Share

BAB 11_JANJI

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2023-07-30 08:18:33

"TIDAK!!!" teriakku. Aku terbangun dan melihat sekelilingku dengan cepat. Ada wak Yanto yang berada di sampingku. Seorang wanita yang kukenal sebagai bidan di desa ini. Di tanganku terpasang infus. Rupanya aku masih di kamarku dan aroma nanas muda masih pekat.

"Kalau nanti habis infusnya, dan tidak ada pendarahan atau mual-mual lagi, telpon saya ya, Pak. Nanti saya buka infusnya. Nanti saya bantu bawa ke donter kandungan untuk memeriksa kondisi kandungannya."

"Tak perlu, Bu. Cabut aja sekarang, toh juga Kinarsih sudah sadar."

Bidan itu hanya tersenyum kecil lalu mengucapkan permisi.

"Jangan jadi hamba yang tak tahu diri, Kinarsih. Sudah berbuat dosa zina, lagi kau akan menjadi pembunuh. Kalau kau mati dalam usahamu menggugurkan kandunganmu, maka kau akan mati dalam su'ul khotimah. Sudah rugi di dunia, rugi selamanya di akhirat."

"Wak ... Maaf," desisku. Aku langsung menangis. Namun seperti abai, Wak Yanto bangkit.

"Kasih dia makan," ucapnya datar lalu pergi meninggalkanku yang terp
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 12_AWAL MULA

    *** FLASH BACK POV AUTHOR*** "Badai! Antar Bibi pulang dong, sekali-kali mau dong naik mobil ponakan," rengek Erni. "Aku lagi kurang enak badan, Bi," jawab Badai. "Lihat Ning, rasanya aku ini bukan bibinya, sampai tega menolak permintaanku." "Antar Bibimu, Badai. Biasanya juga kamu rajin ke rumahnya," sindir Nining, Sang Ibu. Badai berwajah masam. Ia merasa tidak tenang jiwanya. Sejak kejadian itu, ia merasa bersalah kepada Arsih. Dia serius mencintai gadis itu, namun jika dia kembali ke keluarganya, ia akan mengingat bahwa strata sosial itu sangat penting. Tentu saja Kinarsih bukanlah gadis yang diinginkan keluarganya. Jika sampai ayahnya tau dan murka, bisa-bisa ia tidak akan mendapatkan harta warisan. Seorang wanita yang berpendidikan dan dari keluarga kaya raya berpangkatlah yang boleh menjadi bagian dari keluarga Nasrun Sakti Wijaya. Itu aturan sekaligus persyaratan yang ayahnya buat. "Apa yang harus aku katakan pada Arsih jika aku bertemu dengannya nanti di rumah Bi Er?"

    Last Updated : 2023-07-31
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 13_HANCUR SUDAH HANCUR

    "Kamu harus segera meminta laki-laki itu bertanggung jawab, Arsih!" Bola mata Adelia seperti penuh tertutupi dengan air. Aku tahu sahabatku ini benar-benar tulus menyayangiku. Jelas terlihat raut wajahnya tegang hingga sampai merah. Bahkan aku bisa melihat dengan jelas, urat-urat bola matanya berubah jadi merah karena menahan rasa iba. "Aku tidak bisa menghubunginya. Aku berkali-kali mencoba menelponnya tapi tidak ada respon," jawabku histeris. Adelia memelukku. Berkali-kali ia menghapus air mataku. Gadis itu pun akhirnya menangis. Basah hijabku oleh air matanya. Dia gadis yang peka, pastilah bisa merasakan bagaimana menderitanya menjadi aku. Sudah tak berayah dan beribu, sekarang harus hamil di luar nikah. Bayangan hujatan dan hinaan makin pekat di otakku. Siapapun, katakan padaku, bagaimana caraku untuk bernafas agar aku terus hidup?! Sesak rasa dadaku hingga suaraku tercekat. "Sudah, jangan menangis lagi. Tangisan ini tidak akan menyelesaikan masalah. Kamu coba hubungi dengan h

    Last Updated : 2023-08-01
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 14_HANYA SEKALI

    "Sudah Wak! Wak Er, mungkin benar Arsih menjual diri, tapi siapa yang menjual Arsih? Bukannya Wak yang mendapatkan keuntungan dari hasil jualannya Arsih?!" teriakku tak tertahan. Mungkin sudah penuh isi dadaku ini, jadinya aku memiliki kekuatan dan keberanian untuk menimpalinya. "Heh, anjing jaga ucapanmu ya!" Wak Erni memucat. "Iya, anjing ini sudah habis terjual oleh Uwak nya sendiri!" "Apa maksudmu?" Wak Yanto terlihat bingung menatapku. "Jangan dengarkan wanita gila ini, Kak!" "Diam kau Erni!" Suara Wak Yanto menyalang. "Jelaskan padaku apa arah pembicaraan kalian, Arsih!" "Arsih ... Arsiih ...." Rasanya tenggorokanku tak mampu mengeluarkan suara. "Apa Arsih? Bicaralah. Jangan buat Wakmu ini kebingungan." Wak Yanto melemahkan suaranya. "Arsih ha ...." Aku susah bernafas. "Arsih ... tenanglah, Nak." "Arsih haa ... haamil, Wak," isakku menyeruak memenuhi halaman yang terbuka. Terasa seratus pisau menusuk tubuhku ketika kumenyampaikan kebenaran itu di depan orang yang s

    Last Updated : 2023-08-02
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 15_MENGGIGIL

    "Kurang ajar sekali mulutmu itu!!!" Haryanto menampar dan menarik leher Badai sampai pemuda itu tersungkur. "Aaaaakhhh sakit, Paman!" Badai berteriak dan meringis. Kedua orang tuanya hanya mampu melihat dan menahan nafas. Haryanto memiliki alasan yang kuat untuk tak terkendali. "Kau sudah merenggut kehormatan putriku, dan kau menghinanya seolah dia juga bersama laki-laki lain! Kubunuh kau sekarang!" Haryanto menekan leher Badai dengan kuat sehingga wajah pemuda itu memerah pertanda ia butuh oksigen. "Hentikan! Tolonglah ... mari kita bicarakan baik-baik! Badai pasti akan mempertanggungjawabkan perbuatannya," tangis Nining memegang lengan Haryanto. Berharap, adik iparnya itu melemah. "Menurut kalian, apa aku harus diam saja ketika keponakanku dihina begini, hah?!" Haryanto mengalihkan pandangannya kepada kedua pasangan itu. "Tidak, Yan. Tapi tolong kasihi Badai. Kalau ada apa-apa dengannya, bagaimana bisa ia menikahi Kinarsih?" Nining masih berusaha melepaskan cengkraman di leher

    Last Updated : 2023-08-03
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 16_JANGAN PUTUS ASA

    Byuuuur!!! Tiba-tiba air yang begitu dingin mengguyur tubuhku. Aku yang mengerang seketika hanya bisa terhenyak. Menggigil tanganku mengusap mataku agar jelas kulihat sosok di depanku itu. "Berisik! Sudah jam sebelas malam ini! Kamu kayak orang gila!" "Dingin ... wak ...," desisku menggigil. Wanita keriting itu sangat kejam. "Resikomu jadi perempuan murahan. Jangan harap aku mau mengurusmu. Merepotkan saja. Awas kalau kamu berisik lagi." Wak Er melempar centong yang ada di tangannya dengan sangat keras menghempas dinding. Aku masih tergugu dalam kaku. Sudah cukup. Aku sudah tak sanggup lagi. Aku harus pergi dari rumah ini. Akan kubuang diriku sejauh-jauhnya. Kutatap infus yang ada di tanganku. "Aaaaakhh!" teriakku menahan sakit saat jarum itu tercabut. Tubuhku sempoyongan saat berusaha berdiri. Aku segera melepas bajuku hingga aku tak berpakaian sama sekali. Aku masih kuyup. Wanita jahat itu luar biasa kejamnya. Hampir lepas rasa tulangku dari daging karena begitu dingin sek

    Last Updated : 2023-08-04
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 17_ANDAI SAJA

    Setelah memasak untuk makan siang, aku bergegas menuju kamarku. Kepalaku rasanya sangat pusing. Bahkan aku merasa memiliki dua jantung yang sedang berdetak. Sembari berjalan dengan pelan, aku mengelus perutku. "Pel rumah. Debu semua," ujar Wak Erni yang melewatiku. Dia membawa sebuah ponsel, seperti sedang menonton film. "Nanti sore, Wak. Arsih mau rehat dulu. Makan siang sudah siap," ujarku. "Manja. Pel dulu baru boleh ke kamar!" Wanita itu berlalu menuju dapur. Pastilah dia akan makan. Benar-benar manusia tak berhati nurani. Aku tidak peduli dengan perintahnya. Seandainya bukan Wak Yanto yang ikut makan, aku tidak akan mau masak. Sekarang perutku sudah kenyang, karena aku lebih dulu makan. "Mak! Aku pergi dulu!" seru Ana. "Oke. Salam sama dokter ganteng itu, ya! Aduh, calon mantu!" timpal Wak Erni dari dapur. Aku tercengang. Apa itu artinya, Ana akan menemui Rian? Aku segera mengejar Ana yang sedang memanasi motornya. "An ... apa kamu mau ketemu, Rian?" tanyaku lemah lembu

    Last Updated : 2023-08-05
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 18_DOA

    "Arsih! Beli daging lima kilo!" teriak Wak Er. "Maaf Wak, Arsih malu," ucapku setelah membuka masker di wajahku. Aku harus menggunakan masker selama di dapur untuk mengurangi aroma perbumbuan yang menyengat sampai ke otak. "Kamu beli, bukan minta!" serunya lagi melotot. "Bukan begitu, Wak. Arsih malu karena ...." Aku memegangi perutku yang terasa mulai sering berkedut. Kebetulan memang ada tempat jagal sapi dua ratus meter dari rumah Wak Yanto. Itu artinya aku akan melewati banyak orang yang akan menatapku sinis. Aku benar-benar masih belum siap. "Jangan banyak alasan kamu. Orang hamil harus sering jalan biar gampang pas lahiran. Pemalas! Sudah, antarkan kopi Wak-mu lalu beli daging. Ini uangnya. Besok sore ada arisan di sini!" Jantungku makin berderab kencang. Akan banyak orang yang datang ke rumah ini dan tentu saja, aku yang hamil di luar nikah adalah topik terhangat dan terseru untuk digibahkan. Ya Allah, hatiku makin nelangsa. Ingin rasanya aku menghilang, pergi sejauh mun

    Last Updated : 2023-08-06
  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 19_BI MARNI

    Sejak siang itu sampai malamnya, aku tidak keluar. Kuhabiskan waktuku untuk tidur. Tak peduli beberapa kali Wak Er menggedor pintu kamarku, aku pura-pura tidak mendengarnya. Sampai jelas kudengar lemparan batu di pintu kamarku, malah wanita gila itu melempar kerikil melalui pentilasi kamarku. Dia memang sinting dan aku tidak peduli. Aku ingin istirahat. Jam satu dini hari, aku keluar karena perutku lapar sekali. Rupanya masih ada beberapa biji bakso bersama kuahnya. Segera kuambil sisa kerak nasi di rice cooker. Aku makan lahap sekali sampai bersih nasi yang lengket di dasar panci. Air mataku tiba-tiba menetes bercampur dengan kuah bakso dalam panci yang sedang kumakan. Begini rasanya menumpang. Entah sampai kapan, aku pasrah. Cucian piring dan mangkok jelas menumpuk. Haram tangan Nyonya rumah dan Sang Putri mencucinya. Otakku ingin meninggalkan cucian itu tapi entah kenapa hatiku memutuskan untuk mencucinya. Setidaknya agar esok, kerjaanku lebih ringan. Aku berkutat di dapur samp

