Share

BAB 149

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 22:46:35

"Mas, kenapa belum siap-siap sih? Aku sudah dandan rapi begini, kamu masih belum mandi," tukas Rena pada suaminya yang masih duduk di tepi ranjang.

Sesuai rencana, hari ini sampai lima hari ke depan mereka akan honeymoon ke Bali. Renata sudah cerita ke mana-mana soal ini, bahkan begitu membanggakan suaminya yang ternyata punya banyak tabungan untuk membahagiakannya.

Rena tak mau kalah dengan Hanum yang hanya dihadiahi motor dan sebuah cincin. Baginya, dia harus menjadi yang terbaik dan tak mau dikalahkan siapapun, apalagi cuma seorang Hanum.

"Pesawat jam satu siang, Sayang. Ini masih jam sembilan, ngapain sudah sibuk begini?" balas Aziz santai, tapi Rena tetap saja mengomel. Dia merasa jika Aziz tak ikhlas dan tak suka dengan rencana honeymoon nya kali ini.

Semua memang permintaan dan pilihan Renata. Aziz hanya mengiyakan dan menyiapkan dananya saja. Oleh karena itu pula, Renata berpikir macam-macam saat Aziz seolah tak bersemangat honeymoon. Jauh berbeda dengan sikapnya detik ini
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 150

    "Mau honeymoon ya, Ren? Wah, seru nih ke Bali," ujar salah seorang tetangga saat melihat Rena membawa kopernya ke teras. "Iya dong, Bi. Namanya juga habis menikah ya honeymoon. Menikmati masa berdua tanpa diganggu siapapun," balas Rena dengan senyum lebar. Kaca mata hitam sudah nangkring di atas kepalanya, celana jeans panjang dengan kemeja menghiasi tubuhnya yang semampai, tak lupa sepatu dengan hak tinggi pun melengkapi penampilannya detik ini. Rambut panjang Rena tergerai indah, sesekali tertiup angin yang memang kadang datang dan pergi. "Jangan lupa bawain ibu oleh-oleh ya, Ren," pesan Mawar saat Rena menyalaminya. "Kalau anak pergi-pergi jangan sibuk titip oleh-oleh, Bu. Biarkan mereka menikmati masa bahagianya. Nanti kalau senggang juga dibelikan, tapi kalau repot dan lupa, ibu jangan ngambek," ujar Rudy pada istrinya. "Benar yang dikatakan bapak, Bu. Baru mau berangkat sudah sibuk mikirin oleh-oleh. Kalau nggak repot nanti juga kubelikan. Ibu tenang saja deh," balas Rena.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 151

    [Mas, kamu beli furniture kenapa nggak bilang-bilang? Mana bagus banget, pasti harganya mahal. Iya kan?]Hanum mengirimkan pesan pada suaminya setelah kamarnya tertata rapi. Rudy meminta dua orang tetangganya untuk membantu menata lemari dan ranjang itu. Setelah menunggu beberapa menit, Hanum menerima balasan dari suaminya. [Iya, Sayang. Maaf tadi lupa mau bilang kalau aku sekalian mampir ke toko furniture untuk membeli perabotan itu. Mahal atau murah, selama kamu suka aku nggak masalah, Sayang. Yang penting istriku menyukainya]Hanum tersenyum saat membaca balasan dari Ken. Dia kembali mengucap syukur memiliki suami yang benar-benar di luar ekspektasinya saat pertama kali berjumpa. [Makasih ya, Mas. Hanum suka, suka banget malah. Semua cantik]Balasan Hanum membuat Ken tersenyum. Dia senang jika istrinya suka dan bahagia dengan semua pemberiannya. [Lebih cantik kamu. Kamu yang terbaik dan tercantik]Lagi-lagi wajah Hanum merona tiap kali melihat ataupun mendengar pujian suaminya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 152

    "Kenapa gelisah begitu, Mas? Apa ada masalah?" tanya Hanum saat menyuguhkan secangkir kopi untuk suaminya. Ken mendongak lalu menarik kursi di sampingnya dan meminta Hanum untuk duduk di sana. "Sebenarnya bukan masalah sih, Sayang. Cuma papa memintaku pulang sebentar. Mungkin minta penjelasan atas pernikahan kita yang mendadak ini," balas Ken jujur. Hanum terdiam sejenak. Entah mengapa detik ini tiba-tiba muncul kekhawatiran di dalam hatinya. Hanum takut ditinggalkan begitu saja. Dia tak tahu asal usul Ken apalagi tempat tinggalnya di Jogja. Jikalaupun mau mencari keberadaannya, Hanum merasa benar-benar buta dan tak tahu apa-apa. Bahkan sudut kota Jogja saja belum pernah dijamahnya sama sekali. "Kenapa, Sayang? Kamu takut kalau aku pergi begitu saja?" tebak Ken seolah tahu beragam tanya dan kecemasan di benak Hanum detik ini. Hanum tak membalas, dia hanya menatap Ken beberapa saat lalu kembali menunduk. "Aku selesaikan urusan ini dulu sekalian urus berkas-berkas pernikahan kita.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 153

