DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH
Suara adzan berkumandang, aku segera bangun dan menunaikan kewajibanku. Setelah mandi, aku segera ke dapur untuk melihat Bi Imah, barangkali ada yang bisa dibantu.Sesampainya di sana, kulihat Bi Imah sudah siap dengan nampan berisi segelas susu dan sepiring roti oles."Mau dibawa kemana itu Bi?" Tanyaku pada Bi Imah yang tampak terkejut melihat kehadiranku."Ah Non Alisha, bikin kaget saja. Ini mau dibawa ke kamar Den Rendi. Non bisa tolong anterin ini ke kamar Aden? Bibi masih mau nyiapin yang lain dulu." ujar Bi Imah, seraya mengangsurkan nampan tersebut kepadaku."Boleh Bi, sini biar kuantarkan!"Dengan sedikit ragu, aku mengetuk kamar suamiku. Setelah kudengar sahutan dari dalam, barulah aku masuk dan meletakkan nampan itu di atas meja.Sesampainya di kamar, Mas Rendi terlihat masih bergelung di balik selimut. Ketika melihat kedatanganku, tatapannya mendadak berubah tajam."Siapa yang menyuruhmu ke sini? Pergi!"Mas Rendi berteriak dan melemparkan bantal ke arah nampan yang kubawa. Aku yang terkejut, tak sempat menghindari serangannya. Gelas berisi susu panas tadi tumpah dan sebagian mengenai paha dan perutku.Aku menjerit karena kepanasan, namun dia tak peduli dan terus mengusirku keluar dari dalam kamarnya. Demi menghindari keributan, aku keluar dari kamar itu dan meminta tolong Bi Imah untuk membersihkan sisa kekacauan tadi.Bi Imah lari tergopoh-gopoh melihat kondisiku yang kesakitan. Wanita itu terlihat panik, kemudian berlari untuk mengambilkan obat."Bi Imah, cepat kemari!" Terdengar teriakan Mas Rendi dari dalam kamar."Baik Den, Bibi datang!""Non, bisa obatin sendiri kan? Bibi tinggal ya?""Iya Bi, aku tak apa-apa. Bibi pergi saja!" jawabku cepat, meski masih meringis menahan sakit.Setelah Bi Imah pergi, aku berjalan menuju kamarku sendiri. Cepat kuganti baju, kemudian mengoleskan obat tadi pada bagian tubuh yang tersiram air panas. Sebenarnya, bukan hanya tubuhku yang merasa sakit, namun jauh di dalam lubuk hatiku, terbuka luka yang cukup dalam. Ini baru hari kedua aku tinggal di rumah ini, namun sudah ada kejadian seperti ini. Harus berapa lama lagi aku mendapat perlakuan seperti ini? Rasanya mustahil Mas Rendi bisa menerimaku. Kusandarkan tubuh pada dinding kamarku, memikirkan bagaimana nasib pernikahanku selanjutnya.Sanggupkah aku menjalani pernikahan ini ya Allah?Ketika sedang sibuk memikirkan nasibku, samar-samar terdengar suara tangisan bayi yang menyayat hati. Bayi siapakah itu, apakah di rumah ini ada bayi?Kutajamkan pendengaranku untuk memastikan apa yang kudengar, karena bisa jadi itu hanya suara bayi dari televisi.Semakin lama, suara tangisan itu kian keras dan terdengar semakin jelas.Untuk memastikan pendengaranku, gegas aku keluar kamar dan mencari sumber suara. Aku belum begitu paham dengan tata ruang di rumah ini, karena baru semalam menginap di sini.Suaranya terdengar semakin jelas dari kamar yang berada di lantai dua. Dengan penuh rasa penasaran, aku berjalan menyusuri tangga dan melihat Bi Imah bersama seorang pengasuh sedang berusaha menenangkan bayi mungil di tangannya."Bi Imah, bayi siapakah itu?" Tanyaku penasaran."Ini bayi Den Rendi Non. Kasihan dia, diusianya yang masih bayi, harus ditinggal pergi oleh ibunya." Kata Bi Imah menjelaskan.Mendengar penuturan Bi