    Last Updated : 2023-08-07

Latest chapter

  • DITALAK SETELAH AKAD   ENDING

    "Itu murni hasil menulis, Bi. Bukan jual sawah Bapak," ulang Kinarsih menegaskan. "Ap-apa dengan menulis bisa dapat segini?" tanya Niah tidak bisa menahan dirinya. Kinarsih mengangguk dengan senyum merekah. Ia rela hasil usaha kerja kerasnya berbulan-bulan, siang malam tak kenal lelah demi membuktikan pada calon ibu mertuanya itu."Tapi itu tidak istan, Bi. Semua berproses," jawab Kinarsih. Niah masih menatap buku rekening itu. Perlahan matanya terus menelisik jejak uang yang masuk. "Pakailah, Bi untuk bantu-bantu acara. Arsih gak mau, Bibi dan Rian banyak beban lagi. Setidaknya ada yang Arsih bisa lakukan untuk bantu Bibi."Setelah menatap lamat-lamat buku rekening itu, Niah menoleh kepada Kinarsih. "Sekarang katakan, jika seandainya aku lumpuh seperti uwakmu yang sudah meninggal itu, apakah kamu akan merawatku juga?""Pertanyaan itu sepertinya sangat sudah jelas jawabannya, Bi. Kepada istri dari adik bapak saja, yang pernah membuat luka di hati, Arsih masih mau untuk merawatnya k

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 64_TERKEJUT

    Badai menyandarkan motornya di bawah pohon mangga. Ia sengaja membawa motor, niatnya mau mengajak Ilham jalan-jalan. Akhir pekan begini, biasanya Kinarsih di rumah Yanto. Mungkin wajah manis mantan istrinya yang dia rindukan sepanjang jalan, bisa sedikit menghilangkan pikirannya yang lelah memulai bisnis dari nol. Bulat tekadnya untuk memperbaiki hidupnya bersama Kinarsih dan anaknya, mungkin Tuhan akan sedikit berbaik hati menyempurnakan hidupnya. Bukankah ada pepatah mengatakan, selama janur kuning belum melengkung, kita boleh menikung? Seharusnya ia masih boleh berharap. Badai tersenyum simpul. Baru saja Badai turun, riuh rendah suara beberapa orang dari dalam terdengar. Dia pun baru sadar, di teras rumah terpasang beberapa bunga hias buatan melingkari sisi-sisi tiang. Di langit-langit teras tergantung hiasan bunga-bunga putih seperti kumpulan melati melambai-lambai jatuh. Cantik.Badai mengernyitkan kening heran.Ia pun masuk, tanpa salam. Didapatinya beberapa orang yang tak dike

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 63_TERIMAKASIH

    Niah menghela nafasnya berat. Mencoba menenangkan hatinya. Ini demi putranya, dia harus mengalah. Dilihatnya sekeliling, tampak daun mangga kering yang berguguran menutupi halaman. Ia melangkah terus. Keputusan sudah bulat."Assalamualaikum!" salamnya dengan yakin. Tak ada sahutan jawaban. Ia mencoba sekali lagi. Terbukalah pintu rumah yang terasnya berdinding keramik biru."Waalaikumussalam," jawab seorang lelaki tua. Siapa lagi kalau bukan Yanto. Dahinya mengernyit, heran, siapakah wanita berhijab lebar di depannya ini?"Saya Niah, ibunya Rian," tanggap Niah mengerti keheranan pemilik rumah."Ooh ... ayo silakan masuk, Bu. Maaf berantakan," ucap Yanto sedikit kaku. Hatinya penuh tanda tanya, mengapa sampai ibunya Rian datang? Ia was-was, akan ada perdebatan di rumahnya. Yanto mencoba mencair."Terimakasih." Niah masuk dan duduk di sofa merah, "Kinarsih ada di sini kan?" lanjutnya lagi."Nggih, Bu. Kebetulan sudah dua

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 62_IBU

    Enam bulan kemudian ....Rumah hijau itu lenggang. Tanah kering yang ditiup angin membawa debu masuk sebab jendela-jendela terbuka lebar. Sayup-sayup suara isak wanita terdengar dari dalam bilik kamar."Jangan terlalu keras terhadap keputusan anakmu. Dia sudah dewasa. Usianya bukan remaja lagi. Sudah saatnya dia menikah dengan pilihannya. Apakah kamu bisa menjamin, jika bersama dengan wanita lain, dia akan bahagia? Apa kebahagiaannya tidak menjadi perioritasmu, Niah?" Kamal mendekati istrinya dengan lembut. Dibelainya rambut panjang yang sudah beruban itu. Tangannya yang lain mengusap bahu Niah untuk menyalurkan ketenangan. "Aku tidak memaksa pilihanku, Bang. Aku hanya tidak mau, Kinarsih menjadi menantuku. Masih banyak wanita lain yang jauh lebih baik. Kukira selama ini dia sudah melupakan wanita itu, nyatanya mereka culas! Hiks hiks hiks." Niah sesugukan. Sedari tadi ia tak berhenti menangisi keputusan Rian yang tak masuk di akalnya. Secara tiba-tiba, pemuda itu menyampaikan keing

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 61_HILANG

    Ana melangsungkan pernikahan dengan sederhana di mushola yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Setelah akad berlangsung, dilanjutkan acara makan bersama. Kinarsih dan Marni sibuk mempersiapkan semuanya. Banyak warga yang membantu juga karena Yanto adalah orang yang sangat dekat dengan masyarakat sebab dia dulu sebagai mantan kepala desa. Meski banyak yang bertanya dan heran mengapa sampai Ana mau menikah dengan pria yang bukan sarjana dan sebagai peternak yang baru merintis, Yanto sama sekali tidak menjadikannya bahan pikiran. Ia hanya meminta doa dari para warga yang masih bertanya-tanya."Namanya jodoh, sudah seperti ini. Doakan saja nanti Ana bisa jadi istri yang baik dan mereka sejahtera," tanggap Yanto tenang. Yang penting baginya, ada yang mau menerima kondisi Ana saat ini. Setidaknya setitik ada cahaya harapan, aib itu tidak terbongkar secara gamblang. Setelah acara selesai, Ana langsung diboyong ke rumah suaminya. Haryanto dan Erni melepas putrinya dengan rasa haru dan ikh

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 60_MERINTIS

    Ana langsung meraih tubuh Kinarsih. Ia langsung mengangkat wajah kakak sepupunya itu dan memeluknya. "Arsih! Bangun woy!!! Apa yang barusan kamu lakukan?!" teriak Ana. Suara motor berderum kencang meninggalkan mereka. Keempat pria itu sudah tak terlihat. Ana menangis histris karena Kinarsih tak bersuara dan menutup matanya. "Ba-bawa ke puskesmas aja, Mbak! Gak terlalu jauh dari sini.""Ii-iya, Mas." Pria penyabit itu nampak masih muda. Ana menoleh kiri kanan dan melihat motor Kinarsih. "Masnya bisa bantu gonceng?""Iya, bisa Mbak!" jawab pria itu cepat. Mereka langsung mengangkat tubuh Kinarsih, membawanya naik ke motor. Ana memeluk Kinasih dari belakang."Bertahanlah Kinarsih, aku mohon!"Ana memandang wajah Kinasih yang memucat. Rasa bersalah semakin pekat dan bergelayut kuat dari dalam hatinya. Luar biasa pengorbanan Kinasih untuk dirinya, sampai-sampai wanita itu tidak memperdulikan nyawanya sendiri."Mengapa kamu sebodoh ini, hah?! Kinarsih kamu harus bertahan karena aku belum