    [Siapa yang jemput, Mas? Aku sudah sampai bandara] Ken mengirimkan pesan pada kakaknya setelah sampai di kota kelahirannya, Jogja.[Sudah ada Pak Joko di sana, Ken. Keluar saja nanti juga ketemu] Ken memasukkan kembali handphonenya ke saku celana. Sembari mendorong koper, dia mencari salah satu supir pribadi keluarganya itu di deretan para penjemput. "Mas Ken, sini bapak bawakan kopernya," ujar Pak Joko saat melihat majikan mudanya datang. "Oh, biar saya saja, Pak. Nggak berat kok ini. Isinya cuma beberapa oleh-oleh buat Aldo sama Dee," balas Ken begitu ramah dan sopan. "Mas Ken pasti capek. Biar bapak bawakan saja." Pak Joko kembali meminta. Tak menolak, Ken pun mengiyakannya. Setelah masuk ke mobil, Ken kembali mengetik pesan. Kali ini bukan ditujukan untuk orang tua atau kakaknya, melainkan untuk Hanum yang pasti sudah menunggu pesannya sedari tadi. Benar saja, saat menerima pesan dari sang suami, Hanum merasa jauh lebih lega. [Sayang, aku sudah sampai bandara. Jangan begada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 154

    Adzan subuh berkumandang. Hanum membuka matanya perlahan lalu menengok ke samping. Tak ada siapa-siapa di sisinya sejak semalam. Ada rasa kehilangan dan rindu yang berkelebat dalam kalbu. Suara jarum jam terdengar cukup keras di kamarnya. Seolah menemani Hanum di setiap malam dan tiap terjaga dari lelapnya. Tak ingin membuang waktu, Hanum gegas beranjak dari ranjang lalu melipat selimut dan menata bantal gulingnya. Semua serba baru karena Ken yang menghadiahkan itu semua untuknya. Getar handphone di atas meja membuat Hanum buru-buru membereskan tempat tidur lalu mengambil benda pipih hitam itu. Senyum di pagi hari mulai terlihat, begitu manis di wajahnya yang cantik. [Selamat pagi, Sayang. Gimana semalam? Pasti nggak nyenyak karena nggak ada yang menemani kan?] Pesan dari Ken muncul di layar. Pesan yang selalu ditunggu Hanum, entah karena rindu atau karena takut kehilangan. Mungkin di antara keduanya. Tiap kali mendapatkan pesan dari Ken, Hanum merasa sangat lega dan bersyukur kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 155

    [Sayang, kenapa nggak balas? Apa kamu nggak mau cerita? Kalau nggak mau, nggak apa-apa nanti biar aku yang tanya ke bapak saja]Pesan dari Ken membuyarkan lamunan Hanum. Dia buru-buru membaca pesan itu lalu membalasnya. [Maaf, Mas. Bukan maksud Hanum nggak mau cerita. Masalahnya tanggungan itu ada sebelum Mas hadir dalam kehidupan Hanum. Apa iya Mas Ken juga yang harus menanggungnya? Hanum nggak mau dianggap memanfaatkan keadaan] Lagi-lagi Hanum menghela napas. Dia tak enak hati jika meminta suaminya melunasi hutang itu. Hutang bapaknya untuk biaya operasi usus buntu ibu sambungnya beberapa bulan lalu. [Nggak ada cerita seorang istri memanfaatkan suaminya, Sayang. Sudah tugas suami menanggung semua kebutuhan dan tanggung jawab istrinya. Kalau memang dulu itu tanggung jawabmu, biarkan sekarang menjadi tanggung jawabku. Memangnya hutang bapak berapa, Sayang? Satu juta? Sepuluh juta atau lima puluh juta? Ambil saja dari ATM yang kukasih kemarin. InsyaAllah cukup. Kalau kamu mau beli s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 156

    "Aku tanya sama Mas Adam saja kali ya? Cuma dia yang lumayan kukenal di sana," gumam Hanum setelah sampai di lokasi proyek. Beberapa buruh bangunan masih sarapan, termasuk Adam di sana. Biasanya laki-laki itu begitu ramah bahkan sering menggoda Hanum, tapi kali ini agak segan. Dia hanya tersenyum lalu mengangguk pelan saat tak sengaja bersirobok dengan Hanum. Hanum mengernyit dan kembali curiga dengan perubahan sikap beberapa buruh bangunan itu. "Sttt ada Mbak Hanum," bisik salah seorang laki-laki di sana. "Tak menyangka bisa jadi istrinya Mas Ken," sahut yang lain. "Mungkin dia datang ke sini cari Mas Bagas atau Mas Ridho. Kan Mas Ken balik ke Jogja." Yang lain menimpali. "Atau jangan-jangan malah mau cari tahu siapa Mas Ken sebenarnya. Kalian tahu sendiri kan kalau Mas Ken pura-pura jadi kuli seperti kita? Jangan lupa pesan Mas Bagas sama Mas Ridho tempo hari, kita harus tutup mulut dan mengikuti perintah bos." Simon, mandor proyek itu ikut menyahut. Hanum masih duduk di motor

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 157

    "Maksud Mbak Hanum apa?" Ridho sedikit gugup lalu melirik Bagas yang masih mendelik. "Iya maksud saya, apa sebenarnya Mas Ken itu bos yang menyamar? Kalau memang kuli biasa, lantas status Mas Bagas dan Mas Ridho ini apa? Kenapa sepertinya sangat patuh pada Mas Ken? Disuruh ini itu, ke sini ke sana pun mau. Saya yakin kalau kalian nggak sekadar teman Mas Ken kan?" ujar Hanum kembali menjelaskan. Bagas bergeming, sementara Ridho tersenyum tipis. "Kami memang nggak sebatas teman, Mbak," balas Ridho yang dibarengi lirikan tajam Bagas. Asisten Ken itu takut jika Ridho benar-benar keceplosan. Pasalnya, Ken selalu bilang jika sekarang bukan waktunya untuk jujur. Dia akan cerita semuanya nanti saat Hanum diajak ke Jogja untuk bertemu keluarganya. Lagipula, Ken masih ingin membuat mertua dan iparnya itu sadar kalau kesombongan mereka hanyalah hal sia-sia. Ken berharap mereka juga sadar agar tak selalu merendahkan orang lain hanya karena penampilan ataupun pekerjaan, karena bisa jadi yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 214

    Ken melirik jam tangannya. Sudah pukul sepuluh malam. Dia menghela napas panjang, menyandarkan punggung ke kursi di kamar hotelnya. Hari ini cukup melelahkan, rapat panjang, inspeksi proyek, dan diskusi tanpa henti dengan para investor. Tapi yang paling membuatnya lelah adalah jarak ini. Sudah dua hari di luar kota dan dia benar-benar merindukan Hanum.Baru dua hari berpisah, tapi rasanya sudah seperti sebulan. Proyek baru ini penting, tapi meninggalkan Hanum sendirian dengan cafe barunya bukan hal yang mudah. Dia selalu khawatir, bukan karena tidak percaya pada istrinya, tapi karena tahu akhir-akhir ini ada banyak teror yang membuat ketenangannya terganggu. Baru mau menelepon istrinya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia tersenyum kecil melihat nama Hanum di layar. Wajahnya terlihat lelah, tapi tetap tersenyum."Assalamualaikum, Mas," sapa Hanum lembut. Ken tersenyum sembari beranjak ke ranjang dan menyandarkan punggungnya. "Wa'alaikumsalam, Sayang. Sudah selesai di cafe?" tanya Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 213

    "Nggak usah diambil hati, Mas. Setelah hampir dua bulan kita menikah, tentu kamu juga tahu gimana watak Mbak Rena dan ibu. Biar saja mereka ngoceh sesukanya. Masukin kuping kiri langsung keluarkan dari kuping kanan. Kalau diendapkan yang ada bikin sakit jiwa." Hanum mendengkus kesal. Setelah pembuktian Ken selama ini, nyatanya kakak tirinya itu masih saja meremehkan dan menganggap Ken tak sebanding dengannya. Kadang, ada keinginan untuk menyumpal mulut perempuan itu dengan sambal saking gemasnya. "Justru aku khawatir dengan kamu, Sayang. Takutnya kamu masih kepikiran dengan ocehan-ocehan Rena dan ibu. Kalau aku ... laki-laki tak sebaper itu, Dek. Santai dan kuanggap angin lalu ocehan nggak penting seperti itu. Tenang saja, aku nggak kepikiran sedikit pun." Ken menatap lekat wajah istrinya yang masih saja cemberut. Dia tahu kalau Hanum kesal jika ada orang yang menghinanya. Demikian pula dia yang tak terima jika ada orang yang menghina istrinya. Mungkin ini yang dinamakan saling cin

