Share

BAB 62_IBU

Penulis: Rora Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-14 09:15:11
Enam bulan kemudian ....

Rumah hijau itu lenggang. Tanah kering yang ditiup angin membawa debu masuk sebab jendela-jendela terbuka lebar. Sayup-sayup suara isak wanita terdengar dari dalam bilik kamar.

"Jangan terlalu keras terhadap keputusan anakmu. Dia sudah dewasa. Usianya bukan remaja lagi. Sudah saatnya dia menikah dengan pilihannya. Apakah kamu bisa menjamin, jika bersama dengan wanita lain, dia akan bahagia? Apa kebahagiaannya tidak menjadi perioritasmu, Niah?"

Kamal mendekati istrinya dengan lembut. Dibelainya rambut panjang yang sudah beruban itu. Tangannya yang lain mengusap bahu Niah untuk menyalurkan ketenangan.

"Aku tidak memaksa pilihanku, Bang. Aku hanya tidak mau, Kinarsih menjadi menantuku. Masih banyak wanita lain yang jauh lebih baik. Kukira selama ini dia sudah melupakan wanita itu, nyatanya mereka culas! Hiks hiks hiks."

Niah sesugukan. Sedari tadi ia tak berhenti menangisi keputusan Rian yang tak masuk di akalnya. Secara tiba-tiba, pemuda itu menyampaikan keing
Rora Aurora

VOTE YA KAK

| 2
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Choirul Khasbi04
lanjut kak semoga kinarsih bahagia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 63_TERIMAKASIH

    Niah menghela nafasnya berat. Mencoba menenangkan hatinya. Ini demi putranya, dia harus mengalah. Dilihatnya sekeliling, tampak daun mangga kering yang berguguran menutupi halaman. Ia melangkah terus. Keputusan sudah bulat."Assalamualaikum!" salamnya dengan yakin. Tak ada sahutan jawaban. Ia mencoba sekali lagi. Terbukalah pintu rumah yang terasnya berdinding keramik biru."Waalaikumussalam," jawab seorang lelaki tua. Siapa lagi kalau bukan Yanto. Dahinya mengernyit, heran, siapakah wanita berhijab lebar di depannya ini?"Saya Niah, ibunya Rian," tanggap Niah mengerti keheranan pemilik rumah."Ooh ... ayo silakan masuk, Bu. Maaf berantakan," ucap Yanto sedikit kaku. Hatinya penuh tanda tanya, mengapa sampai ibunya Rian datang? Ia was-was, akan ada perdebatan di rumahnya. Yanto mencoba mencair."Terimakasih." Niah masuk dan duduk di sofa merah, "Kinarsih ada di sini kan?" lanjutnya lagi."Nggih, Bu. Kebetulan sudah dua

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 64_TERKEJUT

    Badai menyandarkan motornya di bawah pohon mangga. Ia sengaja membawa motor, niatnya mau mengajak Ilham jalan-jalan. Akhir pekan begini, biasanya Kinarsih di rumah Yanto. Mungkin wajah manis mantan istrinya yang dia rindukan sepanjang jalan, bisa sedikit menghilangkan pikirannya yang lelah memulai bisnis dari nol. Bulat tekadnya untuk memperbaiki hidupnya bersama Kinarsih dan anaknya, mungkin Tuhan akan sedikit berbaik hati menyempurnakan hidupnya. Bukankah ada pepatah mengatakan, selama janur kuning belum melengkung, kita boleh menikung? Seharusnya ia masih boleh berharap. Badai tersenyum simpul. Baru saja Badai turun, riuh rendah suara beberapa orang dari dalam terdengar. Dia pun baru sadar, di teras rumah terpasang beberapa bunga hias buatan melingkari sisi-sisi tiang. Di langit-langit teras tergantung hiasan bunga-bunga putih seperti kumpulan melati melambai-lambai jatuh. Cantik.Badai mengernyitkan kening heran.Ia pun masuk, tanpa salam. Didapatinya beberapa orang yang tak dike

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • DITALAK SETELAH AKAD   ENDING

    "Itu murni hasil menulis, Bi. Bukan jual sawah Bapak," ulang Kinarsih menegaskan. "Ap-apa dengan menulis bisa dapat segini?" tanya Niah tidak bisa menahan dirinya. Kinarsih mengangguk dengan senyum merekah. Ia rela hasil usaha kerja kerasnya berbulan-bulan, siang malam tak kenal lelah demi membuktikan pada calon ibu mertuanya itu."Tapi itu tidak istan, Bi. Semua berproses," jawab Kinarsih. Niah masih menatap buku rekening itu. Perlahan matanya terus menelisik jejak uang yang masuk. "Pakailah, Bi untuk bantu-bantu acara. Arsih gak mau, Bibi dan Rian banyak beban lagi. Setidaknya ada yang Arsih bisa lakukan untuk bantu Bibi."Setelah menatap lamat-lamat buku rekening itu, Niah menoleh kepada Kinarsih. "Sekarang katakan, jika seandainya aku lumpuh seperti uwakmu yang sudah meninggal itu, apakah kamu akan merawatku juga?""Pertanyaan itu sepertinya sangat sudah jelas jawabannya, Bi. Kepada istri dari adik bapak saja, yang pernah membuat luka di hati, Arsih masih mau untuk merawatnya k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 1_DITALAK

    "Paman ...." Wak Yanto memberikan perhatian kepada suara yang sedang memanggilnya. "Saya talak satu, Kinarsih Aninda," suara Badai pelan tapi pasti. Terdengar oleh semua pasang telinga di sana. Semua terhenyak, tak ada yang bicara. Hening dan hampir menghilangkan kewarasanku. Apa yang barusan kudengar? Sepertinya telingaku sedang rusak. "Anak setaaan!!!!!!" teriak Wak Yanto menghambur menyerang Badai.Ia menendang brutal pada Badai yang sedang duduk. Tidak lebih dari dua jam yang lalu, laki-laki itu mengesahkanku sebagai istrinya. Sangat lancar sekali lidahnya menyucapkan kalimat syahadat lalu diiringi kalimat ijab qabul. Lalu sekarang dia mengucapkan kalimat talak. Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya? Semua orang di sana dengan cepat menarik tubuh Wak Yanto agar menjauh dari Badai. Tubuh tuanya terhuyung jatuh. Kopiah tanda kemuliaannya jatuh begitu saja, terinjak oleh kerumunan yang mencegahnya berbuat lebih. Wak Yanto mengamuk tak terkendali."Lepas! Lepaskan! Jangan halang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • DITALAK SETELAH AKAD   Bab 2_TERTOLAK

    Duar! Duar! Duar!Suara pintu yang dipukul degan sentakan yang sangat kasar membangunkanku. Entah dari tidur atau pingsan, aku tidak tahu. Dengan tubuh lemah, aku berusaha bangkit. Samar mataku menoleh jam dinding, sudah pukul tujuh pagi. Aku langsung terperanjat. Subuhku terlewati. Astaghfirullah! "Buka pintumu, Arsih!" teriak Wak Erni, istri pamanku. Suaranya yang melingking benar-benar membuat gendang telingaku seperti akan pecah. Buru-buru aku membuka pintu kamar. "Maaf, Wak. Arsih sholat dulu," lirihku perlahan masih berusaha menjaga keseimbanganku berdiri. Kepalaku masih terasa pusing. "Sholat apaan kamu jam seginian?!""Arsih benar-benar gak dengar adzan, Wak. Permisi, takutnya makin siang," ucapku berusaha melewati tubuh gendutnya. Baru satu langkah kaki berpindah, rambutku langsung ditariknya dengan sangat keras. Aku langsung tersungkur mundur sembari memegang pangkal rambutku sendiri. "Aaakkhh! Sakit sekali, Wak! Jangan! Tolong lepaskan!""Jangan sok alim kamu, ya! Kala

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 3_TIDAK

    Pahit manis dan asam asin hidup sudah kulewati. Kehilangan ayah lalu disusul ibu juga sudah kulalui. Sekarang aku kehilangan suamiku. Tapi tidak, aku masih memiliki kesempatan. Masih ada waktu. Suamiku hanya menjauh, bukan jiwanya meninggalkan raga. Peluang untuk memperbaiki masih sangat lebar. "Akan kutemui Badai hari ini. Tidak peduli dengan cara apa pun, aku harus keluar dari rumah ini," lirihku bertekad sendirian. Segera kuselesaikan tugas pagiku menyiapkan sarapan dan membereskan cucian piring. Tadi aku sempat mendapatkan omelan karena belum mengepel rumah. Sekarang kuberanikan diri menyampaikan niatku dengan beralasan, keluar membeli perlengkapan make up. "Hanya sebentar saja, Wak. Jerawat Arsih tumbuh dimana-mana," kilahku terburu-buru. "Mau jadi janda gatal kamu? Sudah menjanda, baru mau bebelian make up segala."Wak Erni mencebik dengan ketus padaku yang sedang memakai sandal. Wanita itu bahkan sedang asik menikmati pisang goreng yang baru saja kusuguhkan. Sepertinya teh

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 4_PULANGLAH

    Kugenggam kuat-kuat pergelangan tanganku, menahan rasa malu yang luar biasa bergelayut. "Jangan katakan itu, Badai. Kita bisa memperbaikinya. Aku mohon, mari kita merajut kembali kisah kita. Bukankah kita pernah berjanji? Kamu yang mengawalinya dan aku yang menyambut. Sekarang jika kamu menyerah, bagaimana impian-impian kita terwujud? Sadarlah, Badai. Kita sedang salah paham."Aku menenggelamkan egoku dengan merayu panjang lebar mencoba mengelus lengannya. Badai terlihat sangat tampan dengan kemeja biru muda. Begitu sangat sempurna dipadukan dengan celana panjang berwarna biru gelap. Rambutnya yang hitam, lurus dan tebal belah kiri menambah kesempurnaannya. "Berhenti Arsih. Kita sudah berakhir. Silahkan pergi dan jalani kehidupanmu dengan baik. Aku akan menemuimu jika bayi itu lahir," ucap Badai dengan nada datar. "Tidak Badai. Aku memohon padamu. Bagaimana aku bisa menahan aib sebesar ini? Aku hamil di luar nikah lalu langsung kau ceraikan bahkan dalam hitungan jam. Jangan begini.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 5_MENGGILA

    "Tak punya malu."Bu Nining mencebik sembari melipat tangannya di depan dada. Begitu angkuh dan sombong. Seolah, dia manusia paling mulia. Tanpa ragu, aku mendekatinya dengan langkah tegas. Wanita tua itu cukup terkejut dengan sedikit keberanianku mengangkat wajah di depannya. "Seharusnya yang paling memalukan itu adalah Anda, Bu. Anda tidak mampu mendidik putra Ibu hingga berani menghamili seorang gadis lalu lepas tanggungjawab begitu saja. Katanya keluarga terhormat, tapi ... puiiih! Jangan hanya memandang rendah saya. Kita sama-sama bobrok!""Dasar wanita murahan!""Ya. Terserah saya murahan atau tidak. Suruh anak ibu untuk bersikap sebagai pria yang berani bertanggungjawab! Jangan jadi banci! Pengecut!"Bu Nining menunduk, meraih pot bunga di sampingnya lalu melempar pot itu ke sembarang arah. Aku tetap berdiri tanpa rasa takut sedikit pun. Amarahku rasanya sudah sampai di ubun-ubun. "Aku tidak sudi memiliki menantu sepertimu. Nakjis! Bisa juga kamu dihamili oleh laki-laki lain

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04

Bab terbaru

  • DITALAK SETELAH AKAD   ENDING

    "Itu murni hasil menulis, Bi. Bukan jual sawah Bapak," ulang Kinarsih menegaskan. "Ap-apa dengan menulis bisa dapat segini?" tanya Niah tidak bisa menahan dirinya. Kinarsih mengangguk dengan senyum merekah. Ia rela hasil usaha kerja kerasnya berbulan-bulan, siang malam tak kenal lelah demi membuktikan pada calon ibu mertuanya itu."Tapi itu tidak istan, Bi. Semua berproses," jawab Kinarsih. Niah masih menatap buku rekening itu. Perlahan matanya terus menelisik jejak uang yang masuk. "Pakailah, Bi untuk bantu-bantu acara. Arsih gak mau, Bibi dan Rian banyak beban lagi. Setidaknya ada yang Arsih bisa lakukan untuk bantu Bibi."Setelah menatap lamat-lamat buku rekening itu, Niah menoleh kepada Kinarsih. "Sekarang katakan, jika seandainya aku lumpuh seperti uwakmu yang sudah meninggal itu, apakah kamu akan merawatku juga?""Pertanyaan itu sepertinya sangat sudah jelas jawabannya, Bi. Kepada istri dari adik bapak saja, yang pernah membuat luka di hati, Arsih masih mau untuk merawatnya k

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 64_TERKEJUT

    Badai menyandarkan motornya di bawah pohon mangga. Ia sengaja membawa motor, niatnya mau mengajak Ilham jalan-jalan. Akhir pekan begini, biasanya Kinarsih di rumah Yanto. Mungkin wajah manis mantan istrinya yang dia rindukan sepanjang jalan, bisa sedikit menghilangkan pikirannya yang lelah memulai bisnis dari nol. Bulat tekadnya untuk memperbaiki hidupnya bersama Kinarsih dan anaknya, mungkin Tuhan akan sedikit berbaik hati menyempurnakan hidupnya. Bukankah ada pepatah mengatakan, selama janur kuning belum melengkung, kita boleh menikung? Seharusnya ia masih boleh berharap. Badai tersenyum simpul. Baru saja Badai turun, riuh rendah suara beberapa orang dari dalam terdengar. Dia pun baru sadar, di teras rumah terpasang beberapa bunga hias buatan melingkari sisi-sisi tiang. Di langit-langit teras tergantung hiasan bunga-bunga putih seperti kumpulan melati melambai-lambai jatuh. Cantik.Badai mengernyitkan kening heran.Ia pun masuk, tanpa salam. Didapatinya beberapa orang yang tak dike

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 63_TERIMAKASIH

    Niah menghela nafasnya berat. Mencoba menenangkan hatinya. Ini demi putranya, dia harus mengalah. Dilihatnya sekeliling, tampak daun mangga kering yang berguguran menutupi halaman. Ia melangkah terus. Keputusan sudah bulat."Assalamualaikum!" salamnya dengan yakin. Tak ada sahutan jawaban. Ia mencoba sekali lagi. Terbukalah pintu rumah yang terasnya berdinding keramik biru."Waalaikumussalam," jawab seorang lelaki tua. Siapa lagi kalau bukan Yanto. Dahinya mengernyit, heran, siapakah wanita berhijab lebar di depannya ini?"Saya Niah, ibunya Rian," tanggap Niah mengerti keheranan pemilik rumah."Ooh ... ayo silakan masuk, Bu. Maaf berantakan," ucap Yanto sedikit kaku. Hatinya penuh tanda tanya, mengapa sampai ibunya Rian datang? Ia was-was, akan ada perdebatan di rumahnya. Yanto mencoba mencair."Terimakasih." Niah masuk dan duduk di sofa merah, "Kinarsih ada di sini kan?" lanjutnya lagi."Nggih, Bu. Kebetulan sudah dua

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 62_IBU

    Enam bulan kemudian ....Rumah hijau itu lenggang. Tanah kering yang ditiup angin membawa debu masuk sebab jendela-jendela terbuka lebar. Sayup-sayup suara isak wanita terdengar dari dalam bilik kamar."Jangan terlalu keras terhadap keputusan anakmu. Dia sudah dewasa. Usianya bukan remaja lagi. Sudah saatnya dia menikah dengan pilihannya. Apakah kamu bisa menjamin, jika bersama dengan wanita lain, dia akan bahagia? Apa kebahagiaannya tidak menjadi perioritasmu, Niah?" Kamal mendekati istrinya dengan lembut. Dibelainya rambut panjang yang sudah beruban itu. Tangannya yang lain mengusap bahu Niah untuk menyalurkan ketenangan. "Aku tidak memaksa pilihanku, Bang. Aku hanya tidak mau, Kinarsih menjadi menantuku. Masih banyak wanita lain yang jauh lebih baik. Kukira selama ini dia sudah melupakan wanita itu, nyatanya mereka culas! Hiks hiks hiks." Niah sesugukan. Sedari tadi ia tak berhenti menangisi keputusan Rian yang tak masuk di akalnya. Secara tiba-tiba, pemuda itu menyampaikan keing

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 61_HILANG

    Ana melangsungkan pernikahan dengan sederhana di mushola yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Setelah akad berlangsung, dilanjutkan acara makan bersama. Kinarsih dan Marni sibuk mempersiapkan semuanya. Banyak warga yang membantu juga karena Yanto adalah orang yang sangat dekat dengan masyarakat sebab dia dulu sebagai mantan kepala desa. Meski banyak yang bertanya dan heran mengapa sampai Ana mau menikah dengan pria yang bukan sarjana dan sebagai peternak yang baru merintis, Yanto sama sekali tidak menjadikannya bahan pikiran. Ia hanya meminta doa dari para warga yang masih bertanya-tanya."Namanya jodoh, sudah seperti ini. Doakan saja nanti Ana bisa jadi istri yang baik dan mereka sejahtera," tanggap Yanto tenang. Yang penting baginya, ada yang mau menerima kondisi Ana saat ini. Setidaknya setitik ada cahaya harapan, aib itu tidak terbongkar secara gamblang. Setelah acara selesai, Ana langsung diboyong ke rumah suaminya. Haryanto dan Erni melepas putrinya dengan rasa haru dan ikh

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 60_MERINTIS

    Ana langsung meraih tubuh Kinarsih. Ia langsung mengangkat wajah kakak sepupunya itu dan memeluknya. "Arsih! Bangun woy!!! Apa yang barusan kamu lakukan?!" teriak Ana. Suara motor berderum kencang meninggalkan mereka. Keempat pria itu sudah tak terlihat. Ana menangis histris karena Kinarsih tak bersuara dan menutup matanya. "Ba-bawa ke puskesmas aja, Mbak! Gak terlalu jauh dari sini.""Ii-iya, Mas." Pria penyabit itu nampak masih muda. Ana menoleh kiri kanan dan melihat motor Kinarsih. "Masnya bisa bantu gonceng?""Iya, bisa Mbak!" jawab pria itu cepat. Mereka langsung mengangkat tubuh Kinarsih, membawanya naik ke motor. Ana memeluk Kinasih dari belakang."Bertahanlah Kinarsih, aku mohon!"Ana memandang wajah Kinasih yang memucat. Rasa bersalah semakin pekat dan bergelayut kuat dari dalam hatinya. Luar biasa pengorbanan Kinasih untuk dirinya, sampai-sampai wanita itu tidak memperdulikan nyawanya sendiri."Mengapa kamu sebodoh ini, hah?! Kinarsih kamu harus bertahan karena aku belum

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 59_PERLAWANAN

    Sore itu Kinarsih mondar-mandir di ruang tamu. Bahkan beberapa telepon dan pesan dari Rian tidak dia indahkan karena rasa khawatirnya terhadap Ana. Biar bagaimana pun anak adalah sepupunya. Dulu saat mereka masih kecil seusia SD, mereka sempat dekat. Namun Ana selalu mendapatkan hasutan dari Erni sehingga gadis itu menjadi sangat tidak bersahabat. "Kamu sedang menunggu siapa?" tanya Yanto. "Bukan siapa-siapa, Wak.""Kamu mau pulang?"Kinarsih menggeleng. Tak sampai hatinya untuk meninggalkan Erni yang semakin memburuk. Lebih-lebih, wanita itu sudah meminta maaf berkali-kali. Yanto juga sering keluar tinggalkan rumah jika ada kerjaan dari kantor desa yang membutuhkan tenaganya."Kenapa kamu tampak gelisah begitu?" tanya Yanto. Kinasih menoleh kepada uwaknya itu dengan tatapan sayu. "Tak tenang hati ini memikirkan Ana, Wak. Satu minggu bukanlah waktu yang sedikit.""Biarkan saja dia. Nanti kalau uangnya sudah habis, dia pasti pulang. Aku yakin dia sudah menjual perhiasan itu dan tin

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 58_TERUSIR

    "Tidaak!!!! Kau kira aku barang murahan! Seenaknya kau tawarkan begitu. Aku hanya inginkan Rian. Rian cinta pertamaku. Yakinlah Rian, aku sungguh mencintaimu. Huhuhuhu ...," tangis Ana tak mau Rian melepaskan pelukannya walau Rian sudah memberi isyarat kuat."Kau mengagungkan cinta pertama. Tanyakan Rian, siapa cinta pertamanya?" tantang Kinarsih percaya diri. Diabaikannya Badai yang sedari tadi menatapnya tajam. Ana tak mau bicara. Hanya isaknya saja yang jelas terdengar."Kinarsih cinta pertamaku dan terakhirku, An. Aku akan berjuang untuknya. Tolong lepaskan aku." Rian mencoba lagi. Kali ini dengan sedikit kekuatannya. Namun ia gagal. Ana semakin mengeratkan pelukannya. Jika ia memaksa, takut gadis ini semakin nelangsa. Rian kembali pasrah.Kinarsih mendekati mereka. Memegang kasar bahu Ana lalu menariknya."Lepaskan!" Ana tersungkur ke lantai."Janda setaaaan! Beraninya kamu kasar kepadaku!!!"Ana mengamuk, mencoba menerkam Kinarsih. Rian menangkap tangannya, menghempaskannya lalu

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 57_BAGAIMANA KALAU?

    "Aaaa-aarsih," panggil Erni dengan suara yang sangat payah. Kinarsih menoleh, tanpa menjawab. Itu pun dia kembali merapikan kain yang dipakai Erni. Mood Kinarsih sedang buruk. "Mmma-mmaaafkan aak-ku," ucapnya terbata. Kinarsih tak menjawab, terus saja dia membersihkan debu dan pasir yang di sprei itu. Entah darimana datangnya."Kkaaau maau kan?"Kembali Erni mencari jawaban dari mulut Kinarsih. Namun wanita muda itu sungguh enggan untuk berbicara sepatah kata pun padanya. Erni menyerah. Ujung matanya meneteskan air mata dan dia pun tak mampu mengusapnya.Hari berikutnya .... "Ma-aafkan a-aku," suara Erni tersendat namun jelas di telinga Kinarsih yang sedang mengelap tubuhnya. Ia mencoba menatap wajah wanita muda yang dia benci sejak kecilnya, sampai dimana ia sendiri mendengar pengakuan menjijikan putrinya sendiri. Justru, yang dibenci yang berbakti. Sungguh sangat memalukan. Yang disayang-sayang, dimanja-manja, jangankan sudi merawat j

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status