Imah, hatiku tersentuh melihat bayi mungil di tangannya, yang terus menangis sejak tadi. Sebenarnya aku penasaran dengan ucapan Bi Imah tadi, namun aku berusaha mengesampingkan rasa penasaranku, dan memilih untuk mencoba menenangkan bayi tersebut."Boleh saya coba gendong Bi? Kasihan bayi itu terus menangis. Siapa tahu dia mau diam kalau bersamaku.""Silakan Non." Jawab Bi Imah sembari menyerahkan bayi yang masih terus menangis itu kepadaku.Ajaib. Setelah kuayun sebentar, bayi mungil itu terdiam dan menatap kepadaku. Perlahan bibir mungilnya membentuk lengkungan tipis, dia tersenyum sangat manis. Mendadak hatiku menghangat hanya dengan melihat senyum bayi mungil itu. Mungkinkah aku telah jatuh cinta padanya?"Dia tersenyum Bi!"Aku melonjak kegirangan disambut anggukan Bi Imah dan pengasuh bayi itu. Mereka juga ikut tersenyum bahagia.Rasanya tak pernah bosan memandang wajah imut bayi mungil di tanganku itu. Sembari terus kuayun, kunyanyikan juga lagu anak-anak untuknya. Tak lama kemudian, bayi itupun terlelap."Siapa nama bayi ini Bi?" Tanyaku pada Bi Imah setelah menidurkan bayi itu pada boxnya."Namanya Zahra, Non." Jawab Bi Imah singkat."Bayinya sangat cantik, pasti ibunya juga cantik kan Bi?" Tanyaku pada Bi Imah untuk memancing agar mau bercerita."Iya Non, ibunya memang cantik. Wajarlah, dia kan seorang model. Tapi sayang, demi meraih impiannya, dia rela meninggalkan bayinya sejak usianya masih tiga bulan."Aku melongo tak percaya mendengar penuturan Bi Imah, tak menyangka ada seorang ibu yang tega meninggalkan bayinya hanya demi harta dan popularitas semata."Ehem!"Kami semua terkejut karena tanpa kami sadari Oma sudah berdiri di ambang pintu kamar.Bersambung.....DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH"Sedang apa kalian berkumpul di sini?" tanya Oma berhasil menghentikan obrolan kami."Ini Nyonya, dari tadi Non Zahra nangis terus, tapi setelah digendong sama Non Alisha langsung terdiam, bahkan sampai tertidur." jawab Bi Imah lugas."Oh ya? Syukurlah, artinya bayi itu nyaman sama kamu Alisha. Sepertinya aku memang sudah menemukan pilihan yang tepat untuk mendampingi Rendi dan Zahra. Berhubung Zahra sudah tidur, ayo kamu ikut Oma ke bawah. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan!" Kata Oma sembari menatap ke arahku. "Baik Oma," jawabku patuh seraya bangkit dan berjalan mengikutinya."Duduk!" Perintah Oma tegas. Aku sedikit takut mendengar suaranya itu, karena nada suaranya terdengar berbeda dari sebelumnya. Apakah aku telah berbuat kesalahan? Mungkinkah Mas Rendi telah mengadukanku yang tidak-tidak kepada Oma? "Alisha, dengarkan Oma baik-baik!""Iya Oma," jawabku patuh. "Mulai hari ini dan selanjutnya, kamu akan tinggal di sini, karena kamu sudah sa
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHBab 8. Pov RendiMendengar keributan dari dalam kamarku, Oma tergopoh-gopoh memasuki kamar. Raut kepanikan tergambar jelas dari wajahnya. "Ada Apa Ren__ , kenapa pagi-pagi sudah ribut saja?" Tanya Oma setelah melihat kekacauan di kamarku. Sementara gadis itu hanya menunduk diam sambil tangannya sibuk memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai. Aku memang sangat kesal dengannya, siapa suruh mau jadi istriku? "Tanya saja sama dia, Oma!" jawabku acuh."Kamu itu ya Ren, ditanya baik-baik malah jawabnya seperti itu. Awas ya kalau kamu berani menyakiti istrimu!"Oma berjalan ke arah gadis itu, kemudian menuntunnya keluar dari kamarku. Bukannya menghiburku, namun Oma justru meninggalkanku begitu saja, membuatku semkin kesal. Sebenarnya yang jadi cucunya itu aku atau dia sih? Kenapa Oma lebih perhatian sama dia daripada sama aku yang cucunya sendiri? Entah pelet apa yang telah digunakannya, hingga Oma bisa begitu menyayanginya, padahal baru bertemu kemar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 9. Pov RendiHari ini adalah jadwal terapiku. Seperti biasa gadis itu juga menemaniku bersama Oma yang selalu setia. Ketika hendak keluar dari ruang terapi, aku melihat seorang dokter muda menyapa Alisha dengan ramah. Sepertinya mereka sudah kenal sebelumnya. Entah apa yang mereka bicarakan, namun sepertinya sangat seru karena kulihat Alisha bisa tertawa lepas bersama pria itu. Hal yang belum pernah aku lihat ketika dia sedang bersamaku. Melihat kedekatan mereka, entah mengapa aku merasa tak terima. Bagaimana bisa gadis itu mengabaikan perasaanku sebagai suaminya? Seperti inikah sifat asli dari seorang istri pilihan Oma?Apakah aku cemburu? Ah tapi tidak, mungkin aku hanya tak suka saja melihat istriku dekat dengan pria lain. Ah ya, sejak kapan aku mengakuinya sebagai istri? Bukankah aku sangat membencinya? Tidak, ini tidak boleh terjadi, aku harus menyingkirkannya. "Siapa Dia?" Tanyaku setelah dokter muda itu berlalu dari hadapanku."Oh dia, han
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 10. Pov Alisha"Nyonya, Non Alisha sudah bangun!"Samar-samar kudengar teriakan Bi Imah memanggil Oma. Setelah itu kulihat Oma terengah-engah memasuki kamarku."Kamu sudah sadar Sayang?" Tanya Oma sembari mengelus kepalaku. "Iya Oma, memangnya aku kenapa?" Tanyaku bingung dengan apa yang terjadi. "Kamu baru saja pingsan, tapi kata dokter tak ada masalah serius di kepalamu, jadi kamu tak perlu khawatir." Jawab Oma lagi. Aku baru ingat kalau tadi melihat tangan Mas Rendi berdarah, hal itulah yang membuatku pingsan. Sejak kecil aku memang takut darah, trauma lebih tepatnya. Setiap melihat darah, seakan mengingatkanku tentang kematian ibu. Hari itu, seperti biasa ibu menjemputku di SD tempatku sekolah. Kebetulan kelasku pulang lebih awal sehingga ibu telat menjemput. Melihatku sudah menunggu di seberang jalan, ibu berniat untuk menghampiriku.Mungkin karena terburu-buru, ibu tak melihat kalau ada motor yang sedang melaju kencang. Ibu yang terkejut tak
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Par 11Dengan berat hati, akhirnya aku menyetujui keinginan ayah. Seketika raut bahagia terpancar jelas dari wajahnya. Rupanya janda beranak satu itu benar-benar telah memikat hati ayahku. Pernikahan sederhanapun digelar untuk meresmikan hubungan keduanya. Setelah pernikahan dilaksanakan, Bu Rosma dan Rista mulai tinggal bersama kami. Rista juga sekolah di sekolah yang sama denganku. Usia kami hanya terpaut dua tahun, karena itu ayah berharap kami bisa menjadi teman. Namun kenyataannya, jangankan berteman, bertegur sapapun jarang. Bahkan ketika di sekolah, dia enggan mengakuiku sebagai saudara tirinya.Merasa sudah ada yang mengurusku, ayah dengan leluasa bisa bekerja ke luar kota hingga berminggu-minggu. Ayahku bekerja sebagai mandor bangunan di sebuah perusahaan terkenal di kota kami. Terbiasa bersama ayah, hidupku terasa semakin berat ketika ayah harus meninggalkanku. Apalagi ibu tiriku sepertinya sangat pandai bermain peran.Ketika ada di depan aya
