DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 10. Pov Alisha"Nyonya, Non Alisha sudah bangun!"Samar-samar kudengar teriakan Bi Imah memanggil Oma. Setelah itu kulihat Oma terengah-engah memasuki kamarku."Kamu sudah sadar Sayang?" Tanya Oma sembari mengelus kepalaku. "Iya Oma, memangnya aku kenapa?" Tanyaku bingung dengan apa yang terjadi. "Kamu baru saja pingsan, tapi kata dokter tak ada masalah serius di kepalamu, jadi kamu tak perlu khawatir." Jawab Oma lagi. Aku baru ingat kalau tadi melihat tangan Mas Rendi berdarah, hal itulah yang membuatku pingsan. Sejak kecil aku memang takut darah, trauma lebih tepatnya. Setiap melihat darah, seakan mengingatkanku tentang kematian ibu. Hari itu, seperti biasa ibu menjemputku di SD tempatku sekolah. Kebetulan kelasku pulang lebih awal sehingga ibu telat menjemput. Melihatku sudah menunggu di seberang jalan, ibu berniat untuk menghampiriku.Mungkin karena terburu-buru, ibu tak melihat kalau ada motor yang sedang melaju kencang. Ibu yang terkejut tak
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Par 11Dengan berat hati, akhirnya aku menyetujui keinginan ayah. Seketika raut bahagia terpancar jelas dari wajahnya. Rupanya janda beranak satu itu benar-benar telah memikat hati ayahku. Pernikahan sederhanapun digelar untuk meresmikan hubungan keduanya. Setelah pernikahan dilaksanakan, Bu Rosma dan Rista mulai tinggal bersama kami. Rista juga sekolah di sekolah yang sama denganku. Usia kami hanya terpaut dua tahun, karena itu ayah berharap kami bisa menjadi teman. Namun kenyataannya, jangankan berteman, bertegur sapapun jarang. Bahkan ketika di sekolah, dia enggan mengakuiku sebagai saudara tirinya.Merasa sudah ada yang mengurusku, ayah dengan leluasa bisa bekerja ke luar kota hingga berminggu-minggu. Ayahku bekerja sebagai mandor bangunan di sebuah perusahaan terkenal di kota kami. Terbiasa bersama ayah, hidupku terasa semakin berat ketika ayah harus meninggalkanku. Apalagi ibu tiriku sepertinya sangat pandai bermain peran.Ketika ada di depan aya
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 12"Rendi, kenapa kamu malah di situ? Lihat, istrimu sudah siuman!" Kata Oma kepada Mas Rendi yang hanya terdiam sambil melihat ke arahku. Mungkin dia sedang bingung dengan apa yang membuatku pingsan. Sementara luka di tangannya terlihat sudah di balut perban. Semoga saja lukanya tidak parah, karena tadi kulihat darahnya cukup banyak. Perlahan dia mengayuh kursi rodanya untuk mendekatiku. Meski tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya, namun aku merasa bahagia karena dia masih mau peduli kepadaku, setidaknya untuk melihat kondisiku. Setelah semuanya terlihat baik-baik saja, Oma dan Bi Imah keluar dari kamar kami. "Jangan manja, ayo bangun! Aku mau makan nasi goreng, sana bikinin!"Baru saja aku merasa bahagia dengan perhatiannya, sudah terdengar lagi bentakannya. Sebenarnya terbuat dari apa sih hati orang ini? Apa aku yang terlalu kepedean mengharap perhatiannya? Bukankah hal itu wajar saja, aku kan istrinya? Hah, istri? Apa mungkin selama ini dia
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 13Setelah selesai sarapan dan memandikan Mas Rendi, aku berniat untuk mengunjungi kamar Zahra. Sepertinya lebih seru kalau aku bermain bersama bayi itu, daripada pusing menghadapi bayi besarku yang selalu membuat ulah.Sayangnya ketika aku sampai di kamar Zahra, bayi mungil itu tampak tertidur lelap di dalam boxnya. Bibir mungilnya, tampak tersenyum, membuatku semakin gemas dan ingin berlama-lama berada di dekatnya. Berbeda 180 derajat dengan ayahnya yang sangat menyebalkan itu. Baru beberapa menit aku di kamar Zahra, tiba-tiba ponselku bergetar. Rupanya Mas Rendi yang menelepon. Tak ingin mengganggu Zahra, aku segera keluar dari kamar untuk mengangkat telepon dari Mas Rendi. Ada apa lagi ini, pasti mau bikin ulah lagi deh. "Alisha, buatin aku jus mangga. Gulanya sedikit saja dan satu lagi, gak pakai lama!"Tanpa basa-basi dan memberiku kesempatan untuk menjawab, Mas Rendi langsung mematikan ponselnya. Dasar tukang perintah! Baru juga makan roti
