DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 70Malam itu, aku bermimpi sangat aneh. Oma tampak mengenakan baju serba putih, berjalan bersama sepasang suami istri di sampingnya. Awalnya Oma memintaku untuk mengantarnya ke suatu tempat. Namun, sesampainya di tengah jalan, Oma diajak pergi oleh sepasang suami istri tadi, meninggalkanku seorang diri. Melihat Oma pergi, aku berteriak sekuat tenaga untuk memanggilnya. Sayangnya, Oma seperti tak mendengar panggilanku, dan justru berjalan semakin jauh meninggalkaku. Aku berusaha mengejarnya, namun nahas. Kakiku tersandung sebuah batu, membuat tubuhku hilang keseimbangan dan terjatuh."Aduh!" Kepalaku terasa sakit, rupanya aku terjatuh dari tempat tidur. Barulah aku menyadari kalau semua hanya mimpi. Syukurlah, semoga mimpiku hanya bunga tidur saja. Namun, mimpi itu masih terus terbayang-bayang di benakku, seakan tampak sangat nyata terjadi.Rupanya aku kesiangan, karena jam dinding sudah menunjuk angka lima pagi. Kalau saja tadi tidak terjatuh, mun
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 71Pintu depan terbuka, seorang pria yang mengenakan baju pengantin, keluar dari mobil itu. Seakan merasa diawasi, spontan pria itu menoleh ke arahku. Aku terkejut bukan main, seorang pria yang sangat kukenal berdiri tak jauh dariku. Rasanya seperti mimpi. Berulang kali kutepuk-tepuk pipiku sendiri, untuk meyakinkan bahwa yang ku alami ini nyata. "Dia?"Keringat dingin mulai bercucuran, rasanya tak bisa percaya begitu saja melihat kenyataan yang ada di depan mataku. Pria yang selama ini mati-matian aku lupakan, justru muncul disaat aku mulai menerima cinta yang baru. Mungkinkah dia sengaja melakukan itu semua? "Sayang, ayo!" kata Mas Rendi ketika melihatku diam terpaku di tempatku berdiri. "Eh i ... iya Mas!" jawabku tergeragap, kemudian mengikuti Mas Rendi memasuki gedung. "Kenapa dari tadi liatin pengantin pria terus? Kamu naksir ya!" bisik Mas Rendi di telingaku, setelah kami memperoleh tempat duduk. "Enggaklah Mas, aku hanya tak percaya a
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 72"Mandi dulu, habis itu baru istirahat!" ujar Mas Rendi setelah kembali dari kamar Zahra. "Iya Mas!" jawabku seraya bangkit, kemudian melepas hijab yang aku kenakan. Akupun bersiap untuk mandi, mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Ketika baru selesai menggosok gigi, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar. "Ada apa Mas?" tanyaku penasaran, tak biasanya suamiku mengganggu acara mandiku. "Mandi bareng ya? Gerah banget nih!" ucap Mas Rendi dari luar pintu. "Nggak ah, aku dah mau selesai kok!" Jawabku berbohong. Padahal mandi aja belum, baru selesai gosok gigi aja, hihi. Tak mau acara mandiku terganggu, kupercepat acara mandiku. Setelah selesai, baru aku keluar berbalut jubah mandi, dengan kepala kugelung handuk karena habis keramas. Ketika membuka pintu, aku terkejut karena melihat Mas Rendi sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang sulit diartikan. "Mas, ngapain berdiri di situ?" tanyaku penasaran. Sebenarnya pengen mandi
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 73Tak ingin Mas Rendi membaca pesan tersebut, segera kuhapus pesan itu, bahkan kublokir nomornya agar tak bisa menghubungiku lagi. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati dalam bertindak, karena Erik bisa saja membuat kekacauan dan menghancurkan kebahagiaan kami. Setelah menghapus pesan tersebut, kuletakkan kembali ponsel yang sejak tadi kupegang ke atas nakas. Ketika baru mau merebahkan tubuh ke tempat tidur, tiba-tiba Mas Rendi masuk, dengan wajah yang tak seriang tadi. Ada apa ini? Apa yang Oma sampaikan kepadanya? "Ada apa Mas, kok kamu terlihat sedih?" tanyaku sembari menggenggam kedua tangannya. "Oh, tidak apa-apa. Oma hanya memberikan wejangan sebelum keberangkatannya ke Tanah Suci. Aku hanya merasa ada yang ganjil saja dengan pesannya kali ini. Seolah Oma akan pergi dan tidak kembali lagi." jawab Mas Rendi tak bersemangat. Aneh, ternyata bukan hanya aku saja yang merasakan hal itu. Berarti bukan aku yang berlebihan mengartikannya. Mungki
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 74Meski masih terus menangis, tapi sepertinya wanita itu mulai tenang. Beberapa orang kembali mendekat untuk menghiburnya. Mungkin juga ada yang hanya sekedar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Aku tak bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu, karena tertutup masker dan kaca mata hitamnya. Namun, ketika wanita itu membuka maskernya, aku sangat terkejut karena wanita itu sangat aku kenal. Benarkah yang aku lihat saat ini?Bersamaan dengan itu, Merry menoleh ke arahku dengan tatapan nyalang. Secepat kilat dia bangkit dan berlari menghampiriku yang berdiri di balik pagar sekolah Zahra. Tak dihiraukannya decitan rem kendaraan yang berusaha menghindarinya, karena menyeberang sembarangan. Dalam sekejap, Merry sudah berada di hadapanku, dengan tatapan membunuh. "Ini semua gara-gara kamu! Kalau saja kau tidak merebut Zahra dariku, pasti suamiku tak akan menceraikanku! Dasar pelakor!" Merry berteriak memakiku habis-habisan. Meski yang dia ucapkan ta
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 75"Memangnya kenapa? Sepertinya kamu begitu terkejut?" tanya Mas Rendi penasaran. Hatiku bimbang, antara harus menceritakan masalah ini atau tidak. Kalau bercerita, takut Mas Rendi cemburu, tapi kalau tidak bercerita, takutnya malah menjadi bumerang buat diriku sendiri. Apa yang harus kulakukan Ya Allah? "Mas, aku ingin kita bicara serius!" Kataku pelan, sembari menarik lengan Mas Rendi agar mengikutiku masuk ke dalam kamar. Aku tak ingin ada orang lain yang mendengarnya kemudian menjadi salah paham, yang justru akan memperkeruh suasana. "