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 59_PERLAWANAN

    Sore itu Kinarsih mondar-mandir di ruang tamu. Bahkan beberapa telepon dan pesan dari Rian tidak dia indahkan karena rasa khawatirnya terhadap Ana. Biar bagaimana pun anak adalah sepupunya. Dulu saat mereka masih kecil seusia SD, mereka sempat dekat. Namun Ana selalu mendapatkan hasutan dari Erni sehingga gadis itu menjadi sangat tidak bersahabat. "Kamu sedang menunggu siapa?" tanya Yanto. "Bukan siapa-siapa, Wak.""Kamu mau pulang?"Kinarsih menggeleng. Tak sampai hatinya untuk meninggalkan Erni yang semakin memburuk. Lebih-lebih, wanita itu sudah meminta maaf berkali-kali. Yanto juga sering keluar tinggalkan rumah jika ada kerjaan dari kantor desa yang membutuhkan tenaganya."Kenapa kamu tampak gelisah begitu?" tanya Yanto. Kinasih menoleh kepada uwaknya itu dengan tatapan sayu. "Tak tenang hati ini memikirkan Ana, Wak. Satu minggu bukanlah waktu yang sedikit.""Biarkan saja dia. Nanti kalau uangnya sudah habis, dia pasti pulang. Aku yakin dia sudah menjual perhiasan itu dan tin

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 58_TERUSIR

    "Tidaak!!!! Kau kira aku barang murahan! Seenaknya kau tawarkan begitu. Aku hanya inginkan Rian. Rian cinta pertamaku. Yakinlah Rian, aku sungguh mencintaimu. Huhuhuhu ...," tangis Ana tak mau Rian melepaskan pelukannya walau Rian sudah memberi isyarat kuat."Kau mengagungkan cinta pertama. Tanyakan Rian, siapa cinta pertamanya?" tantang Kinarsih percaya diri. Diabaikannya Badai yang sedari tadi menatapnya tajam. Ana tak mau bicara. Hanya isaknya saja yang jelas terdengar."Kinarsih cinta pertamaku dan terakhirku, An. Aku akan berjuang untuknya. Tolong lepaskan aku." Rian mencoba lagi. Kali ini dengan sedikit kekuatannya. Namun ia gagal. Ana semakin mengeratkan pelukannya. Jika ia memaksa, takut gadis ini semakin nelangsa. Rian kembali pasrah.Kinarsih mendekati mereka. Memegang kasar bahu Ana lalu menariknya."Lepaskan!" Ana tersungkur ke lantai."Janda setaaaan! Beraninya kamu kasar kepadaku!!!"Ana mengamuk, mencoba menerkam Kinarsih. Rian menangkap tangannya, menghempaskannya lalu

  • DITALAK SETELAH AKAD   BAB 57_BAGAIMANA KALAU?

    "Aaaa-aarsih," panggil Erni dengan suara yang sangat payah. Kinarsih menoleh, tanpa menjawab. Itu pun dia kembali merapikan kain yang dipakai Erni. Mood Kinarsih sedang buruk. "Mmma-mmaaafkan aak-ku," ucapnya terbata. Kinarsih tak menjawab, terus saja dia membersihkan debu dan pasir yang di sprei itu. Entah darimana datangnya."Kkaaau maau kan?"Kembali Erni mencari jawaban dari mulut Kinarsih. Namun wanita muda itu sungguh enggan untuk berbicara sepatah kata pun padanya. Erni menyerah. Ujung matanya meneteskan air mata dan dia pun tak mampu mengusapnya.Hari berikutnya .... "Ma-aafkan a-aku," suara Erni tersendat namun jelas di telinga Kinarsih yang sedang mengelap tubuhnya. Ia mencoba menatap wajah wanita muda yang dia benci sejak kecilnya, sampai dimana ia sendiri mendengar pengakuan menjijikan putrinya sendiri. Justru, yang dibenci yang berbakti. Sungguh sangat memalukan. Yang disayang-sayang, dimanja-manja, jangankan sudi merawat j

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status