"Sesaat setelah Kinara jatuh dari atas rofftop itu, dua orang anak buahku mendatangiku ke rofftop karena mereka khawatir terjadi sesuatu padaku. Salah satu dari mereka berhasil membekuk Kenari, sementara anak buahku yang lain aku minta untuk menghilangkan bukti-bukti di lokasi kejadian tersebut termasuk ceceran darah dari kakiku yang terluka agar tidak ada yang tahu akan keberadaanku di sana saat kejadian itu terjadi,""Saat itu aku membawa Kenari, menyekapnya selama beberapa hari dan mengancamnya agar dia bersedia memberikan keterangan palsu untuk menghancurkan Malik dengan mengatakan bahwa dia telah diperkosa oleh Malik! Dan rencanaku berhasil! Berhasil membuat Malik pada akhirnya membenci Kenari... Satu kali mendayung, dua tiga pulau terlampaui olehku, benarkan?" Linggar tertawa di akhir kalimatnya. Tawa yang terdengar hambar."Awalnya aku berpikir, dengan melihat hidup Kenari dan Malik menderita, maka aku bisa puas... Namun kenyataannya semua itu salah. Meski aku sudah membuat hid
"Wah, anak Mama sekarang makin pinter berenangnya, hebat," puji Isna ketika sedang mengeringkan tubuh mungil Jhio dengan handuk.Jhio baru saja memperlihatkan gaya berenang baru yang sudah dia kuasai dan pelajari selama dia berlibur dengan Aryan di Bandung. Aryan yang memang jago berenang banyak mengajarkan Jhio bermacam-macam gaya berenang."Masih mau berenang lagi? Atau udahan?" Tanya Isna saat itu."Ayo dong Mama ikut berenang juga," rengek Jhio dengan ekpresi manjanya."Kan Jhio tahu kalau Mama nggak bisa berenang, nanti kalau Mama tenggelam gimana?""Mama berenang di kolam yang cetek aja, jangan ke tengah," ujar sang bocah menyarankan."Hari ini Jhio dulu yang berenang, besok kalau ada Papa, Mama baru ikutan ya?""Mama nggak kuat ya bawa adik berenang?" Tanya Jhio yang selalu bertanya apakah Mama keberatan membawa adiknya di dalam perut karena semakin lama perut sang Mama semakin besar.Mendengar pertanyaan polos Jhio, Isna jadi tertawa. "Nggak kok, adikkan kecil, Mama nggak kebe
"MAMA... AWAS..." Teriak Jhio tiba-tiba membuat Isna terkejut bukan main, hingga tangannya reflek mematikan sambungan teleponnya dengan Vanilla saat itu.Isna menoleh, mendapati Kenari berdiri di belakangnya."Tadi Tante Kenari mau tusuk Mama!" Beritahu Jhio yang langsung berlari ke arah Isna. Menghalangi Kenari berbuat jahat terhadap Mamanya.Kenari tersenyum. "Hah? Kamu bilang apa Jhio?" Ucap Kenari dengan wajah santai tak bersalah.Saat itu, Isna memang melihat Kenari memegang sebuah pisau, hanya saja posisinya tidak seperti apa yang Jhio katakan."Aku ke sini mencarimu Isna, kebetulan aku sedang memotong ikan di dapur," ucap Kenari mematahkan perkataan Jhio."Nggak Ma, tadi Jhio lihat, Tante Kenari memang mau tusuk Mama!" Jhio tetap kekeuh dengan apa yang dilihatnya.Jujur saja, apa yang dikatakan Jhio jelas membuat Isna jadi takut, hanya saja Isna tidak ingin terjadi kesalahpahaman yang lebih jauh lagi jika apa yang dikatakan Jhio itu memang tidak benar.Sejauh ini, Isna masih be
"Bercerailah dengan Malik, Isna..." Ucap Kenari dengan jemarinya yang masih mengusap pisau yang kotor oleh darah ikan."Apa maksud Mba bicara seperti itu?" Tanya Isna dengan segenap emosinya yang seketika naik ke permukaan.Kenari meletakkan pisau yang sudah bersih di atas meja keramik dan mendorongnya mendekati Isna."Pilihannya hanya dua," ucap Kenari lagi. "Ambil pisau itu, untuk melukai Jhio, atau lukai dirimu sendiri!"Kerutan di kening Isna seketika menjelas. Kali ini, Kenari benar-benar keterlaluan!"Maaf Mba, saya nggak ada waktu untuk mendengar omong kosong Mba!" Tegas Isna yang seketika berlalu dari hadapan Kenari, namun langkah Isna harus terhenti ketika didengarnya Kenari berteriak."Aku serius Isna!" Teriak Kenari yang sudah mengambil alih pisau yang tadi dia berikan pada Isna.Sebuah suara teriakan seorang lelaki di dalam telepon terdengar oleh Kenari dan baru menyadari bahwa sejak tadi Isna sudah menjebaknya."Suara siapa itu?" Tanya Kenari semakin marah."Bukan urusan
Setelah berhasil menghabisi nyawa Yasa, Kenari menggeret linggis di tangannya menuju dapur.Kegilaan Kenari semakin menjadi.Sebab kini, dia hendak menghabisi Vanessa sesuai dengan apa yang dia rencanakan sejak dulu.Saat itu, belum sempat Kenari sampai di dapur, Vanessa sudah lebih dulu muncul di hadapannya dengan menghunuskan sebilah pisau ke arah Kenari.Vanessa baru saja menghubungi Vanilla dan Vanilla sudah menjelaskan tentang penyakit yang diderita Kenari selama ini.Itulah sebabnya, Vanessa langsung berjaga-jaga, meski saat itu hati Vanessa sudah dalam keadaan remuk redam karena dia tahu bahwa Yasa, lelaki yang begitu dia cintai, calon suaminya sendiri telah dibunuh oleh Ibu kandungnya.Lelehan air mata Vanessa tidak berhenti mengalir. Dengan wajah penuh amarah dan kebencian, Vanessa hendak menyerang Kenari namun usahanya gagal karena Kenari berhasil menghindar.Keduanya sempat terlibat aksi baku hantam yang membuat tubuh Vanessa babak belur. Nyatanya, Kenari lebih kuat dari ya
Semua yang terjadi hari ini menimpa Isna, seperti sebuah mimpi bagi Malik.Saat lelaki itu melihat tubuh Istrinya yang sudah tak bergerak, bersimbah darah dan diangkut ke dalam mobil ambulance, Malik seperti merasakan tragedi yang dahulu menimpa Kinara kembali terjadi.Naasnya, orang yang kini telah melukai Isna sama dengan orang yang menjadi penyebab kematian Kinara.Dia Kenari.Wanita yang sebelumnya Malik pikir justru menjadi korban atas kejahatan Linggar.Wanita yang sebelumnya Malik pikir telah menjalani penderitaan tanpa melakukan kesalahan.Wanita yang sebelumnya Malik pikir baik...Tapi ternyata, dialah iblis yang sesungguhnya.Pada akhirnya, Malik tahu semua yang terjadi pada Kenari selepas dirinya mendatangi Linggar di sel tahanan lelaki itu.Malik bahkan rela mengingkari janjinya sendiri untuk tidak berurusan kembali dengan Linggar pasca persidangan Linggar enam tahun yang lalu.Dan kini, Malik justru menyesal mengapa dia baru menemui Linggar di saat keadaan istrinya sudah
"Aku rindu Ibu..." Gumam Vanilla dalam tangisnya. "Aku tidak bisa membenci ibuku sendiri, Wildan... Aku harus bagaimana?"Wildan meraih tubuh Vanilla dan memeluknya. Memberi sandaran ternyaman bagi Vanilla menumpahkan segala kekalutan dalam hatinya."Kamu, tidak perlu membenci ibumu, besok kita ke lapas ya? Aku antar,"Dengan cepat Vanilla menggeleng. "Aku tidak mau bertemu Ibu lagi,"Wildan melepas pelukannya, menyentuh kedua bahu Vanilla dan menatap lekat wajah istrinya yang tertunduk itu."Ikuti apa isi hatimu, meski jiwamu menentangnya sekali pun...""Jika terjadi sesuatu pada Tante Isna, apa kira-kira, Papa akan memaafkan Ibu?" Potong Vanilla mengungkapkan ketakutannya yang lain."Om Malik tahu apa yang harus dia lakukan, percayalah,""Aku takut Papa akan membenciku,""Vanilla, itu tidak mungkin terjadi. Om Malik sangat menyayangimu, menyayangi kalian, kamu dan Vanessa. Sekarang yang terpenting adalah kita terus berdoa agar Isna selamat, dan Ibumu bisa sembuh dari penyakitnya, it
Siapa yang tahu kemana perginya waktu?Waktu itu berlalu seperti sebongkah es yang mencair.Lambat tapi pasti dan tak ada yang tahu kemana menghilangnya waktu yang berlalu.Bahkan ketika kamu berusaha mencarinya, hanya sisa-sisa memorimu saja yang bisa membawamu kembali pada masa-masa dahulu yang kamu rindukan.Jika pepatah mengatakan, Kasih ibu sepanjang jalan, tapi kasih seorang anak hanya sebatas galah. Dan kali ini, hal itu dipatahkan oleh Vanilla.Vanilla yang sedang berusaha untuk tidak larut dalam rasa rindunya terhadap sosok Ibu.Sejak Kenari resmi menjadi tahanan dan sudah dijatuhi hukuman pidana seumur hidup, nasib Vanilla tak kalah miris dengan apa yang dirasakan Kenari di dalam penjara.Vanilla yang terus saja mengurung diri di kamar dan tak mau keluar bahkan untuk sekadar makan.Sementara semua keluarga sudah ikut turun tangan membujuk Vanilla untuk berhenti menyiksa dirinya sendiri.Hanya saja, tak ada satu pun yang berhasil membuat Vanilla yang ceria itu kembali.Hingga