"Mas?" Salimah langsung kaget melihat Faisal yang berdiri di hadapannya."Kita harus melakukan ini sebagai cara untuk bertobat,"ucap Faisal pelan.Tanpa disangka-sangka, tubuh Salimah mengejang dengan kedua mata melotot. Kedua bibir mendesis lalu berucap,"Kau harus menikahiku juga. Kami adalah satu dalam tubuh yang sama."Terang saja, ucapan yang terlontar dari bibir Salimah mengejutkan semua yang ada dalam ruangan. Faisal cekatan memegang tubuh istrinya sambil baca doa. Kemudian telapak tangannya mengusap lembut wajah Salimah."lahaula walaquwata illabillah hil aliyil adzim." (Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan dari Allah SWT yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.)Pak Irsyad dan Kiai Masruhat membantu dengan zikir. Mereka berdiri di belakang Faisal. Sementara Eko yang merasa panik pun ikut berdoa dalam hati. Dalam hatinya ada duka karena harus menyaksikan orang terkasih terpaksa bersanding dengan pria lain, lebih parah lagi itu adalah sahabat karibnya.Tubuh Salimah pelan-p
Ada energi tidak wajar yang membuat aliran darah sekujur tubuh berdesir. Kedua mata pria ini tidak berkedip memandang tubuh molek si jelita. Eko terhipnotis karenanya."Kemarilah! Aku tahu yang kau inginkan,"ucap lembut manja mendayu keluar dari bibir ranum si jelita.Eko tanpa sadar mendekat ke arah si wanita. Senyum manis si jelita semakin membuatnya terbuai. Angan Eko melambung tinggi. Pria berbadan kekar ini telah lupa daratan pada siapa yang sedang dihadapi dan niat sedari awal.Nyi Dhiwot-Ratu Ular, si penguasa Bukit Bajul menjulurkan lidah. Itu di mata Eko bagai sebuah selendang. Lidah panjang berwarna hijau berujung merah tersebut melekat ke leher pria tersebut.Tiba-tiba tubuh Eko dalam sekejap telah berada di sebuah ruangan gua yang sangat luas dan terang benderang oleh benda-benda yang berkilauan. Kedua mata Eko terbelalak tanpa kedip menatapnya."Ini permata ...?""Ya, semua akan menjadi milikmu, Eko. Asal kamu mau jadi suamiku." Eko tidak bisa mempercayai penglihatannya.
"Tidak. Aku tidak tertarik dengan semua ini!" Eko mengibaskan tangan. Seketika masa depan yang terlihat di depan matanya hilang dalam sekejap. "Hmm, menarik. Aku salut, atas keteguhan hatimu, Eko. Kamu memang manusia kuat. Namun, masih ada satu ujian terakhir. Aku yakin kali ini kamu tak akan kuat menahan godaannya. Kamu akan menjadi milikku! ha-ha-ha tak pernah ada yang luput dari pesonaku!" Nyi Dhiwot melepaskan semua pakaiannya. "Bukalah matamu!""Ya sin. Wal-qur'anil-ḥakim.Innaka laminal-mursalin ...." Lamat-lamat terdengar suara lantunan doa disertai gemuruh hujan dan kilat menyambar-nyambar. Embusan angin kencang bertiup hingga membuat semua pepohonan terayun-ayun hampir roboh. Tubuh Eko tak luput dari goncangan angin tersebut. Tubuh pria tersebut terseret hingga jatuh ke lereng bukit. Tiba-tiba kilat maha dahsyat kilau dan getar suaranya menyambar tubuh Nyi Dhiwot."Aauuchh ...!" Lengkingan panjang mengiringi lenyapnya tubuh siluman ular.Fenomena aneh tersebut berhenti dala
Salimah yang terkontaminasi ruh Nikita terkekeh geli dan untuk kali ini sudah cukup menyenangkan, baginya. Dia sudah bisa merasakan bibir pria yang terkenal alim tersebut."Jangan sok polos, Sayang. Kamu pasti menyukainya," ucap Salimah sembari mengerdipkan mata dengan ekspresi menggoda."Pernikahan kita ini sebatas formalitas semata. Hal ni telah menyakiti perasaan Eko. Dek Salimah itu kan kekasihnya, kenapa bisa setega ini mengkhianati cinta Eko?""Mas benar-benar sudah merendahkan aku. Kamu itu sudah jadi suami aku. Wajar, dong, aku mencurahkan kasih sayang kepada kamu.""Dek Salimah, saya minta maaf. Bukan maksud saya merendahkan. Pernikahan ini sebagai bentuk tanggung jawab karena perbuatan kita dalam ritual bisa saja membuahkan benih dalam rahim Dek Salimah. Selain itu, kita harus ingat, ada hati Eko yang tersakiti dan saya tidak pernah berniat merebut Dek Salimah dari dia.""Aku cinta kamu, Mas. Apa setelah ini, kamu mau ceraikan aku lalu kau balikan ke Mas Eko?"tanya Salimah d
