Share

BAB 108B

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 13:24:54

Adzan subuh berkumandang. Raka sudah keluar dari kamar mandi. Entah mengapa dia merasa teramat gerah sampai akhirnya mandi untuk kedua kalinya. Meira pun tersenyum melihat suaminya muncul dengan rambut yang basah.

"Buruan mandi, sholat subuh sendiri ya? Aku mau ke masjid sama papa." Raka tersenyum lalu buru-buru memakai baju lengan panjang dan sarung kesayangan. Tak lupa membawa sajadah di pundaknya.

Setelah mengucap salam, Raka keluar kamar sementara Meira kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Debar di dadanya masih begitu terasa. Dia teramat gugup sekarang, tapi di sudut hati lain terasa berbunga-bunga. Tak munafik jika detik ini dia teramat bahagia.

Tak membuang waktu, Meira beranjak dari ranjang lalu mandi wajib. Setelahnya baru menjalankan ibadah dua rakaat. Tepat saat mengucap salam, Raka masuk ke kamar. Meira kembali menatap wajah tampan itu sembari membuka mukenanya.

"Sudah selesai kan? Tunggu sebentar di sini."

Melihat anggukan istrinya, Raka pun tersenyum lalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 109

    Ken duduk di sofa ruang tamu, bersandar santai sambil memainkan ponselnya. Pandangannya sesekali melirik ke arah tangga, menunggu Raka dan Meira turun ke ruang makan. Ketika mendengar suara langkah kaki mereka, senyuman iseng langsung tersungging di wajahnya. “Wah, wah! Pengantin baru akhirnya turun juga!” Ken berseru, nadanya penuh godaan. Raka hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, sementara Meira langsung menunduk malu dengan wajah yang bersemu merah. Ia mencubit lengan Raka pelan, seolah memintanya untuk menghentikan Ken. "Sudah tiga hari Ken, bukan baru lagi," balas Raka berharap adik kandungnya itu tak terus menggoda. "Baru tiga hari, belum tiga tahun. Itu masih sangat baru, Mas. Kinyis-kinyis." Ken terkekeh, apalagi saat melihat Meira mencelos dengan wajah semu merahnya. "Bercanda, Mei. Lihat deh, kalian berdua kelihatan sumringah banget pagi ini. Jangan-jangan…" Ken menaikkan alisnya, menatap kakak dan iparnya itu dengan ekspresi penuh arti. “Sudah cukup, Ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110A

    "Mei! Kamu baik-baik aja?" Raka meraih tangan Meira, meskipun tubuhnya terasa sakit akibat benturan. Keningnya berdarah terkena pecahan kaca. Lengan bajunya pun tampak kemerahan karena darah dan luka, sementara Meira terlihat lebih parah. "Sayang, maafkan aku. Kamu baik-baik saja kan?" lirih Raka dengan sisa tenaga yang ada. Kali ini dia benar-benar merasa bersalah sudah membuat istri tercintanya terluka seperti itu. Darah segar menetes di kening dan kaki Meira. Meira memang jauh lebih parah sebab bagian kiri mobil terbentur trotoar lalu menghantam pohon. Sepertinya dia mengalami patah tulang di bagian kaki. Entahlah. Meira hanya mampu mengeluarkan suara pelan. "Mas … aku …." Saat Meira perlahan membuka matanya, rasa sakit menjalar di tubuhnya. Pandangannya kabur, tetapi samar-samar ia mendengar kembali suara pria yang sangat dicintainya.Kepalanya terasa berat, tapi genggaman tangan Raka membuatnya tersadar jika lelaki itu masih berusaha melindunginya meski dalam kepayahan. Di te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110B

    "Sayang .…" Suara Raka bergetar. Perlahan, Raka kembali mencium pipi istrinya lalu duduk di samping pembaringan."Mas, kenapa kamu di sini? Kamu juga harus istirahat," ujar Meira setelah membuka mata perlahan."Gimana mau istirahat, Sayang. Aku nggak bisa tenang kalau belum melihat keadaanmu, tapi kamu tak perlu risau. Aku baik-baik saja. Lihatlah, hanya ada luka kecil di kening dan lengan kanan saja." Raka memperlihatkan lukanya yang sudah diobati dan diperban."Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu, Mas. Aku bisa lebih tenang sekarang," lirih Meira. "Sayang, sekali lagi maafkan aku karena nggak bisa melindungimu.""Jangan bilang begitu, Mas. Musibah nggak ada yang tahu. Yang penting kita sama-sama selamat dan itu sudah cukup," balas Meira sembari membalas genggaman tangan suaminya. Tak selang lama, seorang perawat datang menghampiri keduanya. "Pak, sebaiknya bapak istirahat dulu. Kondisi bapak juga belum pulih. Soal Bu Meira, InsyaAllah kami akan berusaha menjaga dan merawatnya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111A

    "Kalian yakin kalau semua ini murni kecelakaan?" tanya Wicaksono untuk kedua kalinya saat anak dan menantunya telah keluar dari rumah sakit."Aku dengar dari orang-orang yang menolong kami di lokasi kejadian, pengemudi mobil itu memang sedang tergesa-gesa, Pa. Dia bilang istrinya masuk rumah sakit, makanya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat kejadian, dia bilang berusaha memperlambat laju mobilnya, tapi sudah terlanjur bertabrakan dengan mobil kami." Raka kembali menjelaskan sesuai yang didengar dari orang-orang yang menolongnya saat itu. "Tapi entah mengapa papa masih belum yakin jika semua ini memang kebetulan semata, Ka. Apa nggak ada hal-hal yang mencurigakan lainnya?" ulang Wicaksono berusaha mencari sisi lain dari tragedi yang menimpa anak dan menantunya itu. Raka terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Melihat kondisi mobil yang kalian pakai sampai ringsek begitu, papa benar-benar tak bisa mengabaikan kejadian ini begitu saja. Beruntung kalian bisa selamat, meski

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111B

    Hujan deras mengguyur kota Jogja siang itu, namun Wicaksono belum beranjak dari depan jendela kamarnya. Sesekali menatap taman kecil di luar jendela dengan beragam bunga yang mulai basah oleh gerimis. Tak selang lama, terdengar dering handphone di atas meja rias istrinya. Nama Surya muncul di layar. Sejak tadi, Wicaksono memang sedang menunggu panggilan dari lelaki yang sudah bertahun-tahun menjadi asisten pribadinya itu. Wicaksono tak sabar ingin mengetahui kabar penyelidikan kecelakaan anak dan menantunya tempo hari. "Gimana hasilnya, Sur?" tanya Wicaksono tanpa basa-basi setelah panggilan handphone itu dia terima. Suara bariton dari seberang terdengar jelas di telinga lelaki beruban itu. Dia mulai fokus dengan cerita Surya. "Foto dan beberapa video yang berhasil saya dapatkan dari beberapa titik CCTV sudah saya kirim ke email bapak. Bapak bisa cek sekarang," ujar Surya kemudian. "Apa ada yang janggal?" tanya Wicaksono lagi sembari membuka laptopnya. Perlahan mencar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 112

    "Kenapa tegang begitu, Pa? Ada masalah?" tanya Sundari cemas saat suaminya melangkah tergesa ke luar rumah. "Papa mau keluar sebentar, Ma. Ada yang harus diselesaikan. Mama nggak perlu cemas. Ini soal kecelakaan Raka dan Meira tempo hari," balas Wicaksono sembari membenarkan kemejanya. "Apa ada bukti lain, Pa?" Sundari ikut penasaran. Wicaksono memang cukup terbuka dalam hal apapun pada istrinya, termasuk soal penyelidikan kecelakaan itu. Makanya, Sundari ikut penasaran dengan hasil penyelidikan suaminya akhir-akhir ini. "Ada, Ma. Makanya, papa mau ke lokasi dulu. Doakan saja semua lekas terbongkar dan kita temukan dalang utamanya." Sundari mengangguk lalu mengusap puncak kepala Dee yang kini dalam gendongannya. "Hati-hati di jalan, Pa. Semoga dimudahkan semuanya." Wicaksono mengangguk lalu mengulurkan tangan kanannya, sementara Sundari mencium punggung tangan itu seperti biasa. Dee pun mengikuti apa yang dilakukan Omanya. Sundari mengantar suaminya sampai teras lalu meminta Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 113

    Meira melirik jam mungil di tangannya, hadiah spesial dari sang suami tempo hari. Jarum jamenunjuk angka satu leboh sedikit. Meira baru saja menidurkan Dee di kamarnya lalu segera menuruni tangga karena sudah janji akan menjemput Aldo sore ini."Hari ini sama besok, Aldo mau dijemput bunda. Boleh, Bun?" pinta Aldo setelah sarapan pagi tadi. Tanpa menolak, Meira pun mengiyakan. Jarang sekali Aldo minta dijemput, mungkin dia sedang merindukan bundanya atau memang karena menjelang hari lahirnya jadi sedikit manja. Biasanya Meira juga sering jemput Aldo di sekolah sembari jalan-jalan dengan Dee, hanya saja akhir-akhir ini memang cukup sibuk. Ada beberapa hal yang harus dia kerjakan setelah sah menjadi istri Raka. Terlebih pasca kecelakaan beberapa hari lalu. "Mbak, tolong nanti sesekali cek Dee ya? Dia sudah tidur di kamar. Saya mau jemput Aldo dulu," ujar Meira sembari membenarkan letak kruknya. Pasca kecelakaan beberapa hari lalu, Meira memang belum sembuh total. Dia masih minta ban

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 1

    [Aku jatuhkan talak padamu, Meira Althafunnisa binti Rahmat Hidayat. Mulai saat ini, kamu bukan istriku dan kita tak memiliki hubungan suami istri lagi. Kamu boleh pergi dari rumah yang kamu tinggali saat ini dan aku membebaskanmu untuk tinggal di manapun kamu suka. Bawalah Aldo, hak asuhnya akan kuserahkan padamu] Meira, perempuan berhijab coklat pudar itu ternganga saat membaca pesan dari Ibrahim suaminya yang terkirim di layar handphonenya. Tangannya gemetar saat membaca ulang pesan itu. Rasa sesak dan sakit mulai terasa menyiksa. Air matanya pun luruh seketika. Meira terjatuh ke lantai karena tubuhnya terasa amat lemas seolah tulang-tulangnya dilolosi satu demi satu. Sakit, bingung, shock dan marah tercampur menjadi satu. Maira tak tahu mengapa suaminya yang baru tiga bulan bekerja di luar kota itu tiba-tiba menjatuhkan talak padanya. Dia yang sudah membersamai Ibrahim dari nol hingga kini memiliki jabatan penting di perusahaannya. Meira tak percaya apakah pesan itu benar-benar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 113

    Meira melirik jam mungil di tangannya, hadiah spesial dari sang suami tempo hari. Jarum jamenunjuk angka satu leboh sedikit. Meira baru saja menidurkan Dee di kamarnya lalu segera menuruni tangga karena sudah janji akan menjemput Aldo sore ini."Hari ini sama besok, Aldo mau dijemput bunda. Boleh, Bun?" pinta Aldo setelah sarapan pagi tadi. Tanpa menolak, Meira pun mengiyakan. Jarang sekali Aldo minta dijemput, mungkin dia sedang merindukan bundanya atau memang karena menjelang hari lahirnya jadi sedikit manja. Biasanya Meira juga sering jemput Aldo di sekolah sembari jalan-jalan dengan Dee, hanya saja akhir-akhir ini memang cukup sibuk. Ada beberapa hal yang harus dia kerjakan setelah sah menjadi istri Raka. Terlebih pasca kecelakaan beberapa hari lalu. "Mbak, tolong nanti sesekali cek Dee ya? Dia sudah tidur di kamar. Saya mau jemput Aldo dulu," ujar Meira sembari membenarkan letak kruknya. Pasca kecelakaan beberapa hari lalu, Meira memang belum sembuh total. Dia masih minta ban

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 112

    "Kenapa tegang begitu, Pa? Ada masalah?" tanya Sundari cemas saat suaminya melangkah tergesa ke luar rumah. "Papa mau keluar sebentar, Ma. Ada yang harus diselesaikan. Mama nggak perlu cemas. Ini soal kecelakaan Raka dan Meira tempo hari," balas Wicaksono sembari membenarkan kemejanya. "Apa ada bukti lain, Pa?" Sundari ikut penasaran. Wicaksono memang cukup terbuka dalam hal apapun pada istrinya, termasuk soal penyelidikan kecelakaan itu. Makanya, Sundari ikut penasaran dengan hasil penyelidikan suaminya akhir-akhir ini. "Ada, Ma. Makanya, papa mau ke lokasi dulu. Doakan saja semua lekas terbongkar dan kita temukan dalang utamanya." Sundari mengangguk lalu mengusap puncak kepala Dee yang kini dalam gendongannya. "Hati-hati di jalan, Pa. Semoga dimudahkan semuanya." Wicaksono mengangguk lalu mengulurkan tangan kanannya, sementara Sundari mencium punggung tangan itu seperti biasa. Dee pun mengikuti apa yang dilakukan Omanya. Sundari mengantar suaminya sampai teras lalu meminta Pak