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 14Hari ini adalah jadwal terapi Mas Rendi. Sebagai istri, aku harus siap menemani dan mendukungnya, meski kehadiranku sering tak dihiraukannya. Setelah beberapa kali terapi, kondisinya semakin membaik. Jari-jari kakinya perlahan mulai bisa digerakkan. Oma adalah orang yang paling bahagia mengetahui kabar tersebut.Menurut Oma, kondisi psikologisnya juga semakin membaik, karena sekarang sudah tak pernah berteriak-teriak dan menyakiti dirinya sendiri lagi. Padahal sekarang saja menurutku masih galak, karena sering memperlakukanku dengan kasar. Kalau seperti ini saja sudah dikatakan membaik, lalu seperti apa kondisi sebelumnya, pasti lebih menyeramkan, batinku. Hal itu mungkin wajar, karena disaat Mas Rendi sedang terpuruk, justru sang istri mengajukan gugatan cerai demi bisa menikah dengan pria lain yang lebih segalanya dan tidak cacat tentunya. Sejak saat itu Mas Rendi berubah menjadi sosok yang kasar dan pemarah. Hanya kepada Oma saja dia mau menu
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 15Berbagai cara sudah Mbak Susi lakukan namun Zahra tetap ingin ikut denganku. Tak tega melihatnya menangis, aku putuskan mengajak Zahra bersamaku. "Biar kuajak saja Mbak, nanti kalau kira-kira aku kerepotan, akan kuantarkan balik sama Mbak." Kataku pada Mbak Susi yang dijawab dengan anggukan. Setelah aku gendong, seperti biasa Zahra langsung diam dan berceloteh manja kepadaku. Sesampainya di kamar, kulihat Mas Rendi sedang menonton televisi. Melihat kedatanganku, segera dimatikannya televisi itu. Pandangannya tajam ke arahku dan Zahra secara bergantian. Sikapnya hari ini cukup aneh menurutku, namun aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, aku harus waspada mengingat emosinya yang belum stabil. Apalagi saat ini aku sedang bersama Zahra."Mas memanggilku? Ada apa?" tanyaku hati-hati. Pria itu tak menjawab pertanyaanku, dan justru menepuk kasur di sebelahnya sebagai isyarat agar aku mendekat. Akupun mendekat meski dengan perasaan w
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 16"Mau ke kamar mandi, cepat bantu aku!"Mas Rendi menjawab sembari memiringkan tubuhnya agar aku bisa lebih mudah membantunya turun dari tempat tidur. Setelah selesai urusan kamar mandi, Mas Rendi kembali ke tempat tidur. Tanpa mempedulikan keberadaanku, dia langsung sibuk sendiri dengan ponselnya. Merasa tak dibutuhkan lagi, aku segera keluar dan masuk ke dalam kamarku sendiri. Untuk mengusir kebosanan, iseng kubuka ponsel dan mengintip aplikasi biru yang sudah lama tak tersentuh. Ketika sedang asyik berselancar di dunia maya itulah, tanpa sengaja aku melihat postingan Rista, adik tiriku yang membuatku membelalakkan mata tak percaya.["Terima kasih untuk surprisenya hari ini Ibu"]Begitulah isi 'caption' di status aplikasi biru adik tiriku, dengan latar belakang sebuah mobil berwarna merah yang sepertinya masih baru. Dari tanggal yang tertera, postingan tersebut diunggah sekitar sebulan yang lalu. Rupanya Bu Rosma baru saja membelikan mobil ba
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 17"Apa maksudmu bilang seperti itu Mas?"Aku yang penasaran berusaha mencari tahu maksud dari ucapannya, namun sayangnya suamiku itu telah menutup rapat tubuhnya dengan selimut. Kini pikiranku semakin kacau, bingung antara memikirkan nasib keluargaku dan sikap Mas Rendi yang berubah-ubah. Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dari biasanya. Semua perlengkapan perjalanan sudah aku siapkan, yang penting ada uang untuk ongkos perjalanan nanti, itu saja sudah cukup bagiku. Sedangkan untuk baju, sengaja aku tak membawa, karena bajuku yang di rumah masih banyak. Aku sudah mengantongi ijin dari Mas Rendi, kini hanya tinggal meminta ijin dari Oma. Setelah mendengar alasan kepulanganku, dengan berat hati terpaksa Oma juga mengijinkannya. Wanita sepuh itu memelukku erat, sebelum melepas kepergianku.Sebelum pulang, sengaja aku berpamitan pada Zahra. Meski anak itu belum bisa bicara, namun dia sudah bisa merespon ketika ada yang mengajaknya bicara. Aku ta
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny