Home / CEO / Dalam Dekapan Kakak Ipar / Bab 5. Angin Segar

Share

Bab 5. Angin Segar

Author: Imamah Nur
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah menelpon Alissa, bukannya bersiap-siap Nicholas malah kembali merebahkan tubuh dan memejamkan mata.

Berbeda dengan Nicholasl, Alissa malah tidak bisa tidur. Setelah mendapatkan perlakuan kasar dari mertua, kini dia juga harus menuruti perintah sang atasan. Rasanya berat, tetapi dia bisa apa?

"Argh kalau bisa rasanya aku ingin kabur saja dari bumi ini."Alissa mendesah kasar. Ia menatap wajah lewat cermin dimana bekas tangan Rahma masih tercetak jelas di sana.

Perempuan itu bangkit dari duduknya dan memeriksa keluar. Ternyata Virgo dan mertuanya sudah tidak ada di rumah itu.

"Ah syukurlah mereka ternyata pergi!" Alissa pun bersiap-siap agar saat Nicholas sampai, tidak harus menunggu terlalu lama. Dia juga butuh waktu lebih untuk memoles wajahnya agar bekas tangan Rahma tertutup sempurna oleh make up. Nyatanya, hampir satu jam menunggu di depan rumah, Nicholas belum kunjung tiba, padahal Alissa sudah memaksakan diri bersiap-siap dengan cepat.

"Ah, tahu gini aku makan dulu," desisnya.

Nicholas membuka mata tatkala jam dinding di ruang tengah berdentang 8 kali dan suaranya mengusik gendang telinga. Pria itu mengucek mata sebelum akhirnya duduk dan menatap jam dinding di kamar untuk memastikan, dan reaksinya langsung kaget kala mengingat janjinya dengan Alissa.

Nicholas menyambar handuk dan masuk kamar mandi. Selesai, ia berganti pakaian dan bersiap-siap pergi ke pesta. Setelah itu mengendarai mobilnya dengan kencang.

"Satu jam, nyatanya sampai lumutan nggak datang-datang," gumam Alissa. Nicholas mengerutkan kening. Ternyata Alissa pandai menyindir.

"Masuk!"

Tanpa banyak bicara Alissa langsung masuk ke mobil dan duduk di samping Nicholas. Mobil melaju kencang di jalanan dalam keterdiaman keduanya. Saat memasuki ruangan pesta seseorang memanggil nama Nicholas. Pria tambun mendekat, langsung membahas masalah bisnis dengan Nicholas.

"Tuan, saya masuk duluan," pamit Alissa karena lelah berdiri terus di samping Nicholas. Pria yang diajak bicara itu mengangguk dan Alissa langsung melempar senyum. Senyum yang merekah di bibir manis Alissa membuat Nicholas langsung berkelana dengan kejadian semalam, dimana dia sudah mereguk manisnya. Andai bisa, ia ingin mengulang kembali momen semalam, tentu saja dalam keadaan yang sama-sama sadar.

"Ah apa yang aku pikirkan?" Nicholas menggeleng untuk menyingkirkan pikiran kotor. Sejak tidur dengan Alissa, otaknya menjadi mesum. Ia kembali fokus dengan pria yang sedari tadi mengajaknya bicara.

"Alissa kau juga datang kemari?" Virgo kaget dan sedikit mendorong seorang wanita yang dari tadi digandeng olehnya.

"Iya Mas aku juga diundang." Tak ingin memperpanjang pembicaraan Alissa memilih berbohong.

"Yasudah kita ke sana yuk!" Virgo tersenyum sambil menggandeng tangan istrinya. Dari luar pintu Nicholas melihat Alissa dan mengerutkan kening. Ia segera mengakhiri pembicaraan dan menyusul ke dalam.

"Hai Nik, apa kabar?" Virgo menyodorkan tangan ke hadapan Nicholas, sayangnya Nicholas enggan menjabat tangan Virgo karena kesal telah menggangu wanitanya.

"Baik." Suaranya terdengar ketus.

"Kapan kamu kembali dari luar negeri?"

"Belum lama." Nicholas melirik tangan keduanya yang tertaut.

"Begitu ya? Oh ya, perkenalkan, ini istri saya ... Alissa, waktu kami nikah kamu sudah berangkat ke Eropa ya? Jadi belum sempat hadir ataupun sekedar kenalan."

Deg.

Perasaan Nicholas langsung tidak nyaman.

"Oh ya?" tanya Nicholas dengan begitu santai padahal dalam hati ia sangat kecewa menyadari kenyataan. Ia terpaksa mengulurkan tangannya ke depan Alissa. Alissa yang masih menunduk tidak merespon hingga Virgo menyenggol dengan bahunya.

"Ah, iya Mas?" tanya Alissa gugup.

"Perkenalkan dia Niko, kakak sepupuku," ucap Virgo membuat Alissa langsung melirik Nicholas yang masih terlihat syok. Alissa baru mengerti bahwa Nicholas benar-benar tidak tahu bahwa dirinya adalah istri dari adik sepupunya sendiri.

"Dia atasanku Mas, dia yang mengajak aku kemari," jelas Alissa untuk menghindari salah paham ke depannya. Tangan Nicholas yang menggantung di udara, pria itu tarik kembali karena Alissa telah memilih jujur.

"Oh ya? Jadi sekarang kamu yang mengambil alih jabatan paman?" Virgo kaget. Nicholas mengangguk.

"Maaf, saya harus ke toilet sebentar. " Lirikan Nicholas yang tidak biasa membuat Alissa ingin buang air kecil.

"Hem," sahut Nicholas dengan seulas senyuman manis padahal hatinya sangat hancur.

"Perlu saya antar," lirihnya sambil melirik pada Virgo yang malah fokus melirik ke arah lain dan seperti memberi kode.

"Hmm, tidak perlu," jawab Alissa canggung.

"Aku tinggal sebentar ya, Mas," Pamitnya kemudian pada Virgo. Sang suami menatap Alissa lalu mengangguk.

"Aku ke sana dulu!" Nicholas menepuk bahu Virgo lalu menuju Tuan Erwin dan keluarga. Setelah mengucapkan selamat, dia dipersilahkan untuk menikmati hidangan.

Nicholas mengambil minuman lalu meneguk hingga tandas. Saat ia ingin meraih kue untuk disantap, pandanganya lalu teralihkan pada wanita yang tadi sempat dilirik oleh Virgo. Wanita itu kini berjalan ke arah adik sepupunya yang tampak menikmati hidangan. Nicholas menaruh kembali kue tersebut di atas piring dan pandangannya fokus menyorot pada wanita yang berjalan dengan anggun meskipun perutnya terlihat buncit.

"Mas, aku tak suka diabaikan seperti ini." Wanita itu langsung bergelayut manja pada lengan Virgo. Nicholas masih terus menatap mereka dengan rasa penasaran.

"Kalau benar Alissa istri Virgo lalu siapa wanita itu?" batinnya, pikiran berjalan, tetapi matanya terus fokus menatap dua manusia berlainan jenis itu sambil berpikir keras hingga membuat sebuah guratan di dahi Nicholas tercetak.

"Anak ini nggak bisa jauh-jauh dari kamu loh, Mas." Perempuan di samping Virgo mengusap perutnya lalu memeluk Virgo dari belakang, bahkan beberapa kali mencium kening Virgo.

"Astaga!" Kali ini Nicholas syok melihat kejadian itu, lebih syok dari saat mengetahui bahwa Alissa sudah bersuami.

"Artinya Virgo mengkhianati Alissa, kurang ajar sekali dia mempermainkan wanita. Sepertinya dia harus diberi pelajaran." Nicholas mengepalkan tangan. Saat Virgo menoleh ke arahnya dia pura-pura tidak melihat.

Sementara itu Alissa yang berada di ambang pintu tertegun melihat banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Dia berpikir apakah ada yang salah dengan penampilan dirinya kali ini. Dia yang pikirannya mendadak kacau karena menjadi pusat perhatian orang banyak, langsung tidak bisa fokus, sehingga saat melanjutkan langkah tak sengaja menyenggol bahu seorang pelayan yang lewat di depannya. Minuman yang berada di dalam nampan tumpah mengenai gaun Alissa beserta lantai.

"Ah, maafkan aku," sesal Alissa yang memang tidak sengaja. Saat ia menunduk untuk membantu pelayan membereskan pecahan gelas, kakinya malah menginjak gaun yang dikenakan dan terpeleset.

"Auw!" serunya sambil berusaha menahan keseimbangan tubuh. Kakinya terkena pecahan gelas dan terluka.

Nicholas berlari dan menangkap tubuh Alissa hingga Alissa berada dalam dekapannya. Alissa mendongak, menatap wajah Nicholas dan sebaliknya. Untuk sesaat pandangan mereka bertemu. Sedetik kemudian Alissa mengerjapkan mata dan langsung melepaskan diri dari pangkuan Nicholas.

"Terima kasih atas pertolongannya Tuan," ucap Alissa dengan suara gugup, tangannya dengan cepat mengusap-usap baju yang basah lalu berjongkok dan menarik pecahan kaca yang menancap di kaki dengan wajah meringis.

"Bajumu basah," ucap Nicholas sambil melepaskan jas yang yang melekat di tubuhnya dan memakaikan pada Alissa. Sekali lagi Alissa mengucapkan terima kasih.

"Nanti jasnya akan saya kembalikan di kantor," ucap Alissa sambil bersedekap dengan posisi menunduk.

"Coba aku lihat lukamu!"

"Tidak usah Tuan, hanya luka kecil saja." Alissa mencoba tersenyum untuk menghalau kegugupannya.

"Wah itu baru yang namanya pasangan romantis."

"Sepertinya mereka saling menyayangi."

"Iya ya, mereka cocok ya, kenapa Tuhan tidak menjodohkan mereka saja?"

Entah karena tidak tahu bahwa Alissa adalah istri Virgo atau malah justru karena tahu Virgo mengkhianati istrinya, beberapa tamu undangan yang kesal malah mendukung Nicholas dengan Alissa.

”Seperti pangeran dan permaisuri, yang satu cantik, dan yang satu gantengnya nggak kaleng-kaleng," ucap salah seorang dari mereka lalu terkekeh.

Mendengar ocehan orang-orang yang seakan mau menjodohkan Alissa dengan kakak sepupunya, Virgo langsung menghempaskan tangan Desi dan berjalan cepat ke arah Alissa dengan mata memerah menahan amarah. Sampai di sisi Alissa, Virgo langsung menarik tangan Alissa ke luar ruangan.

"Buka jasnya!" perintah Virgo dengan nada suara kasar.

"Tapi Mas–"

Bukan maksud ingin membantah perintah Virgo, tetapi Alissa tidak ingin orang-orang melihat lekuk tubuhnya yang tercetak begitu jelas akibat gaun yang basah, terutama di bagian dadanya. Apalagi saat menyadari Virgo sendiri tidak memakai jas ataupun jaket di luar kemejanya yang bisa menggantikan milik Nicholas.

"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Virgo sambil menarik paksa jas Nicholas dari tubuh sang istri hingga Nicholas sangat kaget dengan sikap Virgo yang mendadak kasar.

"Aku tidak ingin ada bau tubuh laki-laki lain di tubuhmu," jelas Virgo setelah berhasil melepaskan jas milik Nicholas.

Alissa tidak lagi bicara sepatah katapun. Ucapan Virgo mengingatkan dirinya pada malam terlarang dengan Nicholas. Dalam hati berpikir kalau sampai Virgo tahu akan hal itu maka sudah dipastikan suaminya akan lebih murka dari saat ini.

"Terima kasih atas bantuannya, lain kali kalau masih ada aku tidak usah membantu istriku," ujar Virgo sambil mengembalikan jaket Nicholas pada kakak sepupunya dengan cara melempar kasar. Tatapan yang tadinya ramah kini menyiratkan aura permusuhan.

"Ternyata dia bisa cemburu juga," batin Nicholas dengan senyum meremehkan.

"Kita lihat saja nanti apakah Alissa bisa bertahan dengan pria sepertimu," ujar Nicholas dalam hati.

Pengkhianatan Virgo pada Alissa seperti angin segar bagi Nicholas untuk merebut Alissa dari tangan suaminya. Baginya lelaki seperti Virgo tidak pantas mendapatkan istri seperti Alissa.

Related chapters

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 6. Bimbang

    Nicholas hanya bisa menggeleng saat Virgo menarik tangan Alissa secara kasar menuju mobil mereka. Ia ingin menolong, tetapi Tuan Erwin langsung mencegah. "Jangan! Kau akan menambah masalah jika mendekat!" Pria separuh baya itu menggeleng tegas. "Mas, pelan-pelan kenapa sih?" protes Alissa saat Virgo mendorong tubuhnya dengan kasar hingga kepalanya terbentur ujung sandaran sofa. "Heh, kau berkata seperti itu setelah membuatku marah?" Virgo mendekatkan wajahnya pada wajah Alissa lalu tersenyum menyeringai. "Sudah kukatakan jangan pernah mendekati laki-laki manapun!" "Aku tidak mendekati Mas, tapi tidak sengaja berdekatan karena dia menolongku. Lagipula dia itu atasanku dimana memang harus dekat karena kami bekerja di tempat yang sama. Untuk yang tadi kalau tidak ada Tuan Nicholas pasti aku sudah terjatuh tadi." "Diam! Jangan pernah sebut namanya lagi di hadapanku, aku muak!" "Sebenarnya ada masalah apa kau dengannya?" Alissa takut kejadian malam sebelumnya saat dia bersama Nichol

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 7. Jangankan Makanan, Tubuhmu Bisa Aku Beli

    Pagi-pagi buta, Alissa sudah berkutat dengan bahan-bahan di dapur. Ia yakin pagi ini suaminya akan pulang dan sarapan bersama."Semoga saja, jangan sampai masakan ini mubasir lagi," gumamnya mengingat Virgo akhir-akhir ini saat pulang dari luar kota lebih betah tinggal di rumah ibunya dibandingkan di rumah Alissa seperti biasanya."Sudah beres." Alissa menepuk tangan setelah menyelesaikan proses memasaknya. Ia kemudian membawa menu sarapan di meja makan. Matanya berbinar kala melihat makanan kesukaan Virgo sudah terhidang di sana. Ayam goreng tepung saus asam manis pedas dan broccoli saus tiram benar-benar membuatnya mengingat rasa lapar yang ia tahan semalam. Bagaimana tidak setelah makan spaghetti sisa dari Virgo yang hanya beberapa suap dia tidak mood lagi untuk makan malam.Setelah menutup makanan dengan tudung saji ia segera bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk ke kantor sambil menunggu kedatangan Virgo.Satu jam kemudian Alissa baru siap dengan pakaian kantor. Ia banya

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 8. Pingsan

    "Bisa tidak Tuan jangan selalu menghinaku? Walaupun saya bertahan bekerja di tempat ini bukan berarti saya wanita murahan yang ingin menjual tubuh. Atau jangan-jangan Anda tertarik pada tubuhku ini?" Alissa tersenyum pahit."Bukankah Anda berkata Anda banyak uang? Banyak wanita yang bisa Anda sewa di luaran sana."Nicholas tampak kaget, sesaat kemudian ekspresinya kembali tenang. Ia mendekat ke arah Alissa dan berbisik di telinga."Aku tak pernah menganggapmu seperti itu, tapi kalau kau menawarkan diri boleh juga." Nicholas tersenyum menyeringai. Alissa mendorong tubuh Nicholas hingga pria itu terjerembab ke belakang karena tidak siap dengan dorongan yang diberikan oleh Alissa secara tiba-tiba."Maaf," ucap Alissa dengan gugup. Tangannya terulur untuk membantu Nicholas berdiri. Sekesal apapun dia pada Nicholas, tidak dapat dipungkiri ia takut pria di hadapannya akan murka, terlebih Nicholas punya apa saja yang bisa membalas perbuatannya dengan lebih kasar, bahkan bisa membuatnya mender

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 9. Cemburu Pada Istri Orang

    "Bagaimana keadaannya Dok?" Nicholas segera menghampiri dokter yang tengah membuka pintu setelah sekian lama mondar-mandir di luar ruangan."Pasien telat makan jadi asam lambungnya naik, dan juga kecapean. Tadi sudah sadar dan sekarang sedang tidur, jadi saya harap jangan diganggu dulu karena pasien butuh istirahat."Nicholas menghela nafas berat dan panjang. Ia merasa bersalah karena telah mengambil makanan Alissa sebelumnya. Kalau saja itu tidak terjadi mungkin saja Alissa tidak akan masuk rumah sakit saat ini."Apa yang harus dilakukan?""Untuk sementara waktu pasien harus dirawat di rumah sakit," jelas dokter dan Nicholas hanya mengangguk."Kalau begitu saya permisi." Dokter meninggalkan ruangan dan Nicholas langsung masuk ke dalam untuk memeriksa langsung keadaan Alissa. Benar kata dokter sekretarisnya sedang tertidur pulas. Nicholas duduk di sisi brankar dan menatap lekat wajah Alissa. Wajah cantik yang selalu membayanginya itu terlihat begitu sayu dan banyak beban."Kasihan kam

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 10. Sapi Perah

    "Oh salah dengar ya, tadi kupikir ... ah sudahlah aku memang membutuhkan cotton buds," lirih Aska dan langsung duduk di kursinya sambil menggaruk kepala.Nicholas terlihat cuek padahal dalam hati ingin tertawa melihat ekspresi Aska seperti burung kehujanan dengan rambut basahnya. Mereka berdua langsung fokus bekerja masing-masing, dan tidak ada yang saling berbicara.Di tempat lain seorang pria sedang berjalan menuju wanitanya yang terbaring di atas brankar. Wanita itu habis menghapus pesan dan panggilan masuk di ponsel suaminya sebelum menghidupkan kembali."Ada yang menelpon?" Pria tersebut duduk di samping sang istri lalu mengelus perut istrinya yang buncit."Tidak ada Mas, tadi aku nggak sengaja memencet tombol off. Sekarang hapemu sudah ku nyalakan lagi." Desi mengulurkan ponsel ke hadapan sang suami dan Virgo langsung mengambilnya."Yasudah istirahat sana, kamu nggak boleh banyak lihat hape, kasihan bayi kita kalau terpapar sinar radiasi terus-menerus. Bukannya kata dokter bayin

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 11. Hari Makan Bubur

    "Pagi Tuan! Pagi Pak Aska! Maaf saya sedikit terlambat," ujar Alissa seraya memasuki ruangan."Pagi," jawab Nicholas lalu menyeruput kopi panas di pagi yang begitu dingin akibat hujan di luar yang begitu derasnya."Pagi Alissa! Belum telat kok masih kurang 10 menit jam masuk kerjanya," sahut Aska dengan tersenyum manis. Alissa langsung melihat pada arloji di tangannya."Ah iya, saya pikir sudah jam 7 soalnya Pak Aska sama Tuan Nicholas sudah standby di tempat masing-masing, jadi saya pikir saya telat. Maklum karena terburu-buru jadi lupa lihat jam," jelas Alissa lalu tersenyum canggung ke arah Aska. Saat melirik Nicholas, pria itu terlihat tidak perduli pada sekitar."Tidak apa-apa silahkan duduk. Sudah sarapan?" tanya Aska begitu perhatian. Sontak pria itu mendapatkan tatapan tajam dari Nicholas."Tidak salah kan, saya bertanya seperti tadi?" tanya Aska pada Alissa. Pertanyaan yang sebenarnya ingin menyindir sang bos."Ehem!" Nicholas berdehem lalu bangkit dari duduknya."Tidak kok P

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 12. Bos Aneh

    Daripada memikirkan kedua atasannya, Alissa lebih fokus menyantap bubur di hadapan. Dalam hati ia merasa aneh karena tetap bisa menyantap makanan dengan lahap sementara ada orang muntah di sekitarnya padahal sebelum-sebelumnya Alissa tidak akan dapat makan dengan tenang jika mendengar atau melihat orang muntah."Ah mungkin karena aku lagi lapar kali," batinnya.Sesaat kemudian Nicholas keluar dari kamar mandi diikuti oleh Aska juga. Wajah Nicholas tampak pucat dan pria itu terlihat begitu lemas."Kalian tidak apa-apa?" tanya Alissa setelah meneguk air putih."Nggak apa-apa hanya mual saja," ujar Aska sambil kembali duduk di meja kerjanya. Pria itu menyesap kopi hangat lalu terlihat begitu tenang. Berbeda dengan Aska, Nicholas masih terlihat lemas."Tuan Niko tidak apa-apa?" tanya Alissa pada Nicholas yang kini bersandar pada kursi sambil memejamkan mata. Pria itu terlihat mengkhawatirkan.Nicholas mengangkat tangan sebagai jawaban bahwa dirinya memang tidak apa-apa dengan kondisi masi

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 13. Dipecat Bersyarat

    "Tidak ada, tapi Tuan membuatku bingung." Alissa bersungut-sungut dan Nicholas mendengus kesal."Yang sedang-sedang saja, paham tidak?!""Ya Tuan." Alissa kembali melanjutkan pekerjaan dan kali ini benar-benar begitu hati-hati."Pindah ke depan!""Ya Tuhan, bagaimana ini?" Alissa benar-benar salah tingkah."Dengar tidak?"Alissa diam termenung, dia risih jika harus menyentuh bagian dada Nicholas. Rasanya ia ingin kabur saja dari tempat itu. Berada di samping Nicholas rasanya tidak nyaman. Terutama jantungnya bisa berdetak tiga kali lipat, sungguh tidak aman."Alissa!""Ah iya Tuan?" Alissa gelagapan, dadanya tersentak kaget."Pindah ke depan!" ulang Nicholas. "Jangan banyak melamun jika tidak ingin saya pecat!""Alhamdulillah kalau dipecat," ujar Alissa reflek dan setelahnya ia langsung membekap mulut. Baru sadar kalimat apa yang keluar dari mulutnya."Oh ya? Kalau begitu aku kabulkan, mulai hari ini kamu aku pecat!"Alissa membelalak tak percaya, tapi semoga saja inilah jalan terbaik

Latest chapter

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 63. Rasa Ingin Tahu Nicholas

    Aska termenung ketika menerima telepon dari Laura. Wanita itu menyatakan menyerah setelah satu bulan mencoba membantu agar Nicholas mengingat masa lalu bersama Alissa dengan panduan Aska. "Kak Aska! Kak Aska baik-baik saja, kan?" "Oh ya, maaf aku lagi tidak enak badan," ucap Aska berbohong. Laura meminta Aska untuk beristirahat dan jangan terlalu memforsir memikirkan kisah asmara orang lain. "Baiklah sekarang aku harus mengambil keputusan, aku akan menikahi Alissa." Setelah mengatakan kalimat ini Aska langsung mengakhiri panggilan telepon. Laura tercengang, sesaat kemudian bibirnya cemberut. Sungguh ia tidak setuju dengan keputusan Aska. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Solusinya hanya satu yaitu membuat Nicholas kembali pada Alissa, tetapi ia tidak bisa mewujudkan itu. "Apa pria itu tidak tahu aku masih naksir padanya?" lirih Laura seraya menghela napas kasar. "Tuhan! Kenapa Engkau pertemukan kami lagi jika Kak Aska bukan jodohku?" Laura mengacak rambut. Haruskah dia be

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 62. Salah Paham

    Setelah diusir Nicholas dari ruang kerja, Aska keluar dari perusahaan sambil memijit kencing. Dia berpikir seharusnya Nicholas berterima kasih padanya bukan malah marah dan mengusir. Kalau dia tidak memberitahu ini lalu menikahi Alissa, ketika suatu saat Nicholas mengingat semua, apa yang akan terjadi? Aska tidak dapat berpikir dengan jernih hingga ia memutuskan untuk berjalan-jalan di luar. Dia menunggu Nicholas menelepon untuk mengajak pergi ke pertemuan dengan salah satu kliennya hari ini. Sayangnya hingga hari menjelang siang tidak ada panggilan satupun yang masuk ke ponsel Aska. Pria itu hanya bisa menghela napas berat kemudian pulang ke rumah dengan menelan kecewa. "Kak malam ini jadi, kan?" Tepat jam 6 malam Laura menelponnya. "Jadi." Sebenarnya Aska sudah tidak ingin bertemu dengan Laura setelah Nicholas membentak dirinya. Namun, dia juga tidak ingin membuat Laura kecewa kalau tidak menepati janjinya. Dia melirik jam di tangan kemudian menyetir mobil menuju alamat yang La

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 61. Kemarahan Nicholas

    Esok hari, ketika Aska berjalan menuju mobil hendak ke kantor, ponsel di saku jasnya berdering. Ia hanya melirik dan mengabaikan. Jam sudah hampir pukul 7 pagi dan dia tidak ingin datang terlambat ke kantor. Begitu dia masuk mobil dia menyetel headset dan menghidupkan mesin mobil. "Halo!" Aska menyapa penelpon seraya fokus menatap jalanan. Ketika dia mendengar suara wanita dia langsung melirik nomor penelpon yang tidak diketahui namanya di layal ponselnya. "'Maaf ini siapa?" tanya Aska sambil terus menyetir. Suara penelpon adalah seorang wanita dan itu bukan Alissa. Penelpon menyebutkan nama dan itu membuat Aska terkejut sesaat. "Ya, Laura, ada apa?" "Kak, aku ingin bicara bisa? Terserah Kak Aska mau kita ketemuan dimana. Yang jelas aku ingin meminta tolong. Nanti aku cari alasan pada mama Melati." "Pagi ini tidak bisa, aku harus ke kantor." Terdengar helaan napas berat dari seberang sana. Kemudian beberapa saat Laura berkata, "Ya aku tahu, lain kali saja, bye!" "Eh tungg

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 60. Terpaksa.

    "Oh." Aska hanya mengatakan sepatah kata."Dulu aku naksir Kak Aska loh," ujar gadis itu lalu terkekeh pelan. Pipinya bersemu merah, malu dengan perkataannya yang tidak terkontrol itu."Terima kasih," ucap Aska dengan ekspresi datar. "Namamu Laura, kan? Kamu istrinya Tuan Niko, jadi aku tidak mau terlalu berbasa-basi. Takut beliau salah paham," ucap Aska kemudian."Baik saya panggilkan," ucap Laura seraya bangkit dari duduknya. Di dalam hati dia berpikir Aska tetap saja seperti dulu. Terlalu dingin dengan wanita. Laura jadi penasaran, kira-kira wanita seperti apa yang bisa membuat pria tersebut tertarik."Tunggu!" Laura menghentikan langkah dan menoleh. "Ada apa?" "Sejak kapan kamu menikah dengan Tuan Niko?"Laura mengerutkan kening, bingung kenapa Aska bertanya demikian, pun tidak tahu harus menjelaskan seperti apa."Sejak Niko sadar dari komanya. Dia yang selalu merawat Nicholas dengan telaten di luar negeri. Jadi kami sebagai orang tua berinisiatif menikahkan mereka." Melati ber

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 59. Penyelidikan Aska

    Alissa segera memasukkan sesuatu di tangan ke dalam laci meja tatkala melihat kedatangan Aska. Mereka kini sedang berada di sebuah universitas ternama di kota. Alissa kebetulan ditunjuk menjadi dosen pengganti dari sahabat Aska yang sedang berada di luar negeri. Dagangan gorengan Alissa sudah dipegang oleh orang lain termasuk di semua cabangnya. Semenjak ia melahirkan Nara, dia memutuskan untuk fokus pada bayinya. Aska melirik pada tangan Alissa lalu tersenyum tipis. "Makan yuk!" Alissa mengangguk lalu bangkit berdiri. Keduanya menuju kantin yang berada di perguruan tinggi tersebut. Setelah memesan makanan, mereka langsung menikmati santapan mereka. "Oh ya, Tuan Nicholas sepertinya hilang ingatan sampai sekarang," ujar Aska yang membuat tubuh Alissa terkesiap. Untuk beberapa saat tubuh wanita itu membeku. Buru-buru Alissa meneguk air putih dengan tangan sedikit gemetar. Aska meneliti raut wajah Alissa yang mendadak pucat. Mencoba mengamati ekspresi tersirat dari wajah calon istri

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 58. Bimbang

    "Ya kemarin." Alissa menghela napas, matanya terlihat menyimpan kepedihan."Kapan?" "Saat di restoran, ketika aku mengatakan restoran kehabisan pizza, padahal aku memang tidak ingin berada di dekatnya."Aska mengangguk lemah. Pantas saja Alissa menangis sampai wajahnya sembab, ternyata dia baru bertemu dengan Nicholas."Lupakan dia! Mari kita rencanakan pernikahan kita."Sekali lagi Aska mengangguk. Sayangnya di hati pria tampan ini mulai ragu untuk melanjutkan pernikahannya dengan Alissa. Bukannya tidak cinta, tetapi ia tidak ingin Alissa menyesal setelahnya. Begitu Alissa bertemu Nicholas, seharian penuh Alissa menangis dan bahkan mengabaikan Nara yang biasa menjadi titik pusat perhatiannya.Nara mendekat pada Aska dan duduk di pangkuannya. Ada rasa nyeri yang bergelayut dalam hati saat Aska memikirkan keputusan tentang pernikahannya bersama Alissa. Jika gagal, mungkin dia tidak akan sedekat ini lagi dengan Nara dan jika dia berhasil menjadi ayah sambungnya, apakah itu tandanya Ask

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 57. Tuan Nicholas Kembali

    Mata Aska mengerjap, dia tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Dia mengingat berapa kali dia sudah memohon pada Alissa, tetapi Alissa selalu menjawab dengan kata 'maaf.' Tidak dilanjutkan pun Aska paham dengan jawaban itu. Jadi, dia tidak ingin mengungkit lagi perihal lamaran karena akan membuat komunikasinya canggung bersama Alissa. Namun, sekarang Alissa malah membahas hal itu lagi. Apa dia tidak sedang bermimpi? "Mas Aska! Apa penawaran itu masih berlaku?" Alissa menatap lekat mata Aska. Dia berharap Aska tidak menyimpan rasa sakit di dalam hati setelah beberapa kali ditolak olehnya. "Apa kamu sudah bisa mencintaiku?" Alissa tersenyum getir. "Aku akan berusaha." Aska mengangguk. "Tidak apa-apa selama kamu mengambil keputusan tanpa adanya paksaan, aku tidak masalah. Mungkin suatu hari nanti perasaanmu padaku akan berubah seiring berjalannya waktu." "Jadi?" "Aku akan menikahimu." Senyuman tulus terpatri di bibir Aska. Senyuman yang menawan menambah kharisma pa

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 56. Keputusan Alissa

    Tiga tahun kemudian, seorang anak kecil berumur sekitar dua tahunan berlari-larian di taman. Dia berceloteh tidak jelas. Di sampingnya seorang pria menemani anak tersebut sambil mengajari anak kecil itu bicara. Kata dokter, anak tersebut memiliki keterbatasan lambat bisa. Di sisi lain pada sebuah kursi besi di taman, seorang wanita duduk termenung dengan bertopang dagu. Sesekali ia menatap kepada dua orang berlainan jenis dan berbeda usia itu. Wanita itu menitikkan air mata kala mengingat keadaan putri kecilnya. "Apakah ini hukuman Tuhan, kenapa ini dilimpahkan pada dia yang tidak tahu apa-apa? Ini salahku, seharusnya aku yang menanggung dosa masa laluku." Alissa mengusap air mata yang jatuh di pipi. Aska melambaikan tangan hingga Alissa menghentikan gerakan tangan di pipi dan mengangguk. Setelah berjalan dan sampai di sisi mereka, Aska menawarkan es krim di tangan. Alissa menerima lalu menyendok sambil melihat pergerakan putrinya. "Nara, duduk sini sayang! Jangan putar-putar

  • Dalam Dekapan Kakak Ipar    Bab 55. Pedagang Gorengan

    Alissa mengambil bungkusan dari tangan Aska. Tidak lupa dia mengucapkan terima kasih. "Pak Aska silahkan duduk, maaf aku tidak bisa membawamu masuk." Alissa menyeret kursi di teras rumah. "Tidak apa-apa, aku paham di rumah ini tidak ada orang lain lagi." Alissa mengangguk. Setelah melihat Aska duduk dia merogoh kunci dan membuka pintu rumah. Tidak lama kemudian wanita itu kembali dengan nampan berisi dua gelas minuman dan sepiring martabak. "Kenapa repot-repot?" "Tidak repot kok hanya minuman. Kuenya, kue yang pak Aska bawa. Kalau aku makan sendiri nggak akan habis. Jadi kita makan berdua saja." Aska mengangguk masih dengan senyuman manis. Alissa membalas senyuman Aska lalu menaruh gelas dan piring di atas meja. Ketika Alissa hendak duduk, Aska menyarankan agar wanita itu membersihkan diri terlebih dahulu. Alissa setuju, ia pergi dan mandi, setelah berganti pakaian ia kembali ke sisi Aska. "Dimakan, Pak!" "Kamu juga." Mereka berdua saling menatap dan rasa canggung mende

DMCA.com Protection Status