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 212

    "Sejak syukuran dan pembukaan cafe, bapak lihat kamu dan Hanum sering gelisah dan nggak setenang biasanya, Ken. Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Rudy, bapakertua Ken yang kini duduk di sofa sebelahnya. Mertua dan menantu itu menikmati secangkir kopi dengan pisang goreng buatan Hanum. Keduanya memang sering menghabiskan waktu santai bersama, hanya saja saat sibuk mempersiapkan pembukaan cafe, Hanum dan Ken jarang pulang cepat. Momen itu pun sering terlewatkan. Namun, setelah cafe dibuka beberapa hari lalu, Ken dan Hanum berusaha pulang lebih cepat. Biasanya bakda maghrib mereka sudah sampai rumah untuk berkumpul atau sekadar ngobrol santai dengan Rudy. "Nggak ada apa-apa, Pak. Mungkin kami kecapekan atau nervous saja karena baru buka usaha. Maklum, semua belum stabil dan masih merangkak. Doakan saja semoga cafe kami bisa lebih maju dan lekas mendapatkan pelanggan baru ya, Pak." Ken berujar santai, sengaja menutupi masalah yang ada karena tak ingin bapak mertuanya ikut berpikir macam-

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 211

    Suasana di rumah Rudy malam ini cukup ramai. Para tetangga berkumpul di halaman rumahnya karena ada syukuran kecil-kecilan yang digelar Hanum untuk menyambut cafe barunya. Setelah pembukaan dan acara lainnya, acara berikutnya adalah doa yang dipimpin oleh seorang ustadz bernama Harun. Ustadz muda itu mulai ceramah tentang usaha dan cara pengelolaannya menurut Islam. Dia berharap Ken dan Hanum bisa menjalankan usahanya dengan baik sesuai syariat agama agar lebih berkah dan maju. "Kita doakan sama-sama ya bapak, ibu ... semoga cafe Mbak Hanum dan Mas Ken nanti sukses dan penuh berkah. Aamiin."Doa dari Pak Ustadz terdengar begitu keras diikuti gumaman "Aamiin" dari para tamu yang berkumpul di halaman rumah Rudy itu. Suasana syukuran terasa hangat dan penuh kebersamaan. Para tetangga, saudara, dan teman-teman dekat datang untuk memberikan doa dan dukungan.Setelah doa selesai, acara terakhir makan bersama. Semua pesanan Hanum sudah lengkap. Mbak Rini ikut sibuk menyiapkan peralatan mak

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 210

    Suasana tiba-tiba terasa lebih dingin."Siapa, Mas?" tanya Hanum dengan suaranya datar. Ken menghela napas, mencoba bersikap santai. "Bukan siapa-siapa, Sayang. Cuma orang iseng."Hanum menyipitkan mata. "Orang iseng kirim foto perempuan seksi ke handphone kamu, Mas?" sindir Hanum kemudian. Ken menyugar rambutnya."Aku juga nggak tahu kenapa dia kirim foto-foto itu, Sayang."Hanum terdiam sejenak. Lalu, perlahan, tangannya terulur."Kasih lihat." Ken menegang."Buat apa?" Hanum menyilangkan tangan di dada. "Kenapa, Mas? Apa ada yang kamu sembunyikan?" "Sayang, aku akan urus masalah ini supaya kamu tak salah paham lagi. Percayalah. Dia bukan siapa-siapa cuma teman kuliah yang dulu sempat camping bersama." Ken berusaha menjelaskan, tapi Hanum justru makin curiga karena mereka pernah camping bersama. [Tanggal 1 nanti aku di Jakarta. Aku ingin ketemu kamu. Aku kangen]Hanum mengulang isi pesan itu dengan suara pelan, tapi nadanya tajam. Ken merasakan tengkuknya meremang. Dia tak meny

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 209

    "Num! Kamu ini sibuk terus sama cafemu sampai nggak peduli sama bapak yang lagi sakit!" sentak Rena sembari melipat tangan ke dada di depan pintu utama."Tiap hari berangkat pagi, pulang malam. Sampai nggak ketemu sama orang rumah. Kamu pasti nggak tahu kan kalau sudah dua hari bapak sakit? Sebenarnya siapa sih yang anak kandung bapak, kok malah aku yang lebih tahu dibandingkan kamu!" sentak Rena lagi. Hanum menghela napas panjang. Ken ingin menyahut, tapi Hanum melarangnya. Dia nggak mau kakak tirinya itu kembali menghina dan menyudutkan suaminya seperti biasa. Dia ingin menghadapi Rena dengan caranya sendiri. "Jaga bicaramu, Mbak. Jangan sok paling perhatian sama bapak. Selama ini kamu juga nggak peduli, kenapa sekarang sok perhatian? Kamu cemburu kan karena aku mau buka cafe baru?" Kali ini Hanum sengaja menyindir Rena sebab setiap hari dia memang cari gara-gara. Hanum jengah tiap pulang disambut dengan kata-kata menyakitkan dan menyalahkan seperti itu. "Kamu pasti nggak tahu a

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 208

    Segala keperluan cafe sudah siap. Tak ingin membuang waktu, Hanum dan Ken sepakat untuk segera membuka cafenya minggu depan. Mereka pun berencana membuat syukuran kecil-kecilan terlebih dahulu di rumah dengan mengundang para tetangga untuk doa dan makan bersama. Saat ini, Hanum minta karyawan cafenya-- Mbak Rini untuk menyiapkan semua menu masakan. Dia minta tolong dicarikan catering yang masakannya enak di lidah. Ken pun menyerahkan semua urusan percateringan itu pada istri dan calon karyawan cafenya. Nanti dia tinggal transfer saja berapa biaya semuanya. "Pokoknya aku pengin semuanya lengkap, Mbak Rini," kata Hanum sambil memeriksa daftar menu di tangannya.Mbak Rini, tetangga sekaligus calon karyawan cafenya itu mengangguk sambil tersenyum."Tenang saja, Mbak Hanum. Insya Allah semua beres. Saya juga sering pesan di catering itu kalau mau syukuran atau hajatan kecil-kecilan. Daripada repot masak sendiri memang lebih enak pesan saja." Mbak Rini tersenyum tipis. Hanum pun mengiyaka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 207

    "Sepuluh juta doang! Gaji sebulan juga cukup buat bayar!"Rena mencak-mencak di ruang tamu rumah orang tuanya. Wajahnya merah padam, napasnya memburu. Tangan kanannya menggenggam erat ponsel, sementara tangan kirinya mencengkram ujung kaosnya yang sudah kusut."Kamu tahu, Bu? Orang-orang kampung ini bikin gosip seolah-olah Mas Aziz punya utang sampai miliaran! Emangnya dia rentenir? Sepuluh juta doang, itu mah kecil!" Mawar kembali bersungut kesal lalu menjatuhkan bobotnya ke sofa.Mawar yang duduk di sofa sebelahnya hanya mendengkus kesal. "Mereka nggak sepenuhnya salah, Ren. Kamu sendiri yang awalnya mencak-mencak karena masalah ini. Makanya, mereka jadi bikin gosip seolah utang suamimu ratusan juta. Lagipula, kalau memang cuma hutang kecil, kenapa Azziz nggak lunasin dari dulu? Kenapa malah ribut sama orang?" tukas Mawar sembari melipat tangan ke dada. Dia ikut kesal perihal hutang menantunya itu sebab saat arisan, hajatan atau kumpul-kumpul warga, namanya juga ikut terseret dan

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 206

    Pagi ini, Hanum dan Ken kembali berangkat lebih awal ke cafe mereka. Sudah hampir seminggu mereka disibukkan dengan berbagai hal. Mereka menata interior, merapikan meja dan kursi, serta memastikan tempat itu terlihat nyaman dan estetik.Hanum berdiri di tengah ruangan mengamati hiasan dinding dan lampu-lampu gantung yang baru mereka pasang kemarin malam. "Mas, menurutmu kalau kita tambahin tanaman hias di sudut-sudut ruangan, bakal makin cantik nggak?" tanyanya sambil menoleh ke Ken yang sedang mengecek furniture lain. "Bagus juga, Sayang. Aku lihat di marketplace ada tanaman gantung artificial, jadi nggak perlu repot nyiram tiap hari." Ken menoleh dengan senyum. Hanum pun balik tersenyum. "Sip, Mas. Nanti Hanum pesan online saja kalau gitu." Sejak sibuk menyiapkan keperluan cafe itu, mereka nyaris tidak punya waktu untuk hal lain. Setiap pagi mereka datang sebelum matahari terbit, dan baru pulang saat langit sudah gelap. Hanum bahkan mulai belajar memasak dari seorang chef kenala

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status