruh Kuat Celine Marais

    Axel buru-buru kembali ke rumah. Niken sudah menunggunya di ruang makan. Sejumlah hidangan sudah tersaji di sana. Axel terkejut melihat Niken menyiapkan makan siang yang terlihat begitu menggiurkan. Dia senyum-senyum sendiri. “Oh, jadi kau ingin aku cepat-cepat pulang untuk memamerkan hasil masakanmu?” Setelah menanggalkan jas dan menggulung lengan kemeja, Axel segera mengambil piring dan menyantap makan siangnya. Niken masih duduk diam di seberang Axel. Dia hanya memperhatikan Axel yang lahap menyantap masakannya. “Kau tidak ikut makan?” “Tidak. Makanlah lebih dulu. Jika selesai, kita harus membicarakan sesuatu yang penting.” “Katakan saja sekarang,” pinta Axel sambil mengunyah sepotong daging ayam yang dimasak dengan saus kedelai. Niken terlihat ragu-ragu pada awalnya. Karena Axel sudah memberinya izin, Niken tidak perlu ragu dan menunggu hingga Axel selesai makan. “Axel, kita punya masalah besar. Ibu tirimu tadi datang ke sini.” Uhuk! Axel tersedak. Dia memukul-mukul dad

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   63| Masa Lalu

    Niken dan Axel berada dalam perjalanan kembali ke rumah pantai mereka. Mereka benar-benar berkendara dalam senyap. Axel fokus mengemudi meski pikirannya berkecamuk tentang ancaman dan desakan dari Celine. Sedangkan Niken masih memikirkan tentang perkataan Celine mengenai rahasia yang tersimpan di dalam keluarga Marais. Niken tidak pernah nyaman setiap kali berhadapan dengan Celine. Perempuan itu memiliki aura yang begitu kuat sekaligus menakutkan. “Kamu mau es krim?” tanya Axel tiba-tiba. “Apa? Es krim di tengah-tengah musim dingin?” Lima belas menit kemudian, Niken pun masuk ke sebuah minimarket sambil menggerutu. Dia menuju ke tempat es krim dijual. “Dia selalu saja begitu,” gerutu Niken. “Berpura-pura menawarkanku sesuatu tapi sebenarnya dia sendiri yang ingin membeli makanan itu. Ujung-ujungnya aku lagi yang harus turun dan membeli. Tidak bisakah dia sedikit berempati pada perempuan yang sedang hamil?” Tanpa sadar, Niken berjalan sambil mengusap perutnya yang mulai membesar

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   64| Menunggu Itu Menyebalkan

    “Kau akan melakukan pemeriksaan kehamilan hari ini? Aku tidak bisa mengantarmu karena ada pekerjaan. Tapi, aku akan menjemputmu jika sudah selesai.” Itu adalah pesan yang dikirim Axel pada Niken beberapa jam yang lalu. Dia akan menjemput Niken dari rumah sakit sebelum pergi ke pack. Malam bulan purnama. Axel keluar dari kantor lebih awal. Dia harus pergi ke desa dan berkunjung ke packnya. Tempat itu terletak di kawasan hutan sekitar satu jam berkendara dari rumah pantainya. Axel selalu kembali ke pack dan berkumpul dengan kawanannya setiap malam purnama. Mereka akan melakukan perburuan, berpesta, dan merayakan pernikahan sejumlah rekan-rekannya jika ada. Ponsel Axel berdering ketika dia akan meninggalkan kantor. “Alfa, bisa kau datang lebih awal ke pack? Ada sedikit masalah di sini. Dan aku rasa hanya kau yang bisa menyelesaikannya.” Axel memeriksa jam di ponselnya. Dia masih memiliki waktu sekitar satu jam sebelum menjemput Niken dari rumah sakit. Axel mengakhiri panggilan ter

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   64| Menunggu Itu Menyebalkan

    “Kau akan melakukan pemeriksaan kehamilan hari ini? Aku tidak bisa mengantarmu karena ada pekerjaan. Tapi, aku akan menjemputmu jika sudah selesai.” Itu adalah pesan yang dikirim Axel pada Niken beberapa jam yang lalu. Dia akan menjemput Niken dari rumah sakit sebelum pergi ke pack. Malam bulan purnama. Axel keluar dari kantor lebih awal. Dia harus pergi ke desa dan berkunjung ke packnya. Tempat itu terletak di kawasan hutan sekitar satu jam berkendara dari rumah pantainya. Axel selalu kembali ke pack dan berkumpul dengan kawanannya setiap malam purnama. Mereka akan melakukan perburuan, berpesta, dan merayakan pernikahan sejumlah rekan-rekannya jika ada. Ponsel Axel berdering ketika dia akan meninggalkan kantor. “Alfa, bisa kau datang lebih awal ke pack? Ada sedikit masalah di sini. Dan aku rasa hanya kau yang bisa menyelesaikannya.” Axel memeriksa jam di ponselnya. Dia masih memiliki waktu sekitar satu jam sebelum menjemput Niken dari rumah sakit. Axel mengakhiri panggilan ter

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   65| Teror Alat Tes Kehamilan

    “Kau seharusnya tidak menjanjikan untuk menjemputku! Atau kau tidak seharusnya memintaku untuk menunggu!” Niken berteriak dengan berapi-api di hadapan Axel. Axel menarik nafas dalam dan mengembuskannya. Dia melilitkan handuk ke pinggang dan menjelaskan pada Niken dengan nada setenang mungkin. “Aku datang ke rumah sakit dan kau tidak ada di sana. Aku juga sudah berusaha mencari ke restoran terdekat, tapi aku tidak menemukanmu. Entah sudah berapa restoran yang Aku datangi. Dan aku juga sudah berusaha menghubungi ponselmu, tapi tidak aktif. Dan terakhir aku memutuskan untuk memeriksamu ke rumah.” “Kau hanya beralasan! Dari awal kau memang tidak berniat untuk menjemputku. Kau hanya berusaha untuk mempermainkanku, Axel Marais!” “Niken! Niken, tunggu!” Axel bergegas mengadang langkah Niken yang akan meninggalkan kamar mandi. “Ah!” Tiba-tiba Niken mengerang karena ada rasa sakit di perutnya. Dia memegangi perutnya sambil bersandar pada dinding kamar mandi. Axel terkejut. “Ada apa? Ka

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   66| Aku Cemburu

    Niken meninggalkan restoran. Dia sedang berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taxi. Sebuah mobil hitam melaju dengan lambat hingga akhirnya berhenti tepat di depan Niken. Sang pengemudi membuka kaca mobil. Niken yang penasaran pun sedikit membungkuk untuk melihat siapa orang tersebut. “Naiklah!” “Axel?” Niken benar-benar terkejut sekaligus panik. ‘Apa Axel tahu apa yang sedang aku lakukan di sini? Apakah orang yang menguntitku sejak dari rumah memang benar-benar orang suruhan Axel? Ini terlalu mengejutkan untuk menjadi suatu kebetulan.’ Niken sibuk dengan pikirannya sendiri. “Kenapa kau bengong dan masih berdiri di sana? Kau sedang hamil dan jangan terlalu lelah. Cepat naiklah dan kita akan pulang bersama.” ‘Akan lebih aneh dan mencurigakan jika aku menolak, bukan?’ Dengan sangat hati-hati dan gugup, Niken pun masuk ke mobil. Dia duduk diam dan hanya menatap lurus ke depan. Axel mendekatkan bibirnya ke wajah Niken. Gadis itu memejamkan mata dan mengerut di tempat duduknya.

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   67| Pengakuan Cinta Sepihak

    Axel berada di kantornya. Dia duduk dengan gelisah tampak sedang menunggu seseorang. Pintu terbuka. Axel segera menegakkan badan dan memasang wajah dingin. Terlihat dari kedua tangan yang terkepal kuat tengah menahan emosi yang hampir meledak di dalam kepalanya. Marco dan Carlos datang sambil menyeret seorang pemuda berjaket dan bertopi hitam. Pemuda itu terus memberontak, melawan, dan memaki. Dia meminta agar Carlos dan Marco melepaskannya. Kedua pengawal tersebut tidak berniat melepaskannya. Mereka mencengkram semakin kuat kedua lengan pemuda itu lalu menyeretnya sampai ke hadapan Axel. Pemuda itu dipaksa berlutut di depan Axel. Axel bangkit dari kursinya. Dia berdiri dengan kedua tangan terkepal dan menatap pemuda itu dengan begitu tajam. Pemuda itu acuh tidak acuh. Dia dengan santai memijat-mijat rahangnya yang kaku. Wajahnya lebam dan darah segar terlihat masih keluar dari bibirnya yang pecah. “Brengsek!” umpat pemuda itu. “Apa mau kalian sebenarnya? Aku akan menuntut kali

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   68| Axel Selingkuh?

    Axel baru kembali dari jogging. Setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia selalu menyempatkan diri untuk berolahraga atau sekedar lari di sekitar pantai. Begitu kembali ke rumah, Axel berpapasan Niken yang sudah berpakaian rapi dan akan meninggalkan rumah. Axel masih kesal. Dia pun mengabaikan Niken meski begitu penasaran ke mana gadis itu akan pergi. Axel langsung menuju ke dapur dan mengambil segelas air. “Axel, aku pergi dulu!” ujar Niken. Axel hampir tersedak air minum karena kaget. Dia pun melambaikan tangan pada Niken tanpa melirik pada gadis itu. “Pergilah!” Niken urung meninggalkan rumah dan berbalik ke dapur untuk mencari Axel. “Apalagi sekarang?” tanya Axel sedikit ketus. “Apa kau melupakan sesuatu?” Niken tiba-tiba tersenyum ke arah Axel sambil merentangkan tangan dan membentuknya menjadi sebuah hati yang besar. “Axel, aku sangat mencintaimu! Aku mencintaimu seluas langit dan sedalam samudra!” teriak Niken. Dia mengatakan hal itu sambil tertawa kecil untuk menggoda

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   EPILOG

    Di antara desahan napas mereka yang saling memburu, Axel membisikkan sesuatu ke telinga Niken. “Menikahlah denganku, Niken. Jadilah istriku. Jadilah ibu dari putri dan calon anak-anak kita nanti. Menikahlah denganku, cintaku…” *** Beberapa bulan setelah malam tersebut. Seorang perempuan paruh baya tengah membersihkan meja restoran usai pelanggan terakhir pergi. Wajahnya tampak lelah. Tapi dia masih begitu semangat bekerja. Pintu terbuka. “Maaf kami sudah tutup!” ujar pekerja restoran tersebut tanpa menoleh dan tetap mengelap meja. Seorang gadis kecil berusia tiga tahun yang sangat cantik dan menggemaskan berjalan mendekatinya. Perempuan itu menghentikan aktivitasnya mengelap meja. Dia kaget sekaligus terpukau dengan kecantikan gadis itu. “Hai, Nak! Kau datang dengan orang tuamu?” Perempuan itu menoleh ke pintu dan tidak melihat siapa pun. Dia pun berlutut di depan balita itu untuk menyejajarkan posisinya. “Kau datang sendirian? Siapa namamu? Restoran kami sudah tutup. Apa k

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   90| Berikan Hidupmu Padaku _ TAMAT

    Niken berhasil meloloskan diri dari pelukan Axel tanpa menjatuhkan harga dirinya. Dia mengembuskan napas lega usai mengusir pria itu. Tidak lagi terdengar suara Axel yang berteriak maupun mengetuk pintu. Niken kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan dan aktivitas merawat Angelie. Beberapa jam kemudian, Niken pun menuju ke pintu depan dan membukanya. Dia mengintip ke halaman dan tidak melihat Axel di mana pun. Ada rasa penyesalan sekaligus kehilangan di dalam hati kecilnya. Tapi Niken berusaha menepis semua kekhawatiran itu dan kembali fokus pada kehidupannya saat ini. Saat Niken akan menutup kembali pintu, sudut matanya menangkap sekelebat gerakan yang mengganggunya. Nikah pun keluar dan berjalan menuju ke halaman samping. Dia terkejut ketika melihat Axel tengah berbaring meringkuk di ayunan. “Astaga, apa yang sedang dia lakukan di sana? Benar-benar keras kepala. Kenapa dia tidak juga pergi dari sini?” Niken pun kembali kesal dan membanting pintu hingga menutup rapat. Niken p

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   89| Mantan Istriku Mengusirku

    Axel kembali ke rumah pantai dan berlari dengan tergopoh-gopoh. Dia membuka pintu rumah yang tidak terkunci dan berteriak memanggil nama Niken. “Niken! Niken Di mana kau?” Axel tidak menemukan Niken di manapun. “Angelie? Ini papa!” Axel pun berlari menuju ke lantai dua. “Angelie? Kalian di mana? Niken?” Rumah itu benar-benar kosong. Axel tidak menemukan Niken dan putrinya di mana pun. Axel nekat pergi ke kamar Niken. Tempat itu juga kosong. Dia mencari ke ruangan yang lain dan melihat sebuah kamar bayi. Langkah Axel melambat begitu melihat banyak sekali perlengkapan bayi di sana. Axel berlutut di depan ranjang bayi. Dia mengambil salah satu sepatu rajut kecil milik putrinya dan menciumnya dengan air mata berderai. “Di mana kalian berada? Apa sesuatu yang buruk menimpa Angelie? Ke mana aku harus mencari kalian?” Axel tidak tahu lagi harus ke mana. Dia pun kembali keluar dan berdiri di halaman rumah dengan gelisah. Dia letakkan tas ranselnya ke tanah dan berdiri di sana sepert

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   88| Khawatir tapi Malu untuk Mengaku

    Niken berjalan-jalan di sepanjang pantai bersama dengan putri kecilnya. Dia meletakkan Angelie di dalam stroller. Niken terus bercerita sambil menunjukkan banyak hal kepada Angelie. “Maafkan mama, Angelie. Saat seperti ini, aku benar-benar menyesal pada diriku sendiri karena tidak bisa memberikanmu seorang ayah yang bisa kau banggakan di hadapan teman-temanmu kelak.” Niken berlutut di depan stroller sambil menatap sepasang mata bening bayi itu. Angelie tersenyum ceria sambil sesekali memasukkan tangannya ke mulut. Niken mengulurkan telunjuknya untuk membelai pipi Angelie. Bayi kecil itu pun meraih jari Niken dan menggenggamnya erat. “Aku benar-benar merindukan Mama di saat seperti ini. Apa yang dia lakukan sekarang? Apa dia sehat di sana? Betapa berat rasanya harus membesarkan seorang anak sendirian tanpa didukung oleh suami dan keluarga. Kini, aku tahu betapa marahnya Mama malam itu, ketika tahu aku sedang hamil. Aku bisa mengerti jika dia mengusirku dari rumah. Aku benar-benar la

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   87| Axel di Dalam Persembunyiannya

    Niken pulang ke rumahnya yang sepi dan gelap. Tempat pertama yang dia tujuh adalah bekas kamar Axel. Dia buka pintu kamar itu dengan pelan. Di dalam hati kecilnya, Niken berharap ada keajaiban. “Apa yang sedang aku lakukan di sini? Mustahil dia tiba-tiba muncul di sini, kan? Aku bahkan tidak tahu di mana dia saat ini. Setelah kutolak lamarannya, dia pergi begitu saja meninggalkan segalanya.” Niken akan menutup kembali pintu kamar Axel yang kosong. Lalu tatapannya terhenti pada potret Axel berukuran besar dan masih terpasang di dinding. Axel bertelanjang dada dan berpose dengan begitu memikat dalam foto itu. “Hanya foto itu satu-satunya yang masih tertinggal.” Niken mengingat betapa Axel sangat membanggakan foto itu. Saat itulah Niken benar-benar mulai merasakan kesepian. Dia menepis kenangan manis tentang Axel dan lekas menutup kembali pintu kamarnya. Niken pun bergegas menuju ke kamar Angelie. Gadis kecil itu satu-satunya pelipur kesepian Niken saat ini. *** Louis pergi ke pa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   86| Niken, Aku Melamarmu!

    Enam bulan kemudian… “Kau tidak perlu membawakanku bunga dan mainan untuk Angelie setiap kali berkunjung ke sini, Louis.” Niken mempersilakan Louis masuk ke rumah pantai yang kini menjadi miliknya. Louis duduk di ruang tamu. Dia menatap ke arah stroller bayi tempat di mana Niken meletakkan Angelie yang sedang tidur lelap di sana. “Kau sepertinya suka bunga. Dan aku juga sama sekali tidak keberatan jika harus membelikan lebih banyak mainan untuk Angelie. Lihatlah dia tidur dengan sangat lelap. Gadis kecil ini tumbuh begitu cepat.” Niken membawakan minuman untuk Louis. “Maaf jika rumah ini berantakan. Karena aku benar-benar harus mengerjakan semuanya sendiri termasuk mengurus Angelie.” “Kau selalu menolak tawaranku untuk memberikan Angelie pengasuh.” “Tidak apa Louis. Aku tidak ingin kehilangan momen berharga menemani masa-masa pertumbuhan emas putriku.” “Oh, aku datang ke sini untuk mengabarkan padamu bahwa kami sudah memilih sutradara untuk film yang akan kita produksi.” “Ben

