Pov Rajasa
Aku telah masuk ke dalam perangkap Alexa. Sebagai pria normal sangat sulit bagiku untuk tidak tergoda pada wanita itu. Wajah menawan dengan postur tubuh yang proposional adalah kombinasi yang pas bagi seorang wanita untuk disebut cantik. Profesinya sebagai seorang model membuatnya semakin menarik karena selalu merawat tubuhnya dari atas sampai bawah. Pakaian Alexa juga selalu modis dan fit on body, istilahnya dia selalu tampil sedap dipandang mata.
Orangtuaku yang memperkenalkan aku dengan Alexa Andriani. Mereka berniat menjodohkan aku dengan Alexa, sayang Miranda terlebih dahulu mengisi hatiku sebelum Alexa datang. Namun aku dan Alexa tetap berteman baik, aku tak ada maksud apapun pada Alexa murni hanya pertemanan biasa. Apalagi orangtua kami juga berteman dengan sangat baik, tentu aku harus menjaga hubungan orangtuaku dengan orangtua Alexa juga.
Flashback
Saat itu, Mama dan Papa yang sudah menunggu diruang tamu sambil asyik mengobrol dengan seorang wanita cantik. Terlihat mereka bertiga begitu akrab.
"Eh itu dia Rajasa sudah datang"Ucap Mama sumringah saat melihatku memasuki rumah
"Rajasa sini nak, Mama kenalkan dengan Alexa" ucap Mama. Terlihat gadis itu tersenyum malu-malu sambil menundukan wajahnya
"Alexa ini anak teman Papa, duduklah sini Rajasa kita ngobrol sebentar biar akrab"
Akupun bergabung dengan mereka dan ikut mengobrol untuk manghargai Alexa.
"Hai Rajasa, kenalin aku Alexa, sebenarnya tadi kesini bareng Papaku tapi beliau sudah pulang duluan dan Tante Merry memintaku buat bertemu denganmu, siapa tau kita bisa berteman" Ucapnya dengan suara lembut dan menampilkan senyuman indahnya
"Tentu saja kita bisa berteman Alexa" ucapku padanya.
Tak butuh waktu lama kamipun langsung akrab, saling menanyakan apa kegiatan masing-masing, saling bercerita tentang hobi dan yang lainnya hingga berakhir saling tukar nomor kontak.
Setelah pertemuan itu, aku dan Alexa menjadi semakin akrab. Kami sering bertemu bahkan tak jarang menemani Alexa ke acara-acara penting.
***
Miranda mengetahui bahwa aku memang dekat dengan Alexa, ia sempat marah dan meminta penjelasan tapi setelah aku menjelaskan bahwa aku dan Alexa hanya berteman dia mempercayaiku, terlebih setelah kubuktikan cintaku pada Miranda dengan menikahinya, ia semakin percaya padaku bahwa hatiku hanya untuknya.
Flashback
"Mas, sejujurnya aku insecure dengan Alexa, dilihat dari sisi manapun dia tetap jauh lebih baik dari pada aku" Ucap Miranda saat itu
"Apa yang membuatmu tidak percaya diri jika hatiku yang memilihmu sayang? kamu membuatku merasa nyaman, kamu bisa membuatku merasa bahagia, kamu yang apa adanya membuatku merasa tenang disampingmu" Ucapku"Hm,, mulai deh gombalnya!""Bukan gombal Mir, aku akan buktikan ucapanku ini bukan gombal dengan menikahimu dan membahagiakanmu sayang" Miranda menatapku lekat-lekat, ia mungkin tidak percaya dengan ucapanku tapi aku akhirnya membuktikan bahwa aku memang benar-benar menikahinya.Tak mudah memang mengambil keputusan untuk menikah dengan Miranda. Orantuaku terutama Mama sangat menentang rencanaku. Tapi aku mengancam tidak mau melanjutkan bisnis Papa jika mereka tidak mengijinkanku menikah dengan Miranda.
"Mama tidak samasekali tidak setuju dengan rencanamu menikah dengan gadis kampung itu Rajasa!" Ucap Mama saat aku menyampaikan niatku untuk menikahi Miranda
"Ma, aku sudah menuruti semua keinginan Mama dan Papa, sekarang saatnya Mama dan Papa menuruti kemauanku!""Iya tapi bukan menikahi Miranda sayang, dia tidak setara dengan keluarga kita, lihat orangtuanya yang hanya sebagai petani dan pekerjaanya yang hanya sebagai karyawan rendahan diperusahaan orang, Alexa lebih pantas buat kamu!""Ma, berhentilah memandang seseorang hanya dari status ekonomi dan sosial, Miranda itu bukan karyawan rendahan, dia berprestasi Ma! Orantuanya memang hanya petani, tapi petani juga bukan pekerjaan yang memalukan, itu pekerjaan terhormat!""Cukup Rajasa, kamu seharusnya menuruti kata-kata Mamamu bukan menentangnya, percayalah kami orangtua selalu menginginkan yang terbaik untukmu Rajasa!" Papa yang sedari tadi diam akhirnya bicara."Rajasa hanya mau menikah dengan Miranda, kalau Mama dan Papa tidak mengijinkan, maka hari ini juga Rajasa akan pergi dari rumah ini dan jangan harap Rajasa mau meneruskan bisnis keluarga" Papa terlihat geram dengan jawabanku, sementara Mama diam tak berani menjawab lebih jauh lagi. Aku lalu pergi meninggalkan kedua orangtuaku dengan emosi.Pov Rajasa Flashback Hp ku berbunyi, kuperiksa untuk tahu siapa yang menelpon. Ternyata Mama yang menelponku setelah lima hari aku tidak pulang kerumah, akhirnya beliau menghubungiku. Aku sengaja tinggal di hotel sebagai aksi protes atas larangan kedua orangtuaku terhadap rencanaku menikahi Miranda. setekah beberapa saat berfikir akhirnya kuputuskan untuk menjawab panggilan telpon dari Mama. "Halo Ma""Rajasa, kamu dimana Nak, bagaimana keadaanmu""Rajasa baik""Nak, pulanglah Mama dan Papa khawatir""Tidak usah basa-basi Ma, Rajasa tidak mau dan tidak akan pernah pulang sebelum Mama mengijinkan Rajasa menikahi Miranda""Oke, oke Mama dan Papa ijinkan, tapi kamu segera pulang dulu kita bicarakan baik-baik dirumah""Oke, nanti Rajasa pulang" Jawabku singkat lalu menutup pembicaraan. Sesuai dugaan, mereka mau tak mau akan mengabulkan keinginanku menikahi Miranda. Aku adalah anak satu-satunya, orangtuaku sangat berharap akulah yang akan meneruskan bisnis keluarga dan memang semenjak ak
Pov Rajasa Aku tidak pernah merencanakan untuk menghianati Miranda apalagi setelah ikatan pernikahan menyatukan kami. Aku juga berharap Mirandalah satu-satunya wanita yang akan menemani hidupku hingga menua nanti, karena hanya Miranda yang mampu membuatku selalu tenang di sisinya. Dia selalu tahu bagaimana memanjakan ragaku yang lelah dan dan menguatkan jiwaku yang lemah. Tapi aku hanyalah laki-laki biasa. Selain restu dari Mama, Alexa adalah godaan yang berat dalam rumah tangga kami. Dia seperti tak pernah kekurangan akal untuk menjebaku dan memaksaku masuk kedalam perangkapnya. Mulai dari cara yang halus hingga cara yang frontal dia lakukan untuk mendapatkanku. Flashback "Drrt drrt drrrt" HP ku yang terletak di saku celana kurasakan bergetar, pertanda ada panggilan masuk. Aku yang saat itu sedang online meeting dengan klienku dari Swedia berusaha mengabaikanya. Kulanjutkan meeting ku hingga selesai dengan kondisi terganggu oleh getaran dari HP ku. Setelah meeting selesai, aku me