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 12"Rendi, kenapa kamu malah di situ? Lihat, istrimu sudah siuman!" Kata Oma kepada Mas Rendi yang hanya terdiam sambil melihat ke arahku. Mungkin dia sedang bingung dengan apa yang membuatku pingsan. Sementara luka di tangannya terlihat sudah di balut perban. Semoga saja lukanya tidak parah, karena tadi kulihat darahnya cukup banyak. Perlahan dia mengayuh kursi rodanya untuk mendekatiku. Meski tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya, namun aku merasa bahagia karena dia masih mau peduli kepadaku, setidaknya untuk melihat kondisiku. Setelah semuanya terlihat baik-baik saja, Oma dan Bi Imah keluar dari kamar kami. "Jangan manja, ayo bangun! Aku mau makan nasi goreng, sana bikinin!"Baru saja aku merasa bahagia dengan perhatiannya, sudah terdengar lagi bentakannya. Sebenarnya terbuat dari apa sih hati orang ini? Apa aku yang terlalu kepedean mengharap perhatiannya? Bukankah hal itu wajar saja, aku kan istrinya? Hah, istri? Apa mungkin selama ini dia
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 13Setelah selesai sarapan dan memandikan Mas Rendi, aku berniat untuk mengunjungi kamar Zahra. Sepertinya lebih seru kalau aku bermain bersama bayi itu, daripada pusing menghadapi bayi besarku yang selalu membuat ulah.Sayangnya ketika aku sampai di kamar Zahra, bayi mungil itu tampak tertidur lelap di dalam boxnya. Bibir mungilnya, tampak tersenyum, membuatku semakin gemas dan ingin berlama-lama berada di dekatnya. Berbeda 180 derajat dengan ayahnya yang sangat menyebalkan itu. Baru beberapa menit aku di kamar Zahra, tiba-tiba ponselku bergetar. Rupanya Mas Rendi yang menelepon. Tak ingin mengganggu Zahra, aku segera keluar dari kamar untuk mengangkat telepon dari Mas Rendi. Ada apa lagi ini, pasti mau bikin ulah lagi deh. "Alisha, buatin aku jus mangga. Gulanya sedikit saja dan satu lagi, gak pakai lama!"Tanpa basa-basi dan memberiku kesempatan untuk menjawab, Mas Rendi langsung mematikan ponselnya. Dasar tukang perintah! Baru juga makan roti
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 14Hari ini adalah jadwal terapi Mas Rendi. Sebagai istri, aku harus siap menemani dan mendukungnya, meski kehadiranku sering tak dihiraukannya. Setelah beberapa kali terapi, kondisinya semakin membaik. Jari-jari kakinya perlahan mulai bisa digerakkan. Oma adalah orang yang paling bahagia mengetahui kabar tersebut.Menurut Oma, kondisi psikologisnya juga semakin membaik, karena sekarang sudah tak pernah berteriak-teriak dan menyakiti dirinya sendiri lagi. Padahal sekarang saja menurutku masih galak, karena sering memperlakukanku dengan kasar. Kalau seperti ini saja sudah dikatakan membaik, lalu seperti apa kondisi sebelumnya, pasti lebih menyeramkan, batinku. Hal itu mungkin wajar, karena disaat Mas Rendi sedang terpuruk, justru sang istri mengajukan gugatan cerai demi bisa menikah dengan pria lain yang lebih segalanya dan tidak cacat tentunya. Sejak saat itu Mas Rendi berubah menjadi sosok yang kasar dan pemarah. Hanya kepada Oma saja dia mau menu
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny