Beranda / Romansa / DITALAK SETELAH AKAD / BAB 42_MENYINGKIRLAH

Share

BAB 42_MENYINGKIRLAH

Penulis: Rora Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-31 09:33:58
Tok! Tok! Tok!

Seorang wanita paruh baya mengetuk keras pintu rumah kayu. Empunya rumah terperanjat kaget. Kinarsih yang sedang mempersiapkan makan malam bersama anaknya menjadi sedikit ketakutan. Musuh mana lagi yang akan datang menjambaknya kali ini?

"Buka pintumu, Arsih! Aku Wati!" teriaknya lalu kembali mengetuk pintu lagi dengan keras. Nafasnya tersenggal dan keringat di dahinya memberikan tanda ia telah banyak berlari. Kinarsih pun keluar dengan diikuti sorot mata takut dari anak semata wayangnya.

Dreeeeeet!

"Lama sekali kamu buka pintu, kayak orang punya suami saja," cerocos tamunya. Kinarsih mengerutkan alis. "Uwakmu dan istrinya kecelakaan tidak jauh dari sini," ucapnya lagi sambil memegang dada.

"Astagfirullah. Bagaimana bisa Bi?" Kinarsih menyandarkan bahunya pada kayu pintu di sampingnya. Jantungnya berdegub was-was.

"Iya. Syukur mereka masih selamat. Wak perempuanmu yang parah. Dia terbawa arus lalu tersangkut di jembatan semen. Posisinya cukup jauh dari wak lakimu. Dia s
Rora Aurora

Bantu vote GEMnya dong kak😄

| 1
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Nasution
jangan balikan dong.. biar mampus aja si badai kayak namanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 43_TERHEMPAS

    "Maafkan saya, Bu, Pak. Tolong dipertimbangkan lagi semua keputusan ini. Saya siap mengganti semua kerugian perusahaan. Saya berani bersumpah, saya tidak pernah menggunakan uang itu. Ini bukti transaksi masih saya simpan. Semua uang itu masuk ke rekening Pak Albert.""Urusan nominal, itu nomor sekian. Urusan Pak Albert juga akan kami tangani. Tapi dalam kasus ini, Anda telah berani mencurangi uang nasabah itu adalah kesalahan fatal. Kalau sampai masalah ini terkuak di media sosial, branding bank ini akan hancur! Jangan main-main ya, Bu Susan. Kami pontang panting menaikan nama perusahaan ini tidak instan. Surat pemecatan Anda sudah kami tanda tangani dan maaf, tidak ada pesangon.""Tolong, saya sudah menjadi bagian dari bank ini hampir tujuh tahun, Pak! Tolong jangan pecat saya. Saya akan mengganti dan membayar denda. Saya mohon!"Air mata Susan berderai deras. Bahkan dia langsung bersimpuh di lantai, tegak menggunakan lututnya. Ia menutup mulut dengan tangannya karena terlalu sedih da

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 44_TERKEJUT

    Kinarsih terus memandang m-bankingnya yang menggendut setelah mendapatkan transferan dua puluh lima juta dari bank. Ia masih belum percaya dengan apa yang sedang dialaminya. "Apakah aku harus senang sedangkan aku tahu, karena perkara itu, Susan dipecat? Ya Allah, kasihan juga Susan. Dia memang sudah biasa membuliku tapi kalau begini akhirnya, aku jadi tak enak," gumam Kinarsih di bawah pohon mangga. Ia belum selesai menyapu daunan kering yang berserakan tapi pikirannya terbagi-bagi. "Kak Arsih! Ibu minta makan!" seru Rasyid dari dalam. "Minta Kak Ana saja. Kakak lagi nyapu! Belum selesai ini!" Rasyid pun menghilang. Selang beberapa saat, Ana keluar dengan style rapi lalu menghidupkan motornya. "Kamu sudah kasih Ibumu makan?" tanya Kinarsih datar. "Aku terburu-buru," jawab Ana ketus. "Jadi kamu mengharapkan aku yang terus-terusan mengurus ibumu? Ciiih enak sekali kamu. Aku bukan pembantu kalian. Aku juga punya pekerjaan dan selama seminggu ini tertunda. Aku akan pulang seka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 45_SEPERTI ADA YANG HILANG

    "Assalamu'alaikum jagoan!" seru Rian membuka lengannya menerima kedatangan Ilham. Bocah itu tertawa senang saat dokter tampan itu mengangkatnya. Menyenangkan sekali memiliki Bapak dan Papa ganteng sekaligus. "Rian, kamu ke sini?"Kinarsih menghampiri. Badai ternganga dengan alisnya yang bertaut. Merasa kesal sampai ke puncak kepala karena pemuda itu selalu ikut campur dalam hubungannya dengan Kinarsih. Ia ingat betul bagaimana mereka baku hantam saat ia tak lama menceraikan Kinarsih. Sekarang, dia muncul lagi. Bikin geram. Apalagi nampak putranya begitu dekat dengan dokter itu. "Iya. Aku dengar kabar, ibunya Ana sakit parah karena kecelakaan. Aku kemari untuk menjenguknya. Tadi aku sudah telpon Ana."Rian tidak memandang Kinarsih. Ia berlalu saja saat wanita itu menghampirinya. Patah. Itu yang dirasakan Kinarsih saat ini. Kenapa tiba-tiba ia ingin menangis? Badai mendekatinya lalu mencoba meraih tangannya lagi. Kinarsih menepis."Aku harus menyambut Rian. Dia adalah tamu rumah ini."

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 46_TERBONGKAR

    Rian melewati jalur keluar menuju kota namun dari sampingnya, sebuah mobil merah memberinya klakson. Rian menoleh. Nampak Badai membuka kaca mobilnya dan memberi isyarat agar mereka menepi. Rian membuang wajah dan kembali fokus menyetir. Badai dibuatnya meradang hingga pria itu menekan klakson beberapa kali. "Pria sinting," desis Rian meluncur lebih kencang dan tentu saja Badai berusaha mengimbanginya. Setelah beberapa menit melaju dengan kecepatan tinggi, Rian akhirnya membelokkan mobilnya ke sebuah parkiran pusat perbelanjaan. Dengan tenang, dia keluar dan menuju cofeeshop di depan parkiran. Badai pun mengikutinya. "Cepat katakan niatmu. Aku seorang dokter, waktuku sangat berharga.""Puih! Sombong. Baru honer, sudah berasa gaji 50 juta."Rian hanya berusaha bernafas tenang. "Jauhi Kinarsih. Kami akan rujuk," lanjut Badai tanpa ragu. "Ya, silahkan."Badai mengkerutkan alisnya seperti menaruh curiga. Nampak Rian seperti santai saja. "Kalian tidak memiliki hubungan spesial kan?""P

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 47_PENDIRIAN

    Kinarsih melihat Ilham yang sedang tertidur lelap di kamar belakang setelah lelah bermain. "Ilham, bangun, Nak. Kita mau pulang sekarang," ujar Kinarsih mengelus kaki putranya namun nocah itu tak bergerak sedikit pun. Begitu amat lelap. Kinarsih tidak ingin memaksa Ilham lagi seperti sebelumnya karena ia sendiri sudah mengingkakri. Beberapa kali tak jadi pulang, ada saja halangan. "Ilham sudah betah main debgan teman-teman sebayanya, Nak. Tinggallah beberapa hari lagi. Aku mohon." Suara Haryanto lembut dan membuat Kinarsih berbalik menoleh ke arah pintu. "Satu minggu ke depan, aku akan keluar dari pagi sampai sore, Arsih. Ada proyek dari desa. Syukur alhamdulillah, di usiaku ini, masih dipercaya sama kepala desa yang sekarang. Kalau kamu tidak ada di sini, tak tenang aku di luar."Kinarsih menghela napasnya berat. "Setelah selesai pekerjaanku, aku redha kamu pulang. Maaf, Arsih. Aku sangat mengandalkanmu," lanjut Haryanto. Meski amat berat, membayangkan seminggu lagi, Kinarsih menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 48_KARENA ...

    Kinarsih sampai di rumahnya. Melegakan sekali bisa kembali di rumahnya sendiri. Dua minggu rasanya sangat lama baginya. Dia langsung merebahkan diri di atas dipannya. Ia masih mempertahankan kasur kapuk peninggalan ibunya. Sampai kapan pun tak akan dia ganti. Wanita itu menutup mata, merasakan tubuhnya yang terasa remuk redam. Apa pun yang telah terjadi, dia pasrahkan."Mak! Main, ya!" seru Ilham membuka sepatunya lalu memakai sandal. "Ingat, jangan jauh-jauh."Entah didengar atau tidak, Ilham sudah berlari keluar. Sejak hadirnya bapaknya, ia sudah tidak takut lagi main. Bapaknya sudah pulang meski mereka tidak tinggal bersama. Bapak sudah berjanji akan tinggal bersama mereka. Bahagia sekali hati Ilham. "Assalamu'alaikum!"Kinarsih mendengar suara salam wanita, namun dia mengabaikannya. Tak ada perempuan yang akan mencarinya, setelah dia berhenti menerima orderan cucian. "Assalamu'alaikum!!! Kinarsih, ini aku, Susan."Mata Kinarsih langsung terbuka kaget. Ia mengusap wajahnya. Susa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 49_TERIMAKASIH

    Terlihat seorang wanita muda sedang duduk santai di depan meja bundar di sebuah cafe. Terdapat kain biru tua yang menutupi kepalanya namun tidak sempurna. Sebuah kacamata hitam dan besar bertengger di kelopak matanya. Dia Berpura-pura menatap layar hp, sesekali melihat ke depan, seperti menunggu seseorang. Perhiasannya yang memenuhi seluruh jemarinya yang lentik dan kuku berwarna merah nyala, memberikan tanda dia memang wanita yang kaya raya."Kenapa kamu memilih tempat seperti ini? Di sini banyak yang mengenaliku," ketus Nining yang tiba-tiba mendatanginya."Memangnya kenapa, Ma? Toh bertemu dengan menantu bukan hal yang tabukan?" senyum Adelia melepas gawainya santai."Mantan ya, ingat itu." Nining meletakkan kasar tasnya di atas meja. Adelia tersenyum melihat tingkah Nining. Jelas, wanita tua itu sedang menyembunyikan rasa was-wasnya."Permisi, ini list menunya ya, Mbak." Seorang pelayan berwajah manis berdiri di samping mereka. Nining tanpa ekspresi tak menghiraukan. Adelia hanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 50_HUKUMAN BESAR

    Semilir angin dan dinginnya pagi menjadi saksi beberapa anggota keluarga yang sedang berdebat sengit. Untung saja, rumah mereka memiliki halaman yang luas sehingga pantulan suara tidak terdengar oleh tetangga. Kepala keluarga itu heran, istrinya tiba-tiba memihak kepada mantan menantu yang telah berkhianat."Bagaimana bisa, kamu sekarang bersikeras untuk tidak mengusut dan menuntut Adelia? Kamu tahukan, banyak kerugian Badai karenanya. Itu harta kita juga! Kamu ini tak waras!" cerca Nasrun pada Nining yang sedang duduk menerima omelan suaminya. Dengan alasan tak masuk akal, ia sedari tadi terus melarang suami dan anaknya pergi."Mama ini aneh. Terakhir Adelia ke sini, Mama sangat geram padanya. Bahkan Mama yang paling tidak sabar untuk menuntutnya. Apa yang sedang terjadi, Ma? Mama diancam oleh wanita iblis itu?" Badai mendelik mendekati ibunya. Ia mencoba mencari jawaban dari netra tua yang telah berusia kepala lima itu."Aku hanya tidak ingin masalah ini panjang lebar. Kita berdamai

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08

Bab terbaru

  • DITALAK SETELAH AKAD   ENDING

    "Itu murni hasil menulis, Bi. Bukan jual sawah Bapak," ulang Kinarsih menegaskan. "Ap-apa dengan menulis bisa dapat segini?" tanya Niah tidak bisa menahan dirinya. Kinarsih mengangguk dengan senyum merekah. Ia rela hasil usaha kerja kerasnya berbulan-bulan, siang malam tak kenal lelah demi membuktikan pada calon ibu mertuanya itu."Tapi itu tidak istan, Bi. Semua berproses," jawab Kinarsih. Niah masih menatap buku rekening itu. Perlahan matanya terus menelisik jejak uang yang masuk. "Pakailah, Bi untuk bantu-bantu acara. Arsih gak mau, Bibi dan Rian banyak beban lagi. Setidaknya ada yang Arsih bisa lakukan untuk bantu Bibi."Setelah menatap lamat-lamat buku rekening itu, Niah menoleh kepada Kinarsih. "Sekarang katakan, jika seandainya aku lumpuh seperti uwakmu yang sudah meninggal itu, apakah kamu akan merawatku juga?""Pertanyaan itu sepertinya sangat sudah jelas jawabannya, Bi. Kepada istri dari adik bapak saja, yang pernah membuat luka di hati, Arsih masih mau untuk merawatnya k

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 64_TERKEJUT

    Badai menyandarkan motornya di bawah pohon mangga. Ia sengaja membawa motor, niatnya mau mengajak Ilham jalan-jalan. Akhir pekan begini, biasanya Kinarsih di rumah Yanto. Mungkin wajah manis mantan istrinya yang dia rindukan sepanjang jalan, bisa sedikit menghilangkan pikirannya yang lelah memulai bisnis dari nol. Bulat tekadnya untuk memperbaiki hidupnya bersama Kinarsih dan anaknya, mungkin Tuhan akan sedikit berbaik hati menyempurnakan hidupnya. Bukankah ada pepatah mengatakan, selama janur kuning belum melengkung, kita boleh menikung? Seharusnya ia masih boleh berharap. Badai tersenyum simpul. Baru saja Badai turun, riuh rendah suara beberapa orang dari dalam terdengar. Dia pun baru sadar, di teras rumah terpasang beberapa bunga hias buatan melingkari sisi-sisi tiang. Di langit-langit teras tergantung hiasan bunga-bunga putih seperti kumpulan melati melambai-lambai jatuh. Cantik.Badai mengernyitkan kening heran.Ia pun masuk, tanpa salam. Didapatinya beberapa orang yang tak dike

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 63_TERIMAKASIH

    Niah menghela nafasnya berat. Mencoba menenangkan hatinya. Ini demi putranya, dia harus mengalah. Dilihatnya sekeliling, tampak daun mangga kering yang berguguran menutupi halaman. Ia melangkah terus. Keputusan sudah bulat."Assalamualaikum!" salamnya dengan yakin. Tak ada sahutan jawaban. Ia mencoba sekali lagi. Terbukalah pintu rumah yang terasnya berdinding keramik biru."Waalaikumussalam," jawab seorang lelaki tua. Siapa lagi kalau bukan Yanto. Dahinya mengernyit, heran, siapakah wanita berhijab lebar di depannya ini?"Saya Niah, ibunya Rian," tanggap Niah mengerti keheranan pemilik rumah."Ooh ... ayo silakan masuk, Bu. Maaf berantakan," ucap Yanto sedikit kaku. Hatinya penuh tanda tanya, mengapa sampai ibunya Rian datang? Ia was-was, akan ada perdebatan di rumahnya. Yanto mencoba mencair."Terimakasih." Niah masuk dan duduk di sofa merah, "Kinarsih ada di sini kan?" lanjutnya lagi."Nggih, Bu. Kebetulan sudah dua

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 62_IBU

    Enam bulan kemudian ....Rumah hijau itu lenggang. Tanah kering yang ditiup angin membawa debu masuk sebab jendela-jendela terbuka lebar. Sayup-sayup suara isak wanita terdengar dari dalam bilik kamar."Jangan terlalu keras terhadap keputusan anakmu. Dia sudah dewasa. Usianya bukan remaja lagi. Sudah saatnya dia menikah dengan pilihannya. Apakah kamu bisa menjamin, jika bersama dengan wanita lain, dia akan bahagia? Apa kebahagiaannya tidak menjadi perioritasmu, Niah?" Kamal mendekati istrinya dengan lembut. Dibelainya rambut panjang yang sudah beruban itu. Tangannya yang lain mengusap bahu Niah untuk menyalurkan ketenangan. "Aku tidak memaksa pilihanku, Bang. Aku hanya tidak mau, Kinarsih menjadi menantuku. Masih banyak wanita lain yang jauh lebih baik. Kukira selama ini dia sudah melupakan wanita itu, nyatanya mereka culas! Hiks hiks hiks." Niah sesugukan. Sedari tadi ia tak berhenti menangisi keputusan Rian yang tak masuk di akalnya. Secara tiba-tiba, pemuda itu menyampaikan keing

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 61_HILANG

    Ana melangsungkan pernikahan dengan sederhana di mushola yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Setelah akad berlangsung, dilanjutkan acara makan bersama. Kinarsih dan Marni sibuk mempersiapkan semuanya. Banyak warga yang membantu juga karena Yanto adalah orang yang sangat dekat dengan masyarakat sebab dia dulu sebagai mantan kepala desa. Meski banyak yang bertanya dan heran mengapa sampai Ana mau menikah dengan pria yang bukan sarjana dan sebagai peternak yang baru merintis, Yanto sama sekali tidak menjadikannya bahan pikiran. Ia hanya meminta doa dari para warga yang masih bertanya-tanya."Namanya jodoh, sudah seperti ini. Doakan saja nanti Ana bisa jadi istri yang baik dan mereka sejahtera," tanggap Yanto tenang. Yang penting baginya, ada yang mau menerima kondisi Ana saat ini. Setidaknya setitik ada cahaya harapan, aib itu tidak terbongkar secara gamblang. Setelah acara selesai, Ana langsung diboyong ke rumah suaminya. Haryanto dan Erni melepas putrinya dengan rasa haru dan ikh

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 60_MERINTIS

    Ana langsung meraih tubuh Kinarsih. Ia langsung mengangkat wajah kakak sepupunya itu dan memeluknya. "Arsih! Bangun woy!!! Apa yang barusan kamu lakukan?!" teriak Ana. Suara motor berderum kencang meninggalkan mereka. Keempat pria itu sudah tak terlihat. Ana menangis histris karena Kinarsih tak bersuara dan menutup matanya. "Ba-bawa ke puskesmas aja, Mbak! Gak terlalu jauh dari sini.""Ii-iya, Mas." Pria penyabit itu nampak masih muda. Ana menoleh kiri kanan dan melihat motor Kinarsih. "Masnya bisa bantu gonceng?""Iya, bisa Mbak!" jawab pria itu cepat. Mereka langsung mengangkat tubuh Kinarsih, membawanya naik ke motor. Ana memeluk Kinasih dari belakang."Bertahanlah Kinarsih, aku mohon!"Ana memandang wajah Kinasih yang memucat. Rasa bersalah semakin pekat dan bergelayut kuat dari dalam hatinya. Luar biasa pengorbanan Kinasih untuk dirinya, sampai-sampai wanita itu tidak memperdulikan nyawanya sendiri."Mengapa kamu sebodoh ini, hah?! Kinarsih kamu harus bertahan karena aku belum

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 59_PERLAWANAN

    Sore itu Kinarsih mondar-mandir di ruang tamu. Bahkan beberapa telepon dan pesan dari Rian tidak dia indahkan karena rasa khawatirnya terhadap Ana. Biar bagaimana pun anak adalah sepupunya. Dulu saat mereka masih kecil seusia SD, mereka sempat dekat. Namun Ana selalu mendapatkan hasutan dari Erni sehingga gadis itu menjadi sangat tidak bersahabat. "Kamu sedang menunggu siapa?" tanya Yanto. "Bukan siapa-siapa, Wak.""Kamu mau pulang?"Kinarsih menggeleng. Tak sampai hatinya untuk meninggalkan Erni yang semakin memburuk. Lebih-lebih, wanita itu sudah meminta maaf berkali-kali. Yanto juga sering keluar tinggalkan rumah jika ada kerjaan dari kantor desa yang membutuhkan tenaganya."Kenapa kamu tampak gelisah begitu?" tanya Yanto. Kinasih menoleh kepada uwaknya itu dengan tatapan sayu. "Tak tenang hati ini memikirkan Ana, Wak. Satu minggu bukanlah waktu yang sedikit.""Biarkan saja dia. Nanti kalau uangnya sudah habis, dia pasti pulang. Aku yakin dia sudah menjual perhiasan itu dan tin

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 58_TERUSIR

    "Tidaak!!!! Kau kira aku barang murahan! Seenaknya kau tawarkan begitu. Aku hanya inginkan Rian. Rian cinta pertamaku. Yakinlah Rian, aku sungguh mencintaimu. Huhuhuhu ...," tangis Ana tak mau Rian melepaskan pelukannya walau Rian sudah memberi isyarat kuat."Kau mengagungkan cinta pertama. Tanyakan Rian, siapa cinta pertamanya?" tantang Kinarsih percaya diri. Diabaikannya Badai yang sedari tadi menatapnya tajam. Ana tak mau bicara. Hanya isaknya saja yang jelas terdengar."Kinarsih cinta pertamaku dan terakhirku, An. Aku akan berjuang untuknya. Tolong lepaskan aku." Rian mencoba lagi. Kali ini dengan sedikit kekuatannya. Namun ia gagal. Ana semakin mengeratkan pelukannya. Jika ia memaksa, takut gadis ini semakin nelangsa. Rian kembali pasrah.Kinarsih mendekati mereka. Memegang kasar bahu Ana lalu menariknya."Lepaskan!" Ana tersungkur ke lantai."Janda setaaaan! Beraninya kamu kasar kepadaku!!!"Ana mengamuk, mencoba menerkam Kinarsih. Rian menangkap tangannya, menghempaskannya lalu

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 57_BAGAIMANA KALAU?

    "Aaaa-aarsih," panggil Erni dengan suara yang sangat payah. Kinarsih menoleh, tanpa menjawab. Itu pun dia kembali merapikan kain yang dipakai Erni. Mood Kinarsih sedang buruk. "Mmma-mmaaafkan aak-ku," ucapnya terbata. Kinarsih tak menjawab, terus saja dia membersihkan debu dan pasir yang di sprei itu. Entah darimana datangnya."Kkaaau maau kan?"Kembali Erni mencari jawaban dari mulut Kinarsih. Namun wanita muda itu sungguh enggan untuk berbicara sepatah kata pun padanya. Erni menyerah. Ujung matanya meneteskan air mata dan dia pun tak mampu mengusapnya.Hari berikutnya .... "Ma-aafkan a-aku," suara Erni tersendat namun jelas di telinga Kinarsih yang sedang mengelap tubuhnya. Ia mencoba menatap wajah wanita muda yang dia benci sejak kecilnya, sampai dimana ia sendiri mendengar pengakuan menjijikan putrinya sendiri. Justru, yang dibenci yang berbakti. Sungguh sangat memalukan. Yang disayang-sayang, dimanja-manja, jangankan sudi merawat j

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status