Beranda / Romansa / DUDA KHILAF / 55. TERIAKAN JHIO

Share

55. TERIAKAN JHIO

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-20 02:04:29

"Wah, anak Mama sekarang makin pinter berenangnya, hebat," puji Isna ketika sedang mengeringkan tubuh mungil Jhio dengan handuk.

Jhio baru saja memperlihatkan gaya berenang baru yang sudah dia kuasai dan pelajari selama dia berlibur dengan Aryan di Bandung. Aryan yang memang jago berenang banyak mengajarkan Jhio bermacam-macam gaya berenang.

"Masih mau berenang lagi? Atau udahan?" Tanya Isna saat itu.

"Ayo dong Mama ikut berenang juga," rengek Jhio dengan ekpresi manjanya.

"Kan Jhio tahu kalau Mama nggak bisa berenang, nanti kalau Mama tenggelam gimana?"

"Mama berenang di kolam yang cetek aja, jangan ke tengah," ujar sang bocah menyarankan.

"Hari ini Jhio dulu yang berenang, besok kalau ada Papa, Mama baru ikutan ya?"

"Mama nggak kuat ya bawa adik berenang?" Tanya Jhio yang selalu bertanya apakah Mama keberatan membawa adiknya di dalam perut karena semakin lama perut sang Mama semakin besar.

Mendengar pertanyaan polos Jhio, Isna jadi tertawa. "Nggak kok, adikkan kecil, Mama nggak kebe
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • DUDA KHILAF   56. SUARA DI TELEPON

    "MAMA... AWAS..." Teriak Jhio tiba-tiba membuat Isna terkejut bukan main, hingga tangannya reflek mematikan sambungan teleponnya dengan Vanilla saat itu.Isna menoleh, mendapati Kenari berdiri di belakangnya."Tadi Tante Kenari mau tusuk Mama!" Beritahu Jhio yang langsung berlari ke arah Isna. Menghalangi Kenari berbuat jahat terhadap Mamanya.Kenari tersenyum. "Hah? Kamu bilang apa Jhio?" Ucap Kenari dengan wajah santai tak bersalah.Saat itu, Isna memang melihat Kenari memegang sebuah pisau, hanya saja posisinya tidak seperti apa yang Jhio katakan."Aku ke sini mencarimu Isna, kebetulan aku sedang memotong ikan di dapur," ucap Kenari mematahkan perkataan Jhio."Nggak Ma, tadi Jhio lihat, Tante Kenari memang mau tusuk Mama!" Jhio tetap kekeuh dengan apa yang dilihatnya.Jujur saja, apa yang dikatakan Jhio jelas membuat Isna jadi takut, hanya saja Isna tidak ingin terjadi kesalahpahaman yang lebih jauh lagi jika apa yang dikatakan Jhio itu memang tidak benar.Sejauh ini, Isna masih be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • DUDA KHILAF   57. TRAGEDI

    "Bercerailah dengan Malik, Isna..." Ucap Kenari dengan jemarinya yang masih mengusap pisau yang kotor oleh darah ikan."Apa maksud Mba bicara seperti itu?" Tanya Isna dengan segenap emosinya yang seketika naik ke permukaan.Kenari meletakkan pisau yang sudah bersih di atas meja keramik dan mendorongnya mendekati Isna."Pilihannya hanya dua," ucap Kenari lagi. "Ambil pisau itu, untuk melukai Jhio, atau lukai dirimu sendiri!"Kerutan di kening Isna seketika menjelas. Kali ini, Kenari benar-benar keterlaluan!"Maaf Mba, saya nggak ada waktu untuk mendengar omong kosong Mba!" Tegas Isna yang seketika berlalu dari hadapan Kenari, namun langkah Isna harus terhenti ketika didengarnya Kenari berteriak."Aku serius Isna!" Teriak Kenari yang sudah mengambil alih pisau yang tadi dia berikan pada Isna.Sebuah suara teriakan seorang lelaki di dalam telepon terdengar oleh Kenari dan baru menyadari bahwa sejak tadi Isna sudah menjebaknya."Suara siapa itu?" Tanya Kenari semakin marah."Bukan urusan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • DUDA KHILAF   58. AKHIR YANG TRAGIS TAPI MANIS

    Setelah berhasil menghabisi nyawa Yasa, Kenari menggeret linggis di tangannya menuju dapur.Kegilaan Kenari semakin menjadi.Sebab kini, dia hendak menghabisi Vanessa sesuai dengan apa yang dia rencanakan sejak dulu.Saat itu, belum sempat Kenari sampai di dapur, Vanessa sudah lebih dulu muncul di hadapannya dengan menghunuskan sebilah pisau ke arah Kenari.Vanessa baru saja menghubungi Vanilla dan Vanilla sudah menjelaskan tentang penyakit yang diderita Kenari selama ini.Itulah sebabnya, Vanessa langsung berjaga-jaga, meski saat itu hati Vanessa sudah dalam keadaan remuk redam karena dia tahu bahwa Yasa, lelaki yang begitu dia cintai, calon suaminya sendiri telah dibunuh oleh Ibu kandungnya.Lelehan air mata Vanessa tidak berhenti mengalir. Dengan wajah penuh amarah dan kebencian, Vanessa hendak menyerang Kenari namun usahanya gagal karena Kenari berhasil menghindar.Keduanya sempat terlibat aksi baku hantam yang membuat tubuh Vanessa babak belur. Nyatanya, Kenari lebih kuat dari ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • DUDA KHILAF   59. AKU RINDU IBU

    Semua yang terjadi hari ini menimpa Isna, seperti sebuah mimpi bagi Malik.Saat lelaki itu melihat tubuh Istrinya yang sudah tak bergerak, bersimbah darah dan diangkut ke dalam mobil ambulance, Malik seperti merasakan tragedi yang dahulu menimpa Kinara kembali terjadi.Naasnya, orang yang kini telah melukai Isna sama dengan orang yang menjadi penyebab kematian Kinara.Dia Kenari.Wanita yang sebelumnya Malik pikir justru menjadi korban atas kejahatan Linggar.Wanita yang sebelumnya Malik pikir telah menjalani penderitaan tanpa melakukan kesalahan.Wanita yang sebelumnya Malik pikir baik...Tapi ternyata, dialah iblis yang sesungguhnya.Pada akhirnya, Malik tahu semua yang terjadi pada Kenari selepas dirinya mendatangi Linggar di sel tahanan lelaki itu.Malik bahkan rela mengingkari janjinya sendiri untuk tidak berurusan kembali dengan Linggar pasca persidangan Linggar enam tahun yang lalu.Dan kini, Malik justru menyesal mengapa dia baru menemui Linggar di saat keadaan istrinya sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • DUDA KHILAF   60. SEBUAH SURAT

    "Aku rindu Ibu..." Gumam Vanilla dalam tangisnya. "Aku tidak bisa membenci ibuku sendiri, Wildan... Aku harus bagaimana?"Wildan meraih tubuh Vanilla dan memeluknya. Memberi sandaran ternyaman bagi Vanilla menumpahkan segala kekalutan dalam hatinya."Kamu, tidak perlu membenci ibumu, besok kita ke lapas ya? Aku antar,"Dengan cepat Vanilla menggeleng. "Aku tidak mau bertemu Ibu lagi,"Wildan melepas pelukannya, menyentuh kedua bahu Vanilla dan menatap lekat wajah istrinya yang tertunduk itu."Ikuti apa isi hatimu, meski jiwamu menentangnya sekali pun...""Jika terjadi sesuatu pada Tante Isna, apa kira-kira, Papa akan memaafkan Ibu?" Potong Vanilla mengungkapkan ketakutannya yang lain."Om Malik tahu apa yang harus dia lakukan, percayalah,""Aku takut Papa akan membenciku,""Vanilla, itu tidak mungkin terjadi. Om Malik sangat menyayangimu, menyayangi kalian, kamu dan Vanessa. Sekarang yang terpenting adalah kita terus berdoa agar Isna selamat, dan Ibumu bisa sembuh dari penyakitnya, it

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • DUDA KHILAF   61. HANGATNYA KEBERSAMAAN

    Siapa yang tahu kemana perginya waktu?Waktu itu berlalu seperti sebongkah es yang mencair.Lambat tapi pasti dan tak ada yang tahu kemana menghilangnya waktu yang berlalu.Bahkan ketika kamu berusaha mencarinya, hanya sisa-sisa memorimu saja yang bisa membawamu kembali pada masa-masa dahulu yang kamu rindukan.Jika pepatah mengatakan, Kasih ibu sepanjang jalan, tapi kasih seorang anak hanya sebatas galah. Dan kali ini, hal itu dipatahkan oleh Vanilla.Vanilla yang sedang berusaha untuk tidak larut dalam rasa rindunya terhadap sosok Ibu.Sejak Kenari resmi menjadi tahanan dan sudah dijatuhi hukuman pidana seumur hidup, nasib Vanilla tak kalah miris dengan apa yang dirasakan Kenari di dalam penjara.Vanilla yang terus saja mengurung diri di kamar dan tak mau keluar bahkan untuk sekadar makan.Sementara semua keluarga sudah ikut turun tangan membujuk Vanilla untuk berhenti menyiksa dirinya sendiri.Hanya saja, tak ada satu pun yang berhasil membuat Vanilla yang ceria itu kembali.Hingga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • DUDA KHILAF   62. IMPAS

    Pada akhirnya, Vanilla bisa kembali tersenyum malam ini.Perkataan Isna membuat Vanilla sadar bahwa apa yang telah dia lakukan sejauh ini salah.Tidak seharusnya dia bersikap egois dengan terlalu larut dalam kesedihan serta kekecewaan yang dia rasakan terhadap Kenari hingga dia mengabaikan orang yang saat ini memiliki peran paling besar dalam menjadikan Vanilla lebih kuat dan lebih tegar menghadapi kenyataan.Wildan memang lebih banyak diam sejak Vanilla memilih untuk mengurung diri di kamar.Tak jarang lelaki itu mengurus dirinya sendiri karena tak ingin mengganggu Vanilla. Sebab jika pun Wildan terpaksa bicara, Vanilla hanya diam seribu bahasa tanpa menanggapi perkataannya.Bahkan pernah sekali, saat Wildan memaksa Vanilla untuk makan, Vanilla justru marah dan malah membanting piring dan gelas berisi makanan itu hingga pecah dan isinya berserakan di lantai.Itulah sebabnya, Wildan pada akhirnya memilih diam dan memberikan Vanilla waktu untuk menyelesaikan kemelut batinnya atas apa y

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • DUDA KHILAF   63. MALAM PENUH CINTA (18+)

    "Yasudah, kalau begitu, kita lakukan saja malam ini?""Kamu serius?"Vanilla mengangguk yakin.Wildan membuka cepat selimut yang tadi menutupi tubuhnya dan langsung memposisikan tubuhnya di atas Vanilla. Menindih tubuh sang istri.Tatapan keduanya kembali beradu dengan jarak wajah mereka yang begitu dekat saat itu.Vanilla bisa merasakan debaran jantungnya yang semakin menggila tatkala wajah Wildan yang perlahan kian mendekat ke wajahnya.Wildan tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Apalagi harus berbasa-basi busuk!Hingga kemudian, lelaki itu langsung melancarkan aksinya dan mulai menyatukan bibirnya dengan bibir Vanilla, melumatnya perlahan.Ini memang bukan ciuman pertama mereka, hanya saja rasanya lebih nikmat dari ciuman-ciuman mereka sebelumnya.Suara decak pertemuan antara dua bibir yang menyatu dan desahan nikmat keluar dari mulut Wildan yang begitu menikmati rasa manis dari bibir Vanilla mulai terdengar.Wildan hendak menarik gaun tidur Vanilla ke atas ketika Vanilla tiba-ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27

Bab terbaru

  • DUDA KHILAF   24. KETAKUTAN VANESSA

    "Mahessa mau ajak Wildan untuk bertukar pasangan malam ini dan dia bilang kalau kamu sudah menyetujuinya, benar begitu Nil?" tanya Vanessa yang langsung mengkonfirmasi ucapan Mahessa padanya tadi pagi setelah dia mendapat kesempatan untuk berbincang secara empat mata dengan Vanilla.Saat itu, sepasang wanita kembar tersebut sedang berada di salah satu area permainan ski di St.Moritz.Vanilla yang sedang menyesap cokelat panasnya seketika terbatuk mendengar ucapan Vanessa.Buru-buru dia meraih tissue untuk mengelap sudut bibirnya yang terkena coklat."Aku nggak salah dengerkan? Bertukar pasangan?" ucap Vanilla yang malah tertawa seolah apa yang diucapkan Vanessa hanyalah lelucon."Iya," jawab Vanessa mengangguk cepat.Lagi, Vanilla malah tertawa. "Kamu kenapa sih Nes? Dari kemarin kok ngomongnya ngaco terus?"Seketika kerutan di kening Vanessa menjelas. "Ngaco bagaimana?" tanyanya bingung. Tak habis pikir dengan sikap santai Vanilla yang kelihatan begitu tenang. Padahal jelas-jelas, Van

  • DUDA KHILAF   23. PROMISE

    "Aku benci ibuku! Aku benci perempuan seperti dia! Karena dia Ayah dipenjara dan tidak lagi menyayangiku! Aku benci ibuku, Vi!" ucap seorang bocah lelaki pada seorang bocah perempuan di teras sebuah tempat ibadah di lapas tahanan khusus pria.Bocah lelaki itu menangis meski tanpa isakan, hingga sebuah tangan mungil terjulur membelai pipinya untuk mengusap air mata yang menetes."Nasib kita sama ya Yas? Aku juga benci sama Ibuku. Karena dia lebih menyayangi saudaraku daripada aku!" ujar si bocah perempuan yang dipanggil Vi tadi.Sang bocah lelaki yang bernama Yasa itu mendongak menatap polos ke arah Vi."Apa mungkin, Tuhan mempertemukan kita karena kita memang berjodoh?" tanya Yasa saat itu.Vi tertawa kecil dengan wajah tersipu dan menjadi terkejut saat tiba-tiba Yasa mengaitkan jari kelingking mereka."Kamu maukan janji sama aku, Vi?" tanya Yasa saat itu."Janji apa?""Kalau kamu sudah besar nanti, jaga dirimu baik-baik ya. Jangan menjadi perempuan seperti ibuku, nanti aku akan membe

  • DUDA KHILAF   22. KEBOHONGAN

    Hari sudah hampir tengah malam, tapi Mahessa belum juga pulang.Entah kenapa, kekhawatiran menggelayuti benak Vanessa saat itu, bahkan saat dia menanyakan keberadaan Mahessa pada supir pribadi lelaki itu, tapi Pieter mengatakan bahwa sejak sore tadi, majikannya itu sama sekali tidak menghubunginya untuk meminta dijemput, jadi, dia tidak tahu menahu di mana Mahessa berada saat ini."Kamu belum tidur, Nessa?" sapa Wildan yang kebetulan berpapasan dengan Vanessa di tangga.Saat itu, Wildan hendak ke dapur untuk membuatkan Vanilla susu.Vanessa tersenyum tipis seraya menggeleng. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan."Loh, kenapa? Bukannya tadi kamu bilang hari ini sangat melelahkan? Apa kamu sakit?" tanya Wildan lagi.Belum sempat Vanessa menjawab, Pieter datang tergesa dari arah luar memasuki rumah besar itu.Langkah lelaki berkumis tipis itu berhenti tepat di bawah tangga."Nona Vanessa, saya baru saja mendapat telepon dari pemilik salah satu Club malam di Zurich, katanya, Tuan Mahess

  • DUDA KHILAF   21. JARAK ANTARA CINTA DAN BENCI

    Seharian ini, kedua pasang pengantin baru itu puas berkeliling kota Zurich.Di pagi hari, mereka menaiki kapal mengelilingi Danau Zurich, lalu berkunjung ke sisi utara danau sambil melihat sejumlah perumahan dan villa menarik.Vanilla tak hentinya berdecak kagum saat menikmati indahnya suasana sekitar dengan pancaran sinar matahari di tengah hawa sejuk sekeliling danau.Siang harinya, usai makan siang bersama di sebuah restoran ternama di Zurich, mereka berkunjung ke Rapperswill, yang dikenal sebagai kota bunga mawar.Rapperswill terletak di ujung timur Danau Zurich. Sebutan tersebut disematkan lantaran kebun-kebun publik di sana memiliki lebih dari lima belas ribu bunga mawar.Dari jumlah tersebut, sebanyak enam ratus jenis bunga mawar dapat mereka temui di sepanjang jalan kota tua abad pertengahan tersebut.Terakhir, Vanilla mengajak Wildan, untuk menaiki Tuk tuk.Tuk tuk merupakan transportasi sejenis bajaj yang kerap terlihat di Thailand.Selama berada di Zurich, para wisatawan as

  • DUDA KHILAF   20. SEBUAH RENCANA

    Wildan terbangun saat sorot matahari sudah terang benderang.Angin sepoi-sepoi masuk melalui jendela yang terbuka dan mengayun-ayun tirai putih tipis yang menghalanginya.Suara gemericik air dari aliran sungai Geneva terdengar samar.Menatap ke sekeliling, kening lelaki berpiyama abu-abu itu seketika mengernyit.Kenapa aku ada di sini?Pikir Wildan membatin saat menyadari keberadaannya di dalam kamar pribadinya bersama Vanilla.Wildan meremas kepalanya sekilas, mencoba mengais kembali ingatan tadi malam.Sialnya, Wildan tak mengingat apapun kecuali dirinya yang mendengar suara Mahessa berbicara untuk pertama kalinya dengan Vanilla di kebun belakang itu."Sebenarnya, sejak awal aku sudah tahu bahwa Vi yang asli adalah Vanessa, bukan kamu."Ya, hanya sederet kalimat itulah yang berhasil Wildan ingat, karena setelahnya, yang dia ketahui, dia merasa seperti ada seseorang yang membekapnya dari arah belakang hingga membuatnya tak sadarkan diri.Apa mungkin dia berhalusinasi?Tapi rasanya ti

  • DUDA KHILAF   19. SEBUAH PENGAKUAN

    Malam itu, akhirnya Vanilla menemui Mahessa setelah berembuk cukup lama bersama sang suami.Meski awalnya Wildan melarang keras sang istri untuk pergi, namun, setelah Vanilla memberikan pengertian pada sang suami dan meyakinkan Wildan bahwa semua akan baik-baik saja, akhirnya Wildan pun pasrah dan membiarkan sang istri pergi, dengan catatan, Vanilla harus merekam seluruh percakapannya dengan Mahessa di kebun belakang agar Wildan tahu apa yang Mahessa ingin bicarakan dengan istrinya malam ini.Rasa kantuk yang awalnya dirasakan Wildan menguap begitu saja begitu Vanilla sudah keluar dari kamar.Lelaki itu menggeram tertahan sambil menepuk sisi tempat tidur lalu meremas kepala frustasi.Menatap kembali daun pintu kamar, Wildan yang tak mau ambil resiko jika Mahessa akan berbuat hal yang tidak-tidak terhadap Vanilla pun akhirnya memutuskan untuk menguntit kepergian Vanilla dan menguping langsung pembicaraan sang Kakak Ipar dan istrinya itu.Saat itu, Wildan menangkap sosok Mahessa dan Van

  • DUDA KHILAF   18. SEBUAH PESAN

    Setelah seharian ini puas menikmati suasana di dalam mansion mewah milik Mahessa, Vanilla dan Wildan yang baru saja selesai menyantap makan malam bersama dengan Mahessa dan juga Vanessa tampak memasuki kamar pribadi yang disiapkan khusus untuk mereka beristirahat.Sadar ada yang berbeda dari sikap sang suami, begitu dirinya dan Wildan sudah merebahkan diri bersama di tempat tidur, Vanilla pun merangsek memepet tubuh sang suami untuk memeluknya."Wil?" panggil Vanilla ketika Wildan baru saja mematikan lampu nakas."Hm?""Kamu kenapa? Kok seharian ini banyakan diemnya sih? Biasanya juga bawel," tanya Vanilla sambil mengerucutkan bibir.Helaan berat napas Wildan membuktikan bahwa lelaki itu memang sedang dilanda sesuatu yang membebani pikirannya dan hal tersebut jelas membuat Vanilla jadi khawatir."Apa, ini ada sangkut pautnya sama Mahessa?" tanya Vanilla lagi karena Wildan tak juga angkat bicara."Boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" ucap Wildan kemudian.Vanilla sedikit mendongak menat

  • DUDA KHILAF   17. SEANDAINYA SAJA...

    Keesokan harinya, setelah sarapan pagi lalu check out dari hotel tempat mereka singgah, sebuah Limousine mewah sudah menunggu kedatangan dua pasang pengantin baru itu di depan lobi hotel.Tak perlu ditanya lagi siapa pemilik mobil super mewah itu, karena Wildan dan yang lain sudah bisa menebak bahwa Mahessa lah orangnya.Ya, siapa lagi?Toh setelah ini pun mereka akan pergi ke mansion mewah milik Mahessa yang berada tepat di tepi Danau Geneva.Memasuki kendaraan mewah itu, manik hitam Vanilla seolah tak mampu berkedip, saking terkesima dengan apa yang dia lihat di bagian dalam mobil tersebut."Bagus banget mobilnya, Wil!" seru Vanilla berbisik di telinga sang suami. Namun, akibat keheningan di dalam mobil, jadilah bisikan tersebut mampu tertangkap oleh yang lain. Dan hal tersebut sukses membuat Wildan merasa malu."Kamu kan udah sering naik mobil bagus di Jakarta, jangan norak deh!" balas Wildan yang juga jadi berbisik sambil sesekali melempar senyum ke arah Mahessa dan Vanessa di had

  • DUDA KHILAF   16. TERLALU MISTERIUS

    "Kamu tau Nessa? Apa alasan utamaku mengajakmu dan Vanilla ke Switzerland?" ucap Mahessa kemudian.Vanessa tak menjawab karena masih terlalu sesak dengan tangisannya."Karena aku ingin menyelamatkan kalian dari Aro!" lanjut Mahessa lagi, memberitahu.Vanessa menyeka air matanya, menatap Mahessa bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.Mahessa menghela napas berat seraya menyandarkan kepalanya ke sofa. Memejamkan mata seolah dirinya hendak melepas penat.Hal itu dia lakukan dalam beberapa menit sebelum akhirnya sepasang mata hitam itu kembali terbuka dan menatap ke arah Vanessa yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya."Saat ini, Aro dan komplotannya sedang berada di Indonesia--""APA?" pekik Vanessa dengan wajah yang teramat sangat terkejut. Bahkan belum sempat Mahessa menyelesaikan ucapannya, Vanessa sudah lebih dulu memotongnya.Menatap lekat sosok Vanessa, sebuah senyum miring terbit di wajah Mahessa. "Apa kamu takut?" tanya lelaki itu kemudian.Perasaan was-was kian m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status