“SIALAN!!” umpat Nyonya Siska.
Wanita berusia paruh baya yang masih terlihat cantik itu tampak marah bahkan hampir melempar ponselnya. Tuan Robby yang tadinya terlelap dengan tenang di atas kasur, segera terbangun. Pria tampan yang wajahnya hampir mirip dengan Derryl itu mengerjapkan mata melirik ke arah Nyonya Siska.
“Ada apa, Ma? Kenapa kamu marah-marah?”
Nyonya Siska tidak menjawab hanya menggeram dengan gigi saling bergemelatuk. Wanita paruh baya itu mondar mandir sambil meremas-remas tangannya. Tuan Robby mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk bersandar di kasur. Pria itu mencoba membuat dirinya tersadar.
“Memangnya ada apa, Ma?” Tuan Robby bertanya kembali.
Nyonya Siska berhenti dan mendekat ke arah Tuan Robby.
“Derryl, Pa. Derryl.”
“Iya, kenapa Derryl?”
“Dia bilang mau ke rumah Sophie, tapi nyatanya hingga sekarang dia belum ke sana. Tadi waktu kutelepon,
“Mengundurkan diri?” ujar Ratih bertanya.Derry mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Ratih. Sementara Ratih hanya diam menatap Derryl tanpa kedip. Banyak tanya yang bergentayangan di benaknya kali ini.“Sejak kapan? Bukannya kemarin ---““Sejak semalam,” potong Derryl dengan cepat. Ratih mengernyitkan alis dan semakin bingung.Derryl hanya terkekeh melihat ekspresi Ratih. Perlahan dia mendekatkan wajahnya lalu mengecup hidung Ratih sekilas dan turun ke bibirnya. Ratih membalasnya meski masih dengan bingung. Derryl mengecup bibir Ratih semakin intens bahkan sedikit penuh tuntutan. Ratih sampai kewalahan meladeni dan mengurai pagutannya dengan paksa.“Tunggu, Bang!!” Ratih mendorong tubuh Derryl dengan napas tersenggal menatap ke arahnya.Derryl hanya mengulum senyum melihat reaksi Ratih. “Ada apa sih, Sayang? Kok kelihatan tegang gitu. Aku cuma pengen cium kamu gak minta apa-apa.&rdqu
“APA??!! Apa salah saya, Bu? Maksud saya kenapa mendadak seperti ini?” tanya Ratih.Sepertinya apa yang dikatakan Derryl tadi pagi sudah terbukti saat ini. Nyonya Siska sudah menggunakan kuasanya untuk menyingkirkan Ratih dari hidup Derryl.“Apa kamu tidak tahu kalau ada perubahan manajemen dan salah satunya dengan rolling karyawan seperti ini.” Nyonya Siska menyahut kini.Ratih hanya menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Saya tahu yang dimaksud dengan rolling karyawan, Bu. Namun, tidak seperti ini. Saya tidak masalah diturunkan jabatannya jika saya melakukan kesalahan dan tidak cakap dalam tugas saya. Keputusan Ibu kali ini benar-benar tidak relevan.”Nyonya Siska hanya diam sambil menatap Ratih penuh kebencian hal yang sama juga dilakukan oleh Sophie. Dua wanita arogan itu tampak tidak senang dengan jawaban dan sikap tegas Ratih. Mereka sama-sama terdiam saat tiba-tiba Kresna datang menghampiri.