Salimah yang terkontaminasi ruh Nikita terkekeh geli dan untuk kali ini sudah cukup menyenangkan, baginya. Dia sudah bisa merasakan bibir pria yang terkenal alim tersebut."Jangan sok polos, Sayang. Kamu pasti menyukainya," ucap Salimah sembari mengerdipkan mata dengan ekspresi menggoda."Pernikahan kita ini sebatas formalitas semata. Hal ni telah menyakiti perasaan Eko. Dek Salimah itu kan kekasihnya, kenapa bisa setega ini mengkhianati cinta Eko?""Mas benar-benar sudah merendahkan aku. Kamu itu sudah jadi suami aku. Wajar, dong, aku mencurahkan kasih sayang kepada kamu.""Dek Salimah, saya minta maaf. Bukan maksud saya merendahkan. Pernikahan ini sebagai bentuk tanggung jawab karena perbuatan kita dalam ritual bisa saja membuahkan benih dalam rahim Dek Salimah. Selain itu, kita harus ingat, ada hati Eko yang tersakiti dan saya tidak pernah berniat merebut Dek Salimah dari dia.""Aku cinta kamu, Mas. Apa setelah ini, kamu mau ceraikan aku lalu kau balikan ke Mas Eko?"tanya Salimah d
“Uang memang manis, Jenderal! Namun, aku lebih tertarik dengan tetesan darah dari daging tubuhmu yang tersayat.”“Siapa kamu? Apa yang kau inginkan? Di mana gadis itu?”Pria berjubah hitam dengan balaclava full wajah yang hanya menyisakan lubang di kedua mata tertawa terbahak-bahak.Langkah kaki bersepatu boots penuh lumpur mendekat ke arah tubuh pria tergantung dengan kedua kaki terikat tali ke plafon. Dalam posisi terbalik, beberapa kali ia meludah dengan emosi.Sang pria meronta sekuat tenaga dengan kedua tangan terikat menjuntai hampir menggapai lantai. Ia bisa pastikan, tubuhnya akan jadi sasaran cambuk dan torehan belati si jubah hitam kembali.Namun, apa daya perwira polisi bertubuh tegap bertelanjang dada tersebut, kini tergantung lemah mulai kehabisan darah.Beberapa bagian tubuh tampak penuh bekas sabetan dan luka sayatan yang menganga. Dari urat nadi kedua tangan yang sengaja dilubangi, tetesan darah sudah mulai tersendat-sendat.“Ha ha ha ... darahmu hanya segini doang, Je
Pak Atmo kini mulai membersihkan sisa ritual dan menutup kembali lubang di gundukan tanah. Ia beranjak ke kotak penyimpanan barang ritual. Jubah dilepas lalu menyimpannya dalam kotak bersama alat-alat ritual.Sesajen sengaja ia tinggalkan di atas gundukan agar jadi makanan hewan liar. Atmo Sukiman kini merapikan baju dan celana serta kembali memakai topi caping. Ia telah siap kembali bertugas sebagai penggali kubur tempat pemakaman umum. Senyum semringah mengiringi setiap langkahnya menuju tempat kerja dengan melewati gudang tua.“Ah, rupanya gagak-gagak Sang Ratu tengah berpesta. Tubuh perwira ini sangat berisi, mereka pasti puas menyantap dagingnya,”ujarnya sembari melihat puluhan burung pemakan bangkai tersebut beterbangan lewat genting yang pecah serta pintu dan jendela yang sengaja ia buka lebar.“Nduk, kalo udah dapat mangsa. Ketuk pintu kamar Bapak,”ucap Atmo Sukiman saat semilir angin dingin beraroma bunga melati lewat di sampingnya.Atmo Sukiman—sang penggali kubur—kepercayaa
Pak Kades mengaku hanya dua teman Nik saja yang datang ke toko untuk bekerja. Hal itu dibenarkan oleh kedua teman putrinya. Padahal mereka berangkat bertiga ke kota. Lebih mengherankan lagi, kedua teman Nikita sekarang sukses bekerja di luar negeri karena jasa Pak Kades.Tunggu saatnya, semua belangmu akan terungkap, batin Pak Atmo sembari meremas jemari.“Bapak lapor di mana, Pak?” tanya Bu Silvia ikut prihatin dengan kejadian yang menimpa Nikita, anak buah kesayangannya.“Polisi sini, Bu.”“Kita lapor ke polisi kota. Nikita hilang di sana soalnya,” ucap Bu Silvia yang seketika membuat Pak Kades terlihat panik.“Eh, gak perlu, Bu. Polisi sini aja, bisa nangani. Mereka bisa saling telepon. zaman canggih, Bu,” sahut Pak Kades cepat.Pak Atmo hanya memperhatikan saja tingkah Pak Kades. Tiba-tiba dari arah jalan, tampak dua orang warga berlari ke arah rumah Pak Kades.“Pak Kades, toloooong! A-Ada mayat ... tinggal tulang!” teriak salah satu warga.Kedua pria tersebut tampak terengah-enga