“Pak Derryl, Bu. Pak Derryl ... .”
“Pak Derryl kenapa?” sahut Mawar.
Kresna terdiam mengatur napasnya lagi, sementara Ratih hanya menatapnya dengan hati tak karuan. Ratih tidak mau apa yang dibayangkan tadi menjadi kenyataan.
“Rombongan Pak Derryl sudah datang, Bu,” ucap Kresna akhirnya.
Ratih, Mawar dan Sasi langsung menghela napas lega.
“Astaga Mas Kresna bikin orang panik saja.” Sasi sudah berkomentar.
Kresna hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Tapi, memang mereka sempat mengalami kendala sehingga sedikit terlambat datang ke sini. Salah satu mobil pengiring pengantin bannya bocor jadi terpaksa harus dibetulkan dulu,” urai Kresna.
“Lalu yang lainnya?” Ratih kembali terkejut dan menatap Kresna dengan penasaran.
“Semuanya baik-baik saja, termasuk mobil Pak Derryl. Sekarang mereka sedang bersiap untuk acara selanjutnya.
“ABANG!!” Derryl terkekeh mendengar Ratih yang memanggilnya dengan mata terbelalak. Sementara bibirnya sudah mengerucut maju beberapa senti. Perlahan pria tampan itu memiringkan kepalanya lalu menyentuh dengan lembut bibir Ratih. Tak ayal bibir mereka bertemu saling memagut satu sama lain dengan banyak cinta. Setelah beberapa saat Derryl mengurai lebih dulu kecupannya, lalu merangkum wajah Ratih. Ditatapnya wajah wanita cantik yang sudah berstatus resmi menjadi istrinya. “Aku cinta kamu, Ratih. Aku janji tidak akan membuatmu bersedih,” bisik Derryl lirih. Ratih tersenyum dan menganggukkan kepala berulang. “Iya, aku percaya, Bang. Aku juga mencintaimu dan aku ingin kamu adalah pelabuhan terakhirku.” Derryl tersenyum begitu juga Ratih. Sebuah kecupan langsung mendarat di kening Ratih. “Satu lagi, Sayang. Aku memang belum pernah melakukannya, tapi aku paham bagaimana cara memuaskanmu.” Derryl mengatakan hal itu dengan senyum menggoda. Sontak memerah wajah Ratih karena ucapan Derryl
“Tuan, Nyonya!!! Saatnya kita pulang,” suara pemandu wisata mengingatkan Derryl dan Ratih. Karena terhanyut suasana senja yang romantis membuat pasangan pengantin baru itu lupa waktu. Derryl buru-buru bangkit dari duduknya sambil membantu Ratih. Kemudian mereka berdua berjalan beriringan bersama pemandu wisata yang menemani. “Setelah ini ada acara apa, Pak?” tanya Derryl. Pemandu wisata itu tersenyum. “Makan malam di hotel, Tuan. Kebetulan hari ini berbarengan dengan hari ulang tahun hotel, jadi pihak hotel menjamu para tamu. Akan banyak penampilan nanti malam, tari-tarian, musik dan semuanya pasti menarik.” Ratih dan Derryl hanya manggut-manggut mendengar penjelasan sang Pemandu wisata. Selang beberapa saat mereka sudah tiba di hotel tempat menginap. Setelah mandi dan bersiap, Ratih serta Derryl sudah keluar kamar. Kali ini Ratih berpenampilan sedikit seksi beda dari biasanya. Dia mengenakan backless dress dengan detail halter neck bahan satin. Ratih juga menambahkan belt berwarn
Dua minggu berlalu dan kini Derryl serta Ratih harus mengakhiri honeymoon mereka. Mereka baru tiba di bandara usai melakukan penerbangan singkat. Ada Tuan Robby dan Nyonya Siska yang sengaja menyambut kedatangan Derryl serta Ratih.“Tumben, kok Mama dan Papa yang jemput,” seru Derryl begitu melihat kedua orang tuanya.“Memangnya kenapa, Ryl? Gak boleh Mama menjemput kalian. Mama itu khawatir dengan keadaanmu. Kamu disuruh menelepon begitu sampai, malah tidak menelepon. Ponsel juga selalu mati. Kamu sengaja tidak ingin diganggu, begitu.”Derryl mengulum senyum kemudian menganggukkan kepala.“Iyalah, Ma. Ngapain juga aku pergi honeymoon kalau harus menjawab panggilan dari Mama. Gitu aja masih diganggu ama acara ulang tahun hotel dan disuruh ngasih sambutan. Untung saja aku dan Ratih keburu melarikan diri, jadi gak ada relasi bisnis yang tahu.”Mendengar penjelasan Derryl, Tuan Robby hanya terkekeh sambil menggeleng
“Sayang ... kamu --- “ Derryl menjeda kalimatnya dan melihat dengan sendu ke arah Ratih.“Kamu dinyatakan sehat, Sayang. Itu artinya semua tuduhan Wisnu kepadamu tidak terbukti selama ini. Kamu tidak mandul.”Ratih tersenyum sambil mengangguk kemudian langsung berhambur memeluk Derryl. Derryl membalas pelukannya sambil berulang mengecup puncak kepala Ratih.“Kamu lega sekarang?” Derryl mengurai pelukan dan menatap dengan penuh cinta wanita cantik di depannya ini.“Iya. Aku lega sekali, Bang. Aku senang. Menjadi seorang ibu dan hamil adalah impian semua wanita. Aku bersyukur Tuhan masih mempercayakan padaku.”Derryl tersenyum dam kembali mengecup kening wanita cantik di depannya ini. Mereka masih berpelukan dan kini mata Derryl sudah turun ke bawah, ke bagian leher Ratih yang penuh bekas tanda kepemilikannya. Ratih melihatnya dan menatap curiga ke arah Derryl.“Kenapa melihatku seperti itu
“Ada apa, Sayang?” tanya Derryl.Dia sangat terkejut begitu keluar kamar mandi melihat Ratih melempar begitu saja ponselnya dan terlihat ketakutan. Ratih tidak menjawab, kemudian Derryl mendekat sambil mengambil ponselnya. Derryl hanya terdiam kemudian duduk di samping Ratih dengan bingung. Kini matanya mengarah ke buket bunga mawar yang baru saja diletakkan Ratih di sudut kamar.“Siapa yang mengirim bunga? Apa klien kamu?”Ratih masih membisu, kemudian merampas ponsel dan membuka kuncinya lalu menunjukkan ke Derryl pesan yang baru saja dikirim Wisnu. Derryl menerima ponsel Ratih dan membacanya dengan seksama. Alisnya mengernyit seraya menatap Ratih dengan bingung.Tak lama kemudian, Derryl terdiam menunduk, membaca pesan yang terdapat di ponsel Ratih. Derryl tampak terkejut kemudian menoleh ke arah Ratih.“Menurutmu Wisnu yang mengirimnya?” tanya Derryl kemudian.Ratih mengangguk dan menatap Derryl dengan
“Satu yang harus kamu tahu. Aku masih mencintaimu, Ratih.”Ratih langsung tertawa saat mendengar Wisnu berkata seperti itu. Tentu saja Wisnu terkejut melihatnya bahkan matanya tampak terluka menatap Ratih.“Terima kasih, tapi aku tidak butuh cintamu. Ada Derryl yang sudah memberi segalanya. Jadi lebih baik berikan saja cintamu itu ke yang lain. Ke Sumi, mungkin. Masa selamanya kamu menjadikan dia alat pemuas napsumu saja.”Wisnu tampak geram mendengar ucapan Ratih. Rahangnya menegang dan seketika buku tangannya sudah mengepal seakan bersiap memukul seseorang.“Sudah, pergilah!!! Aku sibuk. Apa perlu kupanggil security?”Ratih kembali bersuara dan kata-katanya membuat sakit telinga Wisnu. Tanpa berkata sepatah pun, Wisnu membalikkan badan dan dengan langkah lebar pergi meninggalkan ruangan Ratih. Ratih menghela napas lega, kemudian dia sudah menelepon ke bagian security depan.[“Iya, selamat siang, Bu
“Terima kasih, Pak Derryl. Nanti saya akan kirim salinan proposalnya supaya Bapak bisa mempelajari lebih dulu,” ujar salah satu klien Derryl.Ini adalah kali kedua Derryl menemui kliennya di tempat yang sama. Usai cuti honeymoon selama dua minggu ternyata menyisakan banyak PR untuk Derryl. Untung saja pekerjaan di kantor bisa dihandle Ratih, sementara Derryl mengerjakan yang di luar kantor.“Iya, baik, Pak. Saya akan mempelajarinya dengan cermat supaya bisa memberi keputusan secepatnya.”Klien itu tersenyum sudah berjabatan tangan kemudian berpamitan untuk kembali melanjutkan aktivitasnya. Derryl menghela napas panjang sambil meneguk habis minumannya. Kresna yang duduk di sebelah Derryl hanya tersenyum.“Apa perlu saya pesankan minum lagi, Pak?” tawar Kresna.Derryl tersenyum sambil menggeleng. “Gak usah, Kres. Kita langsung balik kantor saja.”Kresna mengangguk kemudian bangkit dan berjalan le
“Bang, itu mobil kantor kita. Mobil yang dipakai Kresna tadi!!!”“APA!!!” seru Derryl.Dia gegas menepikan mobil sedikit jauh dari tempat kejadian. Kemudian turun dari mobil. Derryl berlarian menuju lokasi kecelakan mobil tersebut. Sepertinya kejadiannya belum berapa lama, sehingga petugas polisi baru saja berdatangan.“Tuan, harap minggir dulu!!” pinta seorang petugas polisi kepada Derryl.“Maaf, Pak. Saya harus melihatnya. Itu mobil saya dan yang mengemudi adalah asisten saya,” jelas Derryl.Akhirnya petugas polisi itu memberi izin Derryl mendekat ke area kecelakaan, sementara Ratih hanya melihat dari jauh. Derryl mendekat dan melihat Kresna terluka parah tak sadarkan diri. Beberapa petugas medis sedang berusaha mengeluarkannya dari dalam mobil.Derryl hanya diam tertegun sambil menatap ke bagian kursi sebelah kiri kemudi. Di sana seharusnya dia duduk. Kini ada batang pohon yang telah menerob
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r
“Sumi!! Kamu apa-apaan?” seru Wisnu.Dia sangat terkejut saat melihat Sumi menyambar pisau dan menghunus ke arahnya.“Saya hanya minta pertanggung jawaban Bapak. Saya hanya mau nikah sama Bapak. Bukankah Bapak sudah janji. Saya bahkan sudah menyerahkan semua untuk Bapak. Saya cinta Pak Wisnu,” ujar Sumi dengan terisak.Wisnu diam, menghentikan makannya dan berdiri perlahan dari kursinya.“Lalu kamu sekarang mengancamku dengan pisau agar aku menikahimu?”Sumi menangis lagi sambil menganggukkan kepala. “Saya terpaksa melakukannya, Pak. Tolong, jangan biarkan saya berbuat nekad. Saya mencintai Bapak dan ingin selamanya bersama Bapak.”Wisnu menyeringai sambil menatap sinis ke arah Sumi.“Sinting, kamu!!! Mana mungkin aku nikah sama kamu. Aku hanya suka dengan badanmu, suka dengan keperawananmu saja, tidak lebih. Saat melakukannya pun aku membayangkan Ratih. Sama sekali bukan karena ci
“Bukannya dia bekas sopir keluarga Mas Wisnu?” lirih Ratih bertutur.Seketika Derryl, Tuan Robby, Nyonya Siska dan petugas polisi menatap Ratih dengan terkejut. “Anda mengenalnya, Nyonya?” tanya petugas polisi tersebut. “Eng ... tidak. Saya hanya pernah melihatnya bekerja di keluarga mantan suami saya. Waktu itu hanya beberapa bulan bekerja di sana sebagai sopir pribadi mantan mertua saya. Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi. Baru kali ini melihatnya kembali.” Petugas polisi itu hanya menganggukkan kepala sambil menatap Ratih dengan seksama. “Apa orang ini yang telah menyabotase mobil dan merupakan residivis itu?” Ratih bertanya. “Iya, Nyonya. Dia ini residivis dan telah menyabotase mobil suami Anda dua kali.” Ratih terdiam dan tampak sedang berpikir. Derryl melihatnya. “Apa kamu berpikir kalau Wisnu di belakang ulahnya?” Ratih menoleh ke arah Derryl dan mengangguk. “Bisa saja, Bang. Bukankah setelah kita menikah dia juga pernah datang ke kantor dan mengirimi aku bung
“Sus, bagaimana istri saya? Apa dia baik-baik saja?” cercah Derryl.Usai kecelakaan itu terjadi, Derryl bersama Ratih sudah dibawa ambulance ke rumah sakit. Derryl tidak mengalami luka serius hanya luka gores saja di beberapa bagian tubuh. Berbanding terbalik dengan Ratih yang saat ini sedang mendapat penanganan khusus.“Sabar, Tuan. Dokter masih menanganinya, nanti kalau sudah selesai pasti akan kami beritahu.”Derryl hanya mengangguk sambil terus berjalan mondar-mandir, sesekali ia remas jemari tangan untuk mengusir kegelisahannya.“Ryl!!” Sebuah suara memanggil Derryl. Derryl menoleh dan melihat Nyonya Siska datang bersama Tuan Robby.“Ma, Pa ... Ratih. Mereka masih menolongnya. Aku gak tahu harus bagaimana. Ini benar-benar kesalahanku.” Derryl berurai air mata dan menyesali keteledorannya tadi.“Sudah, Ryl. Ini semua musibah, kamu harus mengikhlaskan semuanya,” ujar Nyonya Siska