“Mana Ratih? Aku ingin bicara empat mata dengannya!”Sontak Ratih menoleh ke arah pintu dan berjalan mendekat. Ia ingin tahu siapa yang memanggil namanya tadi. Ratih sedikit terkejut saat melihat ada Nyonya Siska yang sudah berdiri di depan pintu.“Silakan, Bu. Saya punya banyak waktu untuk Ibu,” jawab Ratih.Nyonya Siska mengangguk kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan Ratih sementara Mawar dan Sasi sudah berpamitan pergi. Ratih dan Nyonya Siska masih berdiri di depan pintu dengan tegang. Kemudian Nyonya Siska berjalan mendekat dan memutari tubuh Ratih seakan sedang memindai tubuhnya.“Jadi kamu janda itu? Janda yang menjadi kekasih putraku?” Nyonya Siska mengawali pembicaraan mereka.Ratih hanya diam sambil menelan saliva. Ia tidak menyalahkan sebutan janda dari Nyonya Siska padanya. Namun, penekanan suara di kata itu seakan menunjukkan kalau Nyonya Siska sedang mengoloknya.“Apa yang kamu lakuk
“Jadi Mama dan Sophie sudah merolling semua karyawan?” tanya Derryl.Ratih baru saja menceritakan semua yang terjadi di kantor dan sepertinya Derryl sudah mengambil kesimpulan sendiri.“Tidak semuanya. Hanya saja alasan mereka melakukan rolling tidak relevan, Bang. Contohnya aku. Aku diturunkan langsung jadi SPG, tentu saja semua karyawan yang hadir di meting bertanya dan terkejut. Pak Herry juga diturunkan menjadi supervisor, padahal dia tidak melakukan kesalahan sama sekali.”Derryl hanya berdecak sambil menggelengkan kepala.“Kalaupun melakukan rolling seharusnya dilihat juga penggantinya apa punya kemampuan yang sama atau tidak. Kalau ternyata pengganti ini sama sekali tidak paham, yang ada perusahaan akan kacau.”Kali ini Derryl menghela napas panjang sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.“Aku sendiri tidak tahu apa maksud Mama. Setahuku Mama memang tidak pernah terjun langsung begini. Beliau ha
“Maksudmu aku diundang makan malam ke rumahmu?” ulang Ratih bertanya.Derryl tersenyum sambil menganggukkan kepala. Derryl memang sudah menjelaskan maksud kedatangan Tuan Robby ke sini tadi untuk apa.“Sepertinya Papa akan merestui kita, Sayang,” ujar Derryl kemudian.Ratih menoleh dan mengernyitkan alis menatap ke arah Derryl dengan bingung.“Kamu seyakin itu?” Derryl kembali mengangguk.“Iya, meskipun Papa tidak mengatakannya, tapi aku tahu kalau beliau memihak kita. Dari dulu Papa tidak pernah memaksakan kehendaknya padaku, Papa juga acap kali mengizinkan apa saja yang aku suka. Hanya saja kadang selalu bertentangan dengan Mama dan tahu sendiri kalau sudah begitu ujung-ujungnya mereka bertengkar.”Ratih hanya mengangguk dan tersenyum usai mendengar uraian Derryl. Dia tidak mau berharap banyak, tetapi mendengar apa yang baru saja dikatakan Derryl saja membuat Ratih cukup senang.&ldquo
“Sophie!! Sini, duduk sini!!” pinta Nyonya Siska.Sosok cantik nan seksi dengan suara ketukan sepatu yang bergema itu kini duduk di sebelah Nyonya Siska dan berhadapan dengan Ratih.“Selamat malam, Honey,” sapa Sophie ke Derryl. Derryl hanya diam saat Sophie menyapa dengan sorot mata genitnya.Kemudian Sophie melirik ke arah Ratih yang duduk di depannya dan melihat Ratih dengan sinis. Ratih hanya diam dan tidak menggubris ulah Sophie.“Baik, kita mulai saja makan malamnya!!”Nyonya Siska langsung menepukkan tangan, kemudian tak lama beberapa art keluar sambil membawakan makanan pembuka. Dua atau tiga art terlihat sibuk membawa mangkuk berisi shrim cocktail kemudian meletakkan di depan masing-masing mereka. Shrimp cocktail adalah makanan pembuka udang besar yang direbus dan disajikan dengan saus cocktail segar. Semua tampak asyik menikmati dan tidak ada satu pun yang bersuara. Kemudian satu persatu makanan utama k
