Gadis yang memakai gaun putih selutut itu berlari menghampiri Ascian. Rautnya berubah amat cemas ketika ia sampai di depan Ascian.
“Ascian, apa kau baik-baik saja?” Gadis dengan rambut hitam bergelombang itu menyusuri wajah Ascian dengan tangan lembutnya, dia pasti panik ketika mendengar kabar kalau Ascian mengalami kecelakaan beberapa hari lalu. “Aku benar-benar cemas ketika mendengar kau mengalami kecelakaan dari ayahku. Aku bahkan terus memikirkannya sampai tidak bisa belajar dengan tenang.”
“Sial!”Entah sudah keberapa kali Ascian terus mengucapkan kata itu selama perjalanannya mengantar Naniana pulang.Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi, semua masih tidak bisa ia cerna dengan baik. Ascian juga tidak tahu mengapa dia malah dengan suka rela mengantar Naniana kembali. Pada akhirnya ia tetap terjerumus ke dalam urusan yang sama sekali tidak ingin ia ketahui.
Naniana dan Sun kini berada di sebuah ruangan terpisah. Mereka duduk saling berhadapan, dua cangkir teh disediakan dan masih mengepul asapnya.Naniana memperhatikan gelasnya, sejurus kemudian ia tersenyum tak terduga. “Kau terlalu baik dalam menyambut seorang musuh, Nyonya,” ujarnya mengomentari, sementara Sun masih bergeming menatapnya dengan serius. “Aku tahu kau ingin menanyakan banyak hal padaku, jadi katakan tanpa ragu.”“Huh~” Su
“Melliatre, bukankah ini hari yang cerah untuk mengunjungi Ayah?”Hari yang cerah di tanah pesisir seperti New Orleans. Angin berembus dengan lembut, hiruk-pikuk kota pelabuhan yang biasa ia dengar setiap harinya tak membuat kriteria ‘cuaca sempurna’ yang ada di pikirannya jadi hilang. Sembari menggendong kucingnya yang bernama Melliatre, Ascian tampak sangat menikmati suasana itu kendati kota tak setenang yang ia pinta.Dia hanya sedang merasa suasana hatinya sangat baik pagi ini.Jika ingin mengunjungi mereka yang sudah mati, lebih baik memilih hari yang cerah. Begitu prinsip yang Ascian Vade Bellion pegang selama ini. Kehilangan sang ayah di usia muda saja sudah membuatnya berduka, ia tak mau cuaca yang buruk mengingatkannya akan luka lama kalau saja dia ingin bertandang mengunjungi makam ayahnya. Karena itu, hari ini benar-benar cerah dan pas untuk menjenguk bagi Ascian.Namun, siapa sangka? Ketika sedan
Sebuah hari yang indah dan normal bagi seorang Naniana Kradse. Langit sangat bersih dan biru, matahari bersinar cerah di luar sana, dan jangan lupakan bagaimana angin yang berembus melewati jendela kelasnya itu yang menyentuh kulit dengan lembut seperti alunan musik yang memabukkan. Bagaimana bisa Naniana tidak menyebut hari ini sebagai hari yang indah? Semua hal yang terjadi amat normal dan mendukungnya untuk istirahat dengan tenang.Ketika ia bisa berleha-leha dengan menaruh kepalanya di meja seperti ini, terkadang baru Naniana sadari kalau hidupnya selama ini selalu disibukkan oleh hal-hal yang memuakkan. Naniana baru berusia 18 tahun, dia seperti anak gadis pada umumnya yang bersekolah dengan baik dan lumayan memiliki teman. Dia menjalani kehidupan yang normal sebagai anak sekolahan, yang tak normal itu hanya keluarganya saja.Mengapa ia sebut demikian? Karena Naniana tidak lahir di keluarga yang biasa. Dia lahir sebagai anak seorang pemimpin kelompok mafia yang terk
Naniana bangun pagi dengan sambutan yang tak biasa kali ini. Semalam ia tertidur di Light Factory, gedung kasino dan klub malam yang dikelola oleh The Heatens. Naniana yakin semalam ia sudah mengatakan pada Jay agar jangan ada yang mengganggunya sampai ia turun tangan sendiri mengurus apa yang harus ia lakukan sebagai seorang penerus, tapi pagi ini, Naniana dikejutkan dengan kehadiran Litch, penasihat pribadi sang ibu.Lelaki berusia 40 tahunan itu berkata kalau sebentar lagi akan ada perang besar yang melibatkan The Heatens dan Little Boy. Semua itu bersumbu dari sampainya berita percobaan pembunuhan yang hampir terjadi pada Naniana kemarin, ke telinga ibunya.Naniana memijat tengkuknya yang terasa pegal, dia bangun dengan perasaan terkejut dan sekarang perasaannya sangat tak baik. “Aku ingin membunuh orang,” ujarnya, dengan tatapan lurus dan tajam, seperti cahaya laser yang bisa membelah apa saja yang ditatapnya.Litch menatap ngeri. “No-Nona
Apanya yang mendapat solusi? Alih-alih menemukan ide lain, Naniana justru malah semakin dipojokkan oleh pemikirannya sendiri. Dia tidak bisa menemukan ide lain yang lebih baik, cadangan-cadangan rencana yang ia pikirkan memiliki banyak kekurangan dan akan memungkinkan kelompoknya untuk rugi lebih besar.Ya ... sepertinya tak ada cara lain untuk menghindari perang jika melihat faktor-faktor yang ada. Karena itu, berakhirlah Naniana di sini, New Orleans.Setelah beberapa hari ia habiskan untuk berpikir dan berpikir, pada akhirnya Naniana menyerah dan memilih untuk mengikuti saran yang Litch dan kakak laki-lakinya mempersetujui. Dia datang ke New Orleans, kandang musuh. Bukan untuk menyerang secara langsung, dia datang untuk sebuah negosiasi.“Kau yakin anak itu ada di sini?” tanya Naniana pada Litch yang mengemudi kendaraan mereka. Empat orang yang ada di dalam mobil saat ini sedang fokus pada satu titik. Sebuah toko peliharaan yang berada di seberang
“Omong kosong apa ini?”Ascian sama sekali tidak bisa mencerna apa yang gadis di hadapannya katakan. Pagi yang begitu normal baginya, berakhir di ranjang rumah sakit seperti ini. Kejadian tak terduga yang masih membuatnya kebingungan, kemudian ditambah dengan pernyataan tak masuk akal dari pihak musuh yang ingin bernegosiasi dengannya? Itu semua membuat Ascian pusing.Tapi tak berbeda jauh dengannya, Naniana juga merasakan hal yang sama. Tekanan besar atas ta
Jake segera menarik Naniana dari hadapan lelaki yang kini terbatuk hebat dengan darah yang keluar dari mulutnya itu.Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut bukan main, hanya bisa terdiam dengan ketegangan sembari menyaksikan orang sekarat di depan mereka mati perlahan. Kalau dilihat dari gejalanya saja, sepereti tidak ada lagi harapan, terlebih darah yang keluar dari mulut dan hidungnya itu seperti organ-organnya sedang diremukan dari dalam.“Nona ... selamat
Naniana dan Sun kini berada di sebuah ruangan terpisah. Mereka duduk saling berhadapan, dua cangkir teh disediakan dan masih mengepul asapnya.Naniana memperhatikan gelasnya, sejurus kemudian ia tersenyum tak terduga. “Kau terlalu baik dalam menyambut seorang musuh, Nyonya,” ujarnya mengomentari, sementara Sun masih bergeming menatapnya dengan serius. “Aku tahu kau ingin menanyakan banyak hal padaku, jadi katakan tanpa ragu.”“Huh~” Su
“Sial!”Entah sudah keberapa kali Ascian terus mengucapkan kata itu selama perjalanannya mengantar Naniana pulang.Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi, semua masih tidak bisa ia cerna dengan baik. Ascian juga tidak tahu mengapa dia malah dengan suka rela mengantar Naniana kembali. Pada akhirnya ia tetap terjerumus ke dalam urusan yang sama sekali tidak ingin ia ketahui.
Gadis yang memakai gaun putih selutut itu berlari menghampiri Ascian. Rautnya berubah amat cemas ketika ia sampai di depan Ascian.“Ascian, apa kau baik-baik saja?” Gadis dengan rambut hitam bergelombang itu menyusuri wajah Ascian dengan tangan lembutnya, dia pasti panik ketika mendengar kabar kalau Ascian mengalami kecelakaan beberapa hari lalu. “Aku benar-benar cemas ketika mendengar kau mengalami kecelakaan dari ayahku. Aku bahkan terus memikirkannya sampai tidak bisa belajar dengan tenang.”
Sun kehilangan kata-kata setelah mendengar apa yang baru saja Naniana katakan.Tunggu sebentar. Bahkan fakta bahwa orang yang berdiri di hadapannya ini adalah gadis berbahaya yang baru saja dirinya bahas saja sudah membuatnya terkejut, dan sekarang dia harus menerima kalau gadis berbahaya itu adalah kekasih dari anaknya?“Tu-tunggu ... apa kau serius, Nona?” Sun bertanya, ingin memastikan sekali lagi kendati ia tidak bisa menampik raut percaya diri Naniana ya
Tidak seperti hari biasanya, pagi ini Ascian mendapat sedikit kejutan dengan kehadiran sang ibu di meja makan.“Selamat pagi, Ascian ....”Sun Fleurry McRay. Nama wanita itu tentu tidak akan asing di telinga para pengusaha besar Louisiana. Wanita berusia 42 tahun itu menjadi ramai diperbincangkan berkat keahliannya dalam mengolah perusahaan properti yang ditinggalkan pebisnis ternama seperti William Odolf.Terlebih dengan statusnya sebagai pimpinan dari Little Boy, istri dari Noah Bellion itu menjadi amat disegani karena perannya dalam mengurus kelompok mafia terbesar di New Orleans.Meski demikian, bukan hal yang baru jika mendengar sebutan ‘istri lugu sang pemburu’ yang disematkan padanya. Sebab kendati sang suami adalah orang yang pernah menduduki predikat paling ditakuti di dunia para mafia, sosok Sun tidak pernah kehilangan sifat gadis desa yang lugu dan baik hati.Berkat itulah, campur tangannya dalam melanjutkan kepem
Jake segera menarik Naniana dari hadapan lelaki yang kini terbatuk hebat dengan darah yang keluar dari mulutnya itu.Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut bukan main, hanya bisa terdiam dengan ketegangan sembari menyaksikan orang sekarat di depan mereka mati perlahan. Kalau dilihat dari gejalanya saja, sepereti tidak ada lagi harapan, terlebih darah yang keluar dari mulut dan hidungnya itu seperti organ-organnya sedang diremukan dari dalam.“Nona ... selamat
“Omong kosong apa ini?”Ascian sama sekali tidak bisa mencerna apa yang gadis di hadapannya katakan. Pagi yang begitu normal baginya, berakhir di ranjang rumah sakit seperti ini. Kejadian tak terduga yang masih membuatnya kebingungan, kemudian ditambah dengan pernyataan tak masuk akal dari pihak musuh yang ingin bernegosiasi dengannya? Itu semua membuat Ascian pusing.Tapi tak berbeda jauh dengannya, Naniana juga merasakan hal yang sama. Tekanan besar atas ta
Apanya yang mendapat solusi? Alih-alih menemukan ide lain, Naniana justru malah semakin dipojokkan oleh pemikirannya sendiri. Dia tidak bisa menemukan ide lain yang lebih baik, cadangan-cadangan rencana yang ia pikirkan memiliki banyak kekurangan dan akan memungkinkan kelompoknya untuk rugi lebih besar.Ya ... sepertinya tak ada cara lain untuk menghindari perang jika melihat faktor-faktor yang ada. Karena itu, berakhirlah Naniana di sini, New Orleans.Setelah beberapa hari ia habiskan untuk berpikir dan berpikir, pada akhirnya Naniana menyerah dan memilih untuk mengikuti saran yang Litch dan kakak laki-lakinya mempersetujui. Dia datang ke New Orleans, kandang musuh. Bukan untuk menyerang secara langsung, dia datang untuk sebuah negosiasi.“Kau yakin anak itu ada di sini?” tanya Naniana pada Litch yang mengemudi kendaraan mereka. Empat orang yang ada di dalam mobil saat ini sedang fokus pada satu titik. Sebuah toko peliharaan yang berada di seberang
Naniana bangun pagi dengan sambutan yang tak biasa kali ini. Semalam ia tertidur di Light Factory, gedung kasino dan klub malam yang dikelola oleh The Heatens. Naniana yakin semalam ia sudah mengatakan pada Jay agar jangan ada yang mengganggunya sampai ia turun tangan sendiri mengurus apa yang harus ia lakukan sebagai seorang penerus, tapi pagi ini, Naniana dikejutkan dengan kehadiran Litch, penasihat pribadi sang ibu.Lelaki berusia 40 tahunan itu berkata kalau sebentar lagi akan ada perang besar yang melibatkan The Heatens dan Little Boy. Semua itu bersumbu dari sampainya berita percobaan pembunuhan yang hampir terjadi pada Naniana kemarin, ke telinga ibunya.Naniana memijat tengkuknya yang terasa pegal, dia bangun dengan perasaan terkejut dan sekarang perasaannya sangat tak baik. “Aku ingin membunuh orang,” ujarnya, dengan tatapan lurus dan tajam, seperti cahaya laser yang bisa membelah apa saja yang ditatapnya.Litch menatap ngeri. “No-Nona