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   85| Gadis yang Ditakdirkan Untukku

    Sang pengacara membacakan isi surat wasiat yang kedua. “Tuan Marais mengatakan bahwa Tuan Axel bisa memilih antara surat wasiat pertama atau kedua. Tuan Axel juga bisa menolak perjodohan dengan Nona Clarissa Jordan. Tapi, dia harus bisa menemukan jodoh lain yang telah ditentukan untuknya pada surat wasiat yang kedua.” “Apa?” Celine dan Louis benar-benar terkejut. “Apa maksudmu dengan jodoh lain yang sudah ditentukan? Berapa jodoh yang ditakdirkan untuk Axel?” “Tuan Axel ditakdirkan menjadi pasangan dari dua orang gadis. Gadis pertama memang Nona Clarissa Jordan. Gadis yang kedua adalah putri dari perempuan yang pernah dicintai oleh Tuan Marais.” “Omong kosong!” teriak Celine. Sang pengacara pun menceritakan semuanya pada Celine dan juga Louis dengan disaksikan oleh Carlos. “Tuan Marais memiliki cinta pertama dari kalangan manusia. Tepat sebelum dia menikah dengan ibunya Axel. Karena perempuan ini dari ras manusia, maka Tuan Marais tidak bisa melanjutkan hubungannya. Dia pun memi

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   84| Kelahiran Sang Bayi Alpha

    Celine dan Louis sudah menunggu di kantor notaris yang ditunjuk oleh Tuan Marais. Mereka berkumpul di sana untuk mendengarkan pembacaan surat wasiat oleh pengacara. “Kenapa tidak kita mulai saja?” ujar Celine. “Kami sudah menunggu cukup lama di sini.” Sang notaris berdeham. Beberapa kali dia melirik ke arah pintu dan juga jam tangan. “Tuan Axel belum datang. Saya tidak bisa membacakan surat wasiat ini jika seluruh anggota yang berkepentingan belum hadir.” “Dia tidak akan datang,” seru Louis. “Dia sudah menyerah dan sadar posisinya tidak akan mampu mendapatkan kepemimpinan di perusahaan. Axel sudah gagal memenuhi surat wasiatnya.” Seseorang membuka pintu. Semua yang ada di dalam ruangan sang notaris terkejut. Mereka pikir yang datang adalah Axel. Begitu melihat Carlos yang masuk ke ruangan tersebut, mereka pun mengembuskan napas lega kecuali sang notaris. “Di mana Tuan Axel?” tanya sang notaris. “Tuan Axel sedang dalam perjalanan ke sini. Bukankah batas waktu pemenuhan surat wa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   83| Terbongkarnya Pernikahan Kontrak

    Sebulan pun berlalu usai terbongkarnya status pernikahan kontrak Niken dan Axel. Selama itu pula pemberitaan di media semakin kuat menerpa. Beragam gosip dan fitnah terus bermunculan. Kondisi perusahaan di bawah kepemimpinan Axel semakin menghadapi guncangan. Kerugian terus-menerus terjadi. Proyek-proyek lain yang dipegang oleh Axel pun semakin berguguran dan ditinggalkan oleh para investornya. Perusahaan manajemen artisnya pun mulai ditinggalkan. Pagi itu, Niken terbangun dengan perasaan yang begitu kesepian dan tidak nyaman. Semalaman, dia sibuk mempersiapkan seluruh perlengkapan untuk persalinan. “Seharusnya aku akan melahirkan tepat di hari ulang tahunku yang ke-18. Tapi, belum ada tanda-tanda kontraksai sampai saat ini.” Dan di hari itu pula, masa depan Axel akan ditentukan. Surat wasiat sang ayah jatuh tempo pada hari itu. Axel akan mewarisi seluruh perusahaan Marais atau sebaliknya, dia akan dikeluarkan dari perusahaan dan posisinya digantikan oleh Louis. Niken keluar dari

DMCA.com Protection Status