“APA!! Kamu gila, Sophie. Kamu sengaja menjebak Ratih, ya?” Kini Derryl yang bersuara.Sophie menghela napas panjang dan menggelengkan kepala sambil melihat ke arah Derryl.“Ryl, apa kamu lupa bagaimana pekerjaan seorang model? Apalagi model majalah dewasa? Itu merupakan tuntutan pekerjaan dan mereka tahu resikonya. Sekarang terserah Ratih mau meneruskan atau tidak.”Derryl terdiam dan menoleh ke arah Ratih. Semua yang hadir di sana juga memberi perhatian ke arah Ratih. Ratih yang dari tadi diam dan mendengarkan penjelasan Sophie terlihat tenang. Tak lama kemudian dia menganggukkan kepalanya.“Oke, deal. Aku mau melakukannya!” Ratih bersuara dengan mantap.Sophie tersenyum dengan sebuah seringai yang aneh melihat ke arah Ratih dengan tajam.“Bagus. Nanti waktu dan tempatnya akan aku beritahu.” Ratih mengangguk tanda mengerti.“GILA!! Aku gak setuju, Pa, Ma. Aku gak mau Ratih melaku
Pagi itu suasana kantor sedikit berbeda dari biasanya. Gara-gara adanya perubahan manajemen, membuat perubahan posisi di beberapa karyawan. Lagi-lagi banyak karyawan yang sibuk membicarakan tentang hal tersebut. Tak jarang juga mereka bertanya-tanya tentang keberadaan Derryl. Hingga akhirnya pagi itu mereka melihat kehadiran Derryl di kantor.“Pak Derryl!” seru salah satu karyawan. Ia sedang menunjuk Derryl yang baru saja masuk melalui pintu di lobby area.Sontak semua mata memandang ke arah yang ditunjuk karyawan itu dan tampak terperangah kaget. Bahkan banyak mulut yang terbuka lebar dengan mata terbelalak melihat Derryl.“Pagi!! Kenapa masih di sini? Bukannya jam kantor tinggal 5 menit lagi dimulai,” tegur Derryl. Ia melihat beberapa karyawan yang tampak terkejut melihat ke arahnya.Seketika beberapa karyawan yang masih bergerombol bergegas membubarkan diri dan kembali ke ruangannya. Derryl hanya tersenyum sambil menggelengkan k
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r
“Sumi!! Kamu apa-apaan?” seru Wisnu.Dia sangat terkejut saat melihat Sumi menyambar pisau dan menghunus ke arahnya.“Saya hanya minta pertanggung jawaban Bapak. Saya hanya mau nikah sama Bapak. Bukankah Bapak sudah janji. Saya bahkan sudah menyerahkan semua untuk Bapak. Saya cinta Pak Wisnu,” ujar Sumi dengan terisak.Wisnu diam, menghentikan makannya dan berdiri perlahan dari kursinya.“Lalu kamu sekarang mengancamku dengan pisau agar aku menikahimu?”Sumi menangis lagi sambil menganggukkan kepala. “Saya terpaksa melakukannya, Pak. Tolong, jangan biarkan saya berbuat nekad. Saya mencintai Bapak dan ingin selamanya bersama Bapak.”Wisnu menyeringai sambil menatap sinis ke arah Sumi.“Sinting, kamu!!! Mana mungkin aku nikah sama kamu. Aku hanya suka dengan badanmu, suka dengan keperawananmu saja, tidak lebih. Saat melakukannya pun aku membayangkan Ratih. Sama sekali bukan karena ci
“Bukannya dia bekas sopir keluarga Mas Wisnu?” lirih Ratih bertutur.Seketika Derryl, Tuan Robby, Nyonya Siska dan petugas polisi menatap Ratih dengan terkejut. “Anda mengenalnya, Nyonya?” tanya petugas polisi tersebut. “Eng ... tidak. Saya hanya pernah melihatnya bekerja di keluarga mantan suami saya. Waktu itu hanya beberapa bulan bekerja di sana sebagai sopir pribadi mantan mertua saya. Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi. Baru kali ini melihatnya kembali.” Petugas polisi itu hanya menganggukkan kepala sambil menatap Ratih dengan seksama. “Apa orang ini yang telah menyabotase mobil dan merupakan residivis itu?” Ratih bertanya. “Iya, Nyonya. Dia ini residivis dan telah menyabotase mobil suami Anda dua kali.” Ratih terdiam dan tampak sedang berpikir. Derryl melihatnya. “Apa kamu berpikir kalau Wisnu di belakang ulahnya?” Ratih menoleh ke arah Derryl dan mengangguk. “Bisa saja, Bang. Bukankah setelah kita menikah dia juga pernah datang ke kantor dan mengirimi aku bung
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska