Share

BAB 175

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 16:42:21

"Ibu diam-diam berhutang tanpa bilang bapak dulu? Memangnya selama ini ibu punya penghasilan, kok bisa-bisanya pinjam uang sebanyak itu." Rudy mulai mencecar membuat Mawar semakin panik.

"Bapak kok ngomongnya begitu sih?! Ibu emang nggak kerja, Pak. Tapi bapak sama Rena kan kerja. Lagipula hutang ini juga bukan buat foya-foya, tapi buat kita semua. Kesannya ibu doang yang salah. Kalau bapak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, ibu juga nggak bakal minjam sana-sini seperti ini. Bukannya introspeksi malah playing victim. Seolah bapak yang paling tersakiti," tukas Mawar balik menyudutkan.

"Yakin buat kita semua?" sindir Rudy lagi membuat wajah Mawar semakin tertekuk.

Rena yang baru bangun tidur akhirnya keluar karena tak tahan mendengar keributan kedua orang tuanya. Dia berdiri di ambang pintu sembari melihat ke ruang tengah.

"Ribut terus dari pagi sih, Bu. Belum kelar juga perkara duit yang hilang itu?!" omel Rena kemudian.

Mawar dan Melati menoleh ke belakang. Begitu pula dengan Rud
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
zurnita zurnita
thor di cari jalan nya supaya end , cerita nya di sini komflik mulu , makin ke ujung makin ngk sesuai judul dgn alur nya
goodnovel comment avatar
Darmawati Juanda
update nya yg panjang dong thor ... lg serius nya da selesai tp ttp semangat ya thor
goodnovel comment avatar
Suria
pak rudi langsung tidak tegas. terlalu pasrah. patutlah jadi mangsa penipuan 2 ular. tiada pendirian pak rudinya. elok cerai pastu biar 2 ular tu tanggung sendiri hutang2nya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 1

    [Aku jatuhkan talak padamu, Meira Althafunnisa binti Rahmat Hidayat. Mulai saat ini, kamu bukan istriku dan kita tak memiliki hubungan suami istri lagi. Kamu boleh pergi dari rumah yang kamu tinggali saat ini dan aku membebaskanmu untuk tinggal di manapun kamu suka. Bawalah Aldo, hak asuhnya akan kuserahkan padamu] Meira, perempuan berhijab coklat pudar itu ternganga saat membaca pesan dari Ibrahim suaminya yang terkirim di layar handphonenya. Tangannya gemetar saat membaca ulang pesan itu. Rasa sesak dan sakit mulai terasa menyiksa. Air matanya pun luruh seketika. Meira terjatuh ke lantai karena tubuhnya terasa amat lemas seolah tulang-tulangnya dilolosi satu demi satu. Sakit, bingung, shock dan marah tercampur menjadi satu. Maira tak tahu mengapa suaminya yang baru tiga bulan bekerja di luar kota itu tiba-tiba menjatuhkan talak padanya. Dia yang sudah membersamai Ibrahim dari nol hingga kini memiliki jabatan penting di perusahaannya. Meira tak percaya apakah pesan itu benar-benar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 2

    "Kapan kamu angkat kaki dari rumah ini, Mbak?" Pertanyaan Lina menghentikan langkah Meira yang fokus dengan handphonenya. Meira masih bertukar pesan dengan sahabatnya untuk meminjam uang. Setidaknya buat pegangan karena dia sudah ditalak dan diusir dari rumah itu tanpa boleh membawa barang apapun. "Kamu nggak tu li kan, Mbak? Atau mendadak tu li setelah dicampakkan kakakku?" Mulut pedas Lina kembali mencela. Sikap Lina berubah judes sama Meira sejak gadis itu memergoki Meira agar Ibrahim tak membelikan handphone mahal saat Lina duduk di bangku menengah pertama. Meira pikir belum waktunya anak seusia itu memiliki gadget dengan harga tiga jutaan. Namun, siapa sangka Lina justru mencak-mencak dan membenci kakak iparnya hingga kini. Gadis itu merasa jika Meira terlalu mengatur keuangan kakaknya, padahal selama ini Meira sudah berusaha bersikap adil saat mendapatkan jatah bulanan dari Ibrahim. "Kamu juga nggak bu ta kan, Lin? Mbak sudah siap-siap angkat kaki dari sini. Tinggal menungg

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 3

    "Kamu nggak ada hak mengurusi isi rekeningku, Lin. Karena apa? Nggak semua isinya dari kantong kakakmu. Paham?!" sentak Meira sengit. Lina kembali mencibir. "Nggak tahu malu. Sudah ditalak dan diminta tak membawa uang sepeserpun masih saja-- "Bicara saja terus, sepuasmu. Sampai mulutmu berbusa. Aku nggak peduli. Maaf, aku bukan tipe perempuan yang doyan ngemis dan mengiba seperti kamu demi mendapatkan barang yang kusuka. Kita beda level, Lina. Jadi, jangan samakan aku dengan kamu! Sorry!" Meira tersenyum miring melihat ekspresi Lina yang begitu shock. Perempuan itu pasti tak mengira jika Meira yang lembut dan kalem itu bisa mengucapkan kalimat-kalimat menohok untuknya. Wajahnya mendadak merah padam antara malu, marah dan kesal. Campur aduk, tapi mendadak kehabisan kata untuk membalas hinaan kakak iparnya. Meira keluar rumah. Tak peduli suara Lina yang mulai memaki-maki dirinya dan menyebutnya perempuan tak tahu diuntung. Meira tak peduli. Dia melangkahkan kaki menuju sekolah Aldo

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 4

    "Apa perpisahan ayah dan bunda karena Tante Vonny?" Sedikit ragu Aldo mengatakannya. Namun, pertanyaan polos anak lelakinya itu justru membuat Meira shock seketika. "Tante Vonny?" ulangnya lirih. Aldo mengangguk pelan. "Iya, Bun. Ayah pernah memperkenalkan tante itu pada Aldo saat ngobrol di handphone nenek. Ayah bilang itu teman kantornya kok, Bun. Bukan siapa-siapa. Aldo harap bunda dan ayah tak marahan lagi. Jadi, Aldo tetap bisa sekolah di sini." Wajah polos Aldo tak kuasa membuat Meira menitikkan air mata. Dia bisa memendam rasa sakitnya sndiri, tapi melihat Aldo seperti saat ini membuat batin Meira semakin tersiksa. 'Apakah Mas Baim benar-benar memiliki wanita idaman lain sampai menjatuhkan talaknya begitu saja padaku? Apakah Tante Vonny yang dia perkenalkan pada Aldo itu adalah wanita idamannya? Jika memang iya, kepergianku rasanya bukanlah keputusan yang salah.' Berbagai pertanyaan dan pernyataan lalu lalang di benak Meira. Meira menghela napas panjang. Dia berusaha meyaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 5

    Meira mengajak Aldo segera pergi dari rumah itu. Tak ada gunanya tinggal di sana. Yang ada semakin menyesakkan dada karena terus disakiti batinnya. Bocah berusia sembilan tahun itu cukup mengerti bagaimana perasaan bundanya. Tak banyak tanya dan mengeluh, dia mengikuti langkah sang bunda keluar dari area perumahan itu. "Bunda jangan sedih. Aldo akan selalu menemani bunda," lirihnya dengan mata berkaca saat menunggu taksi datang. Tak kuasa menahan haru, Meira memeluk anak lelakinya lagi dan lagi. Dia merasa begitu beruntung memiliki Aldo yang pengertian terhadap masalah yang kini menimpanya. Tak menuntut untuk lekas dijelaskan ini dan itu. Aldo memilih diam dan mengikuti apapun keputusan bundanya. "Makasih, Sayang. Kamu memang anak terbaik dan terhebat bunda. Apa kamu takut tinggal bersama bunda saja?" tanya Meira sembari membingkai wajah Aldo. Mereka saling tatap, menekuri wajah masing-masing yang jelas terlihat sendu. Aldo tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. "Nggak, Bun. Aldo

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 6

    "Meira sudah pergi, Im. Sesuai permintaanmu, dia pergi tanpa membawa barang apapun." Soraya tersenyum tipis sembari duduk di sofa ruang tengah. Baim yang saat ini baru menyelesaikan makan siangnya hanya mengiyakan. Ada rasa pilu yang menyusup dalam dada. Namun, rasa kecewa yang dia rasakan telah melampaui batas. Baim tak ingin menyesali keputusannya menjatuhkan talak itu pada Meira. Gadis sederhana yang dia nikahi sepuluh tahun silam. "Meira itu sombong. Sebelum pergi, kakakmu sempat memberinya uang saku, tapi ditolak mentah-mentah. Dia bilang nggak butuh uang dari kita. Ibu yakin dia bakal minta saku dari laki-laki itu. Pantas saja saat kamu jatuhkan talak, dia biasa saja. Mungkin memang itu yang dia tunggu, Im." Soraya terus mengompori anak lelaki satu-satunya itu. Selama ini, lebih tepatnya setelah suaminya tiada, Soraya memang lebih bersemangat mengadu domba anak dan menantunya agar tak akur. Beragam cara dia lakukan agar keduanya berpisah. Tak hanya dia, kedua anak perempuanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 7

    "Beli apalagi dong, Mas? Aku nggak tahu makanan dan barang kesukaan ibu kaya apa," ucap Vonny setelah keluar dari toko kue. "Kamu bilang dong makanan dan barang favorit ibu itu apa. Biar aku bisa cari yang kira-kira pas buat ibu. Takutnya ibu nggak suka pilihanku, aku kan jadi nggak enak, Mas." Vonny terus saja berceloteh, sementara Baim hanya membalasnya sesekali. "Ambil saja yang sesuai hatimu, ibu akan tetap menerimanya dengan baik, Von. Jangan terlalu banyak dan jangan mahal-mahal," balas Baim kemudian. "Ngasih orang tua itu harus yang terbaik, Mas." "Iya, tapi-- "Sudah. Sudah. Aku mau beliin ibu gamis dulu di toko itu ya? Kalau kamu nggak mau ikut, boleh tunggu di mobil saja. Nggak lama kok, aku segera balik." Vonny menyerahkan dua kotak kue ke tangan Baim sebelum pamit ke toko busana yang ada di seberang jalan. Hari ini adalah hari pertama Baim mengajak Vonny ke rumah. Gadis itu terlalu heboh, ingin begini dan begitu. Padahal Baim hanya menuruti permintaan ibunya untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 8

    Baim bergeming di tepi ranjang. Dia malas keluar karena ibunya masih terus menyudutkan Meira di depan Vonny. Baim tahu Meira tak sepolos yang dia kira, tapi dia merasa tak sepantasnya ibu selalu menyudutkannya. Baim masih saja tak rela jika ibu kembali mengungkit asal usulnya yang memang terbuang di panti asuhan. [Selamat tinggal, Mas. Berbahagialah dengan dunia barumu. Aku dan Aldo juga akan bahagia dengan lembaran baru kami. Satu hal yang harus kamu tahu, aku tak pernah mengkhianati pernikahan kita. Sepertinya justru kamulah yang mulai bermain mata] Baim cukup shock dengan pesan dan foto yang muncul di layar handphonenya. Meira. Kekhawatirannya benar-benar terjadi. Meira tahu kebersamaannya dengan Vonny di cafe tadi. "Aku tak pernah mengkhianati pernikahan kita." Baim tersenyum miring saat mengulang kalimat itu. Kata-kata yang baginya terlalu bo doh dan tak pantas dipercaya. Dua kali Baim memergoki Meira diantar pulang oleh Arya dan dua kali pula dia memaafkan kesalahannya. Bera

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 175

    "Ibu diam-diam berhutang tanpa bilang bapak dulu? Memangnya selama ini ibu punya penghasilan, kok bisa-bisanya pinjam uang sebanyak itu." Rudy mulai mencecar membuat Mawar semakin panik. "Bapak kok ngomongnya begitu sih?! Ibu emang nggak kerja, Pak. Tapi bapak sama Rena kan kerja. Lagipula hutang ini juga bukan buat foya-foya, tapi buat kita semua. Kesannya ibu doang yang salah. Kalau bapak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, ibu juga nggak bakal minjam sana-sini seperti ini. Bukannya introspeksi malah playing victim. Seolah bapak yang paling tersakiti," tukas Mawar balik menyudutkan. "Yakin buat kita semua?" sindir Rudy lagi membuat wajah Mawar semakin tertekuk. Rena yang baru bangun tidur akhirnya keluar karena tak tahan mendengar keributan kedua orang tuanya. Dia berdiri di ambang pintu sembari melihat ke ruang tengah. "Ribut terus dari pagi sih, Bu. Belum kelar juga perkara duit yang hilang itu?!" omel Rena kemudian. Mawar dan Melati menoleh ke belakang. Begitu pula dengan Rud

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 174

    "Kakakmu di kamar, Mel. Masuk dulu biar kupanggilkan." Rudy mempersilakan Melati untuk masuk ke ruang tengah, sementara Hanum melangkah ke dapur untuk menyiapkan es jeruk dan camilan. Perlahan Rudy mulai mengetik pintu kamar. Mawar yang masih berbaring di kasur sembari berselancar ke media sosialnya pun kembali berdecak kesal mendengar ketukan itu. "Ada apalagi sih! Heran, baru mau istirahat sebentar sudah ribet lagi!" umpatnya. Sebenarnya Mawar ingin pura-pura tidur, tapi saat Rudy bilang adiknya datang, rencana itu pun dia urungkan. Meski malas, Mawar gegas turun dari ranjang lalu mendekati pintu kamarnya. "Dicari Melati." Rudy menunjuk adik semata wayang Mawar yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Tanpa membalas ucapan Rudy, Mawar melenggang begitu saja menyusul Melati setelah menutup pintu kamarnya. "Mbak ...." Melati tampak tersenyum saat melihat kakaknya datang. Keduanya pun saling peluk dan cipika cipiki seperti biasanya tiap kali bertemu. "Sendirian, Mel? Nggak sama Fa

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 173

    [Kamu jadi pulang ke Jogja besok, Ken? Jangan lupa pesan mama. Bawa istrimu pulang!] Pesan dari Raka muncul di layar handphone Ken saat dia masih meninjau proyek terbarunya. Bagas dan Ridho terlihat ngobrol di kejauhan bersama mandor proyek. Tak ingin terus diteror kakaknya, Ken pun lekas membalas pesan itu. [InsyaAllah besok, Mas. Tiket juga sudah ready. Bilang sama mama, aku akan bawa menantu barunya ke Jogja. Aku selesaikan masalah di sini dulu hari ini]Pesan terkirim dan Ken kembali melanjutkan aktivitasnya. Beberapa kali memeriksa catatan dan desain bangunan yang sudah digarap lalu kembali menghitung seberapa lama lagi ruko itu akan selesai dan siap huni. Meski sudah ada karyawan yang mengurus hal ini, tapi Ken cukup detail saat mengurus proyeknya. Oleh karena itulah, dia memeriksa semuanya sampai menemukan yang terbaik. [Sayang, pulang jam berapa? Sekarang di mana?]Getar handphone Ken kembali terasa. Dia pikir, kakaknya yang mengirimkan balasan. Namun, saat dilihat layar h

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 172

    "Uang sisa beli perhiasan ada berapa, Bu? Bapak mau beli peralatan bengkel." Rudy berujar pelan saat Mawar dan Rena sudah sampai rumah. Ibu dan anak itu saling tatap. Mawar terlihat gelisah dengan wajah memucat karena takut. Dia kebingungan mencari cara untuk menjelaskan kemana uang itu. "Kenapa diam? Coba bapak hitung sendiri masih berapa. Bapak benar-benar nggak enak sama Ken karena menyelewengkan amanahnya." Rudy menghela napas panjang sembari mengulurkan tangannya, minta sisa uang itu pada istrinya. "An-- anu, Pak. Uangnya hilang." Mawar terbata. Dia menunduk takut sambil memainkan jemari-jemarinya. Rudy mendongak dengan mata membulat lebar. "Apa ibu bilang? Bapak kurang dengar," ujar Rudy lagi. Tatapannya tak berubah. Makin tajam menghujam, membuat Mawar semakin diliputi ketakutan. "U--uangnya dijambret, Pak. Tas ibu dibawa maling, makanya perhiasan dan semua sisa uang itu lenyap. Maafkan ibu, Pak." Mawar duduk di depan suaminya sembari terus meminta maaf. "Uangnya ludes ta

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 171

    "Ibu yakin mau beli kalung ini? Nanti sisa uang dari Ken cuma lima juta, Bu. Memangnya bapak nggak marah kalau sisa buat modal bengkelnya cuma segitu?" tanya Rena saat mereka masih sibuk di etalase toko mas. "Biarin sajalah, Ren. Mumpung ada duit. Kalau nunggu bapak punya duit buat beli perhiasan, bisa-bisa sampai lumutan belum dapat juga. Ibu capek nunggunya." Mawar menyahut sembari kembali membolak-balik kalung yang dipilihnya. "Terserah ibu saja. Yang penting aku nggak mau ikut campur kalau nanti bapak ngamuk soal duit itu." Rena menghela napas lalu ikut memilih anting sebagai pengganti antingnya yang lama. "Tenang saja. Ibu nggak akan bawa-bawa kamu soal ini. Semua ibu yang tanggung sendiri." Mawar membalas santai lalu meminta karyawan toko mas itu untuk menyiapkan pesanannya. Setelah semua beres, Mawar mengajak Rena makan bakso di samping toko mas itu. Mereka menikmati daging bulat berkuah itu sembari ngobrol banyak hal, seolah tak ada beban di antara mereka. "Rencana reseps

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 170

    "Pak, besok Mas Ken mau ajak Hanum ke Jogja untuk bertemu dengan keluarganya," ujar Hanum saat menyiapkan sarapan di meja makan. Rudy agak kaget, tapi dia mengangguk senang. Kabar itu memang yang dinantinya selama ini. Setidaknya, dia bisa membuktikan kalau menantunya bukan lelaki tak berasal-usul seperti yang digaungkan orang-orang. "Hari ini mau urus berkas-berkas dulu buat nikah resminya," ujar Hanum lagi. "Alhamdulillah, akhirnya bapak lebih lega sekarang, Num. Bapak semakin yakin kalau suamimu itu orang yang bertanggung jawab. InsyaAllah dia tak ingkar akan janji-janjinya sendiri." Rudy mengangguk pelan lalu kembali mengambil satu sendok nasi goreng di piringnya. "Iya, Pak. Hanum juga merasakan keseriusan dan tanggungjawab Mas Ken. Dia benar-benar tak seperti sangkaan semua orang." Hanum kembali tersenyum lalu mengikuti bapaknya menyantap sarapan. Ken tak ikut sarapan pagi ini sebab dia pamit keluar karena ada keperluan dengan Bagas dan Ridho. Hanum pun mengizinkan karena it

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 169

    Ken menatap Hanum yang sedang sibuk melipat baju di atas tempat tidur mereka. Cahaya lampu kamar yang temaram menyorot wajah Hanum yang serius. Dia terlihat cantik meski hanya memakai piyama dengan lengan pendek dan celana panjang. Ken menghela napas pelan, merasa beruntung memiliki Hanum di sisinya."Sayang," panggil Ken sambil duduk di tepi ranjang, kedua tangannya bersandar ke belakang. Hanum menoleh. "Ya, Mas. Ada apa?" tanya Hanum dengan senyum tipis. Ken pun tersenyum kecil. "Lusa, kita ke Jogja, ya?" ujarnya. Hanum menghentikan lipatannya, menatap Ken dengan alis terangkat. "Ke Jogja, Mas? Beneran kamu mau ajak Hanum ke Jogja secepat ini?" tanya Hanum lagi. Meski Ken sudah memberitahu soal wacana itu sebelumnya, tapi Hanum masih tak percaya jika secepat itu rencana akan terlaksana. "Iya, Sayang. Lebih cepat lebih baik, supaya bapak juga semakin yakin kalau aku punya keluarga. Kedua orang tuaku juga pengin ketemu menantunya yang cantik ini," jawab Ken santai.Hanum mengerut

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 168

    "Maafkan bapak, Ken," ujar Rudy setelah mereka kumpul di ruang tengah. Suasana di rumah itu sudah cukup tenang dan lengang. Tak seperti tadi yang berisik, penuh emosi dan ketegangan. Para tetangga pun sudah kembali ke rumah masing-masing karena malam semakin beranjak naik. Jarum jam nyaris menunjuk angka sepuluh. "Maaf dalam hal apa, Pak? Bapak nggak salah apapun. Jadi, nggak ada yang perlu dimaafkan," balas Ken tenang. Laki-laki itu duduk di sofa, bersebelahan dengan istrinya. Di meja terdapat beberapa cangkir teh dan camilan untuk teman ngobrol mereka. "Bapak banyak salah sama kamu. Selama ini kurang percaya sama menantu sendiri, banyak curiga bahkan harus melibatkanmu soal hutang keluarga. Padahal kamu baru saja menjadi menantu. Sekali lagi maaf atas ketidakberdayaan bapak ini." Rudy kembali menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Saya sudah menjadi suami anak bapak secara sah. Jadi, bapak juga orang tua saya sekarang. Bagian dari k

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 167

    "Apa-apaan ini, Ken? Kamu pikir bisa lunasi hutang keluarga Hanum dengan uang palsu? Jangan kira saya nggak bisa membedakan uang asli sama uang palsu!" bentak Galih sembari berdiri dengan berkacak pinggang di depan Ken. Ken menatap Juragan Gino dan anak lelakinya bergantian. Dia masih berusaha tenang, meskipun sorot matanya mulai tajam. "Kalau kalian ragu, kita bisa cek keaslian uang ini sekarang juga. Saya siap. Atau kalau perlu panggil polisi jika memang kalian mengira saya sebagai pengedar uang palsu," balas Ken mantap. Tetangga semakin ramai bergosip. Mereka yang sebelumnya nongkrong di rumah Bu Nur, makin penasaran lalu mulai mendekat sampai teras rumah Rudy. Ada empat orang yang menguping obrolan mereka di sana. "Sebenarnya Ken kerja apa, sih? Kok tiba-tiba banyak uang?" bisik seorang ibu paruh baya."Mobil mewah itu juga punya siapa? Apa benar kalau dia cuma nyamar miskin dan kuli bangunan, padahal sebenarnya pengusaha muda yang sukses?" sahut yang lain. "Jangan-jangan Ken

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status