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111B

    Hujan deras mengguyur kota Jogja siang itu, namun Wicaksono belum beranjak dari depan jendela kamarnya. Sesekali menatap taman kecil di luar jendela dengan beragam bunga yang mulai basah oleh gerimis. Tak selang lama, terdengar dering handphone di atas meja rias istrinya. Nama Surya muncul di layar. Sejak tadi, Wicaksono memang sedang menunggu panggilan dari lelaki yang sudah bertahun-tahun menjadi asisten pribadinya itu. Wicaksono tak sabar ingin mengetahui kabar penyelidikan kecelakaan anak dan menantunya tempo hari. "Gimana hasilnya, Sur?" tanya Wicaksono tanpa basa-basi setelah panggilan handphone itu dia terima. Suara bariton dari seberang terdengar jelas di telinga lelaki beruban itu. Dia mulai fokus dengan cerita Surya. "Foto dan beberapa video yang berhasil saya dapatkan dari beberapa titik CCTV sudah saya kirim ke email bapak. Bapak bisa cek sekarang," ujar Surya kemudian. "Apa ada yang janggal?" tanya Wicaksono lagi sembari membuka laptopnya. Perlahan mencar

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 111A

    "Kalian yakin kalau semua ini murni kecelakaan?" tanya Wicaksono untuk kedua kalinya saat anak dan menantunya telah keluar dari rumah sakit."Aku dengar dari orang-orang yang menolong kami di lokasi kejadian, pengemudi mobil itu memang sedang tergesa-gesa, Pa. Dia bilang istrinya masuk rumah sakit, makanya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat kejadian, dia bilang berusaha memperlambat laju mobilnya, tapi sudah terlanjur bertabrakan dengan mobil kami." Raka kembali menjelaskan sesuai yang didengar dari orang-orang yang menolongnya saat itu. "Tapi entah mengapa papa masih belum yakin jika semua ini memang kebetulan semata, Ka. Apa nggak ada hal-hal yang mencurigakan lainnya?" ulang Wicaksono berusaha mencari sisi lain dari tragedi yang menimpa anak dan menantunya itu. Raka terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Melihat kondisi mobil yang kalian pakai sampai ringsek begitu, papa benar-benar tak bisa mengabaikan kejadian ini begitu saja. Beruntung kalian bisa selamat, meski

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110B

    "Sayang .…" Suara Raka bergetar. Perlahan, Raka kembali mencium pipi istrinya lalu duduk di samping pembaringan."Mas, kenapa kamu di sini? Kamu juga harus istirahat," ujar Meira setelah membuka mata perlahan."Gimana mau istirahat, Sayang. Aku nggak bisa tenang kalau belum melihat keadaanmu, tapi kamu tak perlu risau. Aku baik-baik saja. Lihatlah, hanya ada luka kecil di kening dan lengan kanan saja." Raka memperlihatkan lukanya yang sudah diobati dan diperban."Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu, Mas. Aku bisa lebih tenang sekarang," lirih Meira. "Sayang, sekali lagi maafkan aku karena nggak bisa melindungimu.""Jangan bilang begitu, Mas. Musibah nggak ada yang tahu. Yang penting kita sama-sama selamat dan itu sudah cukup," balas Meira sembari membalas genggaman tangan suaminya. Tak selang lama, seorang perawat datang menghampiri keduanya. "Pak, sebaiknya bapak istirahat dulu. Kondisi bapak juga belum pulih. Soal Bu Meira, InsyaAllah kami akan berusaha menjaga dan merawatnya d

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 110A

    "Mei! Kamu baik-baik aja?" Raka meraih tangan Meira, meskipun tubuhnya terasa sakit akibat benturan. Keningnya berdarah terkena pecahan kaca. Lengan bajunya pun tampak kemerahan karena darah dan luka, sementara Meira terlihat lebih parah. "Sayang, maafkan aku. Kamu baik-baik saja kan?" lirih Raka dengan sisa tenaga yang ada. Kali ini dia benar-benar merasa bersalah sudah membuat istri tercintanya terluka seperti itu. Darah segar menetes di kening dan kaki Meira. Meira memang jauh lebih parah sebab bagian kiri mobil terbentur trotoar lalu menghantam pohon. Sepertinya dia mengalami patah tulang di bagian kaki. Entahlah. Meira hanya mampu mengeluarkan suara pelan. "Mas … aku …." Saat Meira perlahan membuka matanya, rasa sakit menjalar di tubuhnya. Pandangannya kabur, tetapi samar-samar ia mendengar kembali suara pria yang sangat dicintainya.Kepalanya terasa berat, tapi genggaman tangan Raka membuatnya tersadar jika lelaki itu masih berusaha melindunginya meski dalam kepayahan. Di te

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 109

    Ken duduk di sofa ruang tamu, bersandar santai sambil memainkan ponselnya. Pandangannya sesekali melirik ke arah tangga, menunggu Raka dan Meira turun ke ruang makan. Ketika mendengar suara langkah kaki mereka, senyuman iseng langsung tersungging di wajahnya. “Wah, wah! Pengantin baru akhirnya turun juga!” Ken berseru, nadanya penuh godaan. Raka hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, sementara Meira langsung menunduk malu dengan wajah yang bersemu merah. Ia mencubit lengan Raka pelan, seolah memintanya untuk menghentikan Ken. "Sudah tiga hari Ken, bukan baru lagi," balas Raka berharap adik kandungnya itu tak terus menggoda. "Baru tiga hari, belum tiga tahun. Itu masih sangat baru, Mas. Kinyis-kinyis." Ken terkekeh, apalagi saat melihat Meira mencelos dengan wajah semu merahnya. "Bercanda, Mei. Lihat deh, kalian berdua kelihatan sumringah banget pagi ini. Jangan-jangan…" Ken menaikkan alisnya, menatap kakak dan iparnya itu dengan ekspresi penuh arti. “Sudah cukup, Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 108B

    Adzan subuh berkumandang. Raka sudah keluar dari kamar mandi. Entah mengapa dia merasa teramat gerah sampai akhirnya mandi untuk kedua kalinya. Meira pun tersenyum melihat suaminya muncul dengan rambut yang basah. "Buruan mandi, sholat subuh sendiri ya? Aku mau ke masjid sama papa." Raka tersenyum lalu buru-buru memakai baju lengan panjang dan sarung kesayangan. Tak lupa membawa sajadah di pundaknya. Setelah mengucap salam, Raka keluar kamar sementara Meira kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Debar di dadanya masih begitu terasa. Dia teramat gugup sekarang, tapi di sudut hati lain terasa berbunga-bunga. Tak munafik jika detik ini dia teramat bahagia. Tak membuang waktu, Meira beranjak dari ranjang lalu mandi wajib. Setelahnya baru menjalankan ibadah dua rakaat. Tepat saat mengucap salam, Raka masuk ke kamar. Meira kembali menatap wajah tampan itu sembari membuka mukenanya. "Sudah selesai kan? Tunggu sebentar di sini."Melihat anggukan istrinya, Raka pun tersenyum lalu

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 108

    Alarm handphone Raka berdering. Suasana masih sangat hening, hanya terdengar detak jarum jam yang terus berputar. Kali ini, Raka memang bangun lebih pagi dibanding biasanya. Sengaja karena ingin menikmati keindahan paginya yang berbeda. Matanya tertuju pada sosok Meira yang masih terlelap di sampingnya. Ia tersenyum tipis, merasa tenang sekaligus tak percaya. Meira kini telah sah menjadi istrinya, dan malam yang baru saja berlalu terasa seperti mimpi yang menyatukan mereka dengan lebih mendalam.Raka bukanlah tipe pria yang pandai mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Ia pria dingin yang lebih banyak diam. Namun, di balik sikapnya yang tenang dan tertutup, ia memiliki rasa cinta yang begitu dalam pada wanita yang kini ada di sampingnya. Meira tahu hal itu, meski Raka jarang mengucapkannya langsung."Istriku benar-benar cantik. Wajahnya teduh dan polos tanpa polesan make up ," lirih Raka sembari terus menatap wajah Meira. Saat melihat istrinya menggeliat, Raka salah tingkah. Dia

DMCA.com Protection Status