Pov Rajasa Semakin aku terlihat pasrah dan bingung semakin liar Alexa men*****ku hingga aku sebagai lelaki tak mampu lagi berfikir rasional. Aku memutuskan untuk menggunakan tenagaku membopong tubuh Alexa yang sudah memakai gaun lingerie seksi ke atas kasur empuk yang ada di apartemenya. Alexa terlihat pasrah, aku pun mendekati wajahnya, merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik Alexa kemudian berbisik ditelinganya, mata Alexa terpejam."Alexa, kamu benar-benar menginginkanya huh?" Ucapku dengan nafas yang memburu menahan nafsu.Alexa membuka matanya dia mengangguk lalu tersenyum menggodaku. Pertahanaku runtuh, aku akhirnya melakukan apa yang Alexa inginkan. Alexa akhirnya menang karena aku telah memasuki perangkap Alexa yang nikmat itu. Bahkan aku menikmati perangkap itu, hingga selanjutnya kami melakukanya berkali-kali di belakang Miranda. Seperti tak mengenal dosa, Alexa selalu mengundangku untuk datang ke apartemenya selepas pulang kerja. Kami bahkan pergi bersama keluar
pov Rajasa"Raja kapan kamu akan nikah sama aku?" Tanya Alexa mulai mendesaku, saat itu aku sedang berada di apartemennya."Kasih aku waktu untuk menyampaikan ke Miranda Lexa!""Oke, I will show you something!" Alexa lalu masuk ke dalam kamar mandi dan kembali dengan membawa benda kecil pipih yang ku ketahui itu adalah test pack"Lihat Raja, ini hasil cinta kita" ucap Alexa lalu menunjukan testpack dengan garis merah dua tertera pada benda itu."Alexa kamu hamil?""Yes, it's your baby Raja! Itu sebabnya kamu harus nikahin aku secepatnya"Astaga, aku benar-benar tidak pernah memikirkan resiko ini sebelumnya, bahwa Alexa akan membiarkan dirinya hamil agar semakin bisa mendesaku untuk menikahinya."Alexa, aku tidak mungkin menikahimu tanpa persetujuan Miranda, kasih aku waktu yang tepat buat ngomong sama dia""Aku kasih kamu waktu Rajasa tapi gak banyak, mengingat semakin hari perutku akan semakin membuncit dan kamu tidak mau kan berita aku hamil tanpa suami akan menyebar? Apalagi jika me
Pov Rajasa Hari-hari berikutnya Miranda masih bersikap dingin padaku. Dia sempat menanyakan tentang rencanaku menikahi Alexa dan dia pun berkata bahwa persetujuanya bukanlah hal penting untuk ku menikah dengan Alexa. Miranda memang benar dengan ataupun tanpa persetujuan dari nya, aku akan tetap menikah dengan Alexa karena memang kondisi Alexa sudah hamil. Tapi aku tidak menyangka bahwa Miranda memilih untuk tetap bertahan menjadi istriku. Dia berulangkali mengatakan bahwa dirinya tidak ingin bercerai dari ku dan memilih untuk di madu. Benarkah sebesar itu cinta Miranda padaku? Awalnya aku yang begitu takut kehilangan dia saat ini justru sedikit merasa lega atas pernyataan Miranda. Bukan sekali dia mengatakan bahwa dia akan tetap menjadi istriku, tetapi setiap Mama memancingnya untuk berpisah denganku, Miranda selalu menjawab tegas dengan jawaban yang sama bahwa dia sama sekali tidak ingin berpisah denganku, Miranda lebih baik di madu dari pada harus bercerai denganku. Disatu sisi j
Rajasa terlalu naif, dia mengira istrinya sangat lugu seperti yang terlihat. Rajasa mengira Miranda menerima mentah-mentah rencana pernikahan dirinya dengan Alexa. Dia pikir Miranda tidak mau bercerai dan malah memilih dimadu adalah karena saking cintanya Miranda pada Rajasa seperti apa yang selalu Miranda katakan. Rajasa ternyata tidak mengenal Miranda seutuhnya. Miranda sekuat hatinya menerima semua perlakuan dan penghinaan dari Bu Merry mertuanya, bukan karena Miranda lemah dan tak mampu melawan. Tapi sebagai bentuk rasa hormatnya terhadap suami dan Ibu mertuanya yang sebisa mungkin Miranda anggap seperti orangtua sendiri. Miranda selalu berpedoman, selama Rajasa mencintainya dan menjaga komitmen pernikahanya makan semua rasa sakit, penghinaan dan semua rasa sedih yang Miranda alami dianggapnya sebagai ujian rumah tangga yang akan menaikan derajatnya dikemudian hari. Setelah mengetahui Rajasa berselingkuh, Miranda pun tak banyak berubah. Ia tetap patuh terhadap semua perinta mertu
Miranda berfikir sejenak untuk mencari jawaban yang pas atas pertanyaan Tommy. "Asuransi kan sifatnya untuk jaga-jaga Tom, ya tujuanku untuk jaga-jaga aja, apalagi kami sudah ada anak dan aku sama sekali tidak menghasilkan uang. Jadi aku putuskan membuat asuransi demi keamanan aku dan anak-anaku seandainya terjadi sesuatu dengan suamiku" Miranda menjelaskan kepada Tommy. "Omong-omong hubunganmu dengan Rajasa baik-baik saja kan Mir?" "Baik Tom, kami baik-baik saja, sangat baik malahan" Ucap Miranda berbohong "Oh iya, gimana dengan kerjaanmu Tom, lancar?" Miranda mengalihkan pembicaraan "Lancar Mir, eh kita ajakin yang lain ngumpul yuk? kita udah lama loh gak ngumpul bareng" "Kayaknya aku gak bisa deh dalam waktu dekat ini, soalnya lagi sibuk banget nih sama urusan rumah " Ucap Miranda mengelak "Hm,, oke lah yang sekarang sibuk jadi Ibu rumah tangga!" Tommy meledek. Miranda memaksakan untuk tersenyum. Tommy menyadari ada yang disembunyikan Miranda, tapi Tommy tak ingin menanyaka
Tommy adalah sahabat Miranda semasa kuliah. Saat kuliah Miranda memiliki geng yang selalu kompak dan solid beranggotakan lima orang. Mereka adalah Ratna, Bowo, Satria,Tommy dan Miranda sendiri. Saling membantu dan saling mendukung satu sama lain adalah hal yang selalu mereka lakukan. Itu sebabnya mereka berlima sangat dekat layaknya saudara. Tak terasa benih-benih rasa kagum yang muncul di hati Tommy, lama-kelamaan tumbuh menjadi rasa suka, bahkan mungkin bisa disebut cinta. Tapi Tommy tak pernah menyatakanya pada Miranda juga pada sahabatnya yang lain. Perasaanya pada Miranda ia tutup rapat karena tak ingin merusak persahabatan mereka. Tommy khawatir Miranda tak menyukainya dan malah menjauh jika ia megutarakan perasaanya pada Miranda. Selain itu Tommy ingin membiarkan Miranda fokus berjuang menggapai cita-citanya. Miranda adalah gadis desa yang gigih dalam berusaha. Tujuan Miranda hanya satu melepaskan keluarganya dari masalah ekonomi dan membiayai adik-adiknya sekolah hingga jenja
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y
Di perjalanan pulang dari kantor polisi, di dalam mobil"Dari mana kamu tahu bahwa bukan Devka yang menculik Mahesa, sayang?" Tanya Rajasa penasaran."Aku tahu dari bagaimana cara dia menyampaikanya dan mimik mukanya. Dari feelingku, Devka memang bukan pelakunya!" Ucap Miranda yakin.Rajasa mengangguk mendengar jawaban istrinya. Dia mempercayai istrinya, toh Miranda adalah calon psikolog, mungkin dia mempelajari bagaimana bahasa tubuh Devka ketika berbicara sehingga membuat Miranda mengambil kesimpulan demikian."Apa rencana Mas Raja untuk Devka dan Alexa?" Tanya Miranda penasaran."Biarkan pengacaraku yang mengurus, saat ini aku ingin fokus mencaari Mahesa dan memastikan anak kita selamat" Ucap Rajasa sambil mengelus kepala Miranda. Miranda mengangguk, ia setuju dengan suaminya. Menurutnya keselamatan Devka adalah hal yang terpenting saat ini.***Sudah lima hari Mahesa menghilang tanpa berita, Miranda tak berhenti menangisi anaknya. Miranda bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaa
"Halo Mas, maafkan Hp aku kehabisan baterai" Ucap Miranda melalui panggilan telepon kepada suaminya, Rajasa."Syukurlah kamu baik-baik saja sayang, Mas sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Mahesa? Apakah sudah ada info labih lanjut?" Tanya Rajasa pada istrinya."Belum, Mas. Aku sudah meminta bantuan pihak daycare untuk mengecek cctv untuk mengenali siapa orang yang membawa Mahesa. Tapi anehnya cctvnya mati pada saat kejadian" Miranda menjelaskan pada suaminya"Benar-benar sudah direncanakan dengan rapi rupanya!" Gumam Rajasa mendengar penjelasan istrinya."Sayang, Mas sedang dalam perjalanan ke Bandung. Mas sudah tahu siapa yang menculik Mahesa, sekarang Mas justru mengkhawatirkanmu sayang. Carilah tempat yang aman, jangan sendirian!" Ucap Rajasa."Siapa pelakunya, Mas?" Miranda sangat penasaran."Nanti Mas ceritakan semuanya, pesan Mas kamu jangan sendirian. Jaga keselamatan dirimu baik-baik sampai Mas datang sebentar lagi" Ucap Rajasa serius."Baik, Mas" Miranda menuruti apa y
"Halo Miranda? Tumben malam-malam begini telepon, ada apa sayang?" Jawab Rajasa menerima panggilan telepon dari istrinya yang saat ini berada di Bandung."Mas, Mahesa Mas! Mahesa tidak ada di daycare!" Suara Miranda terdengar panik"Maksud kamu tidak ada di daycare gimana Mir? bicara pelan-pelan!" Rajasa ikut panik mendengar kabar dari istrinya."Tadi sepulang mengajar aku kuliah dulu seperti biasa, tapi saat aku hendak menjemputnya pulang selepas kuliah, Mahesa tidak ada di daycare. Katanya sudah dijemput oleh om nya. Pengasuh daycare mengijinkan Mahesa pulang karena menurutnya Mahesa mengenali orang tersebut sebagai omnya!" Miranda mencoba menjelaskan. Saat ini hatinya sudah kalut karena kehilangan anaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Mahesa saat ini."Bagaimana mungkin Mir? Apakah tidak ada petunjuk atau ciri-ciri orang yang membawa Mahesa?" Tanya Rajasa."Dia laki-laki, tinggi sekitar 170 cm dan terlihat sangat akrab dengan Mahesa, begitu info yang diberikan oleh pengasu
Rajasa meremas foto-foto yang barusan ia lihat pagi ini. Emosi Rajasa naik ke ubun-ubun hingga seolah darahnya mendidih melihat potongan-potongan adegan erotis antara Devka dan Alexa. Bukan karena cemburu, melainkan Rajasa merasa dikhianati oleh orang yang sangat dia percayai di kantornya, Devka.Rajasa bahkan tidak menganggap Devka sebagai karyawan, melainkan sebagai keluarganya sendiri. Rajasa tak habis pikir mengapa Devka tega melakukan hal ini, dari sekian banyak perempuan jalang, mengapa harus mantan istrinya yang ia tiduri. "Aargh brengsek kau Devka!" Teriak Rajasa meluapkan amarah pada dirinya sendiri.Entah siapa yang mengirimkan foto-foto adegan tak senonoh antara Devka dan mantan istrinya Alexa ke meja kerja Rajasa, yang jelas hal ini sukses mengaduk-aduk emosi Rajasa hingga ia tak memiliki fokus yang baik untuk bekerja pagi ini. "Apalagi ini Tuhan!" Ucap Rajasa sambil mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Ia merasa tak mampu lagi menanggung beban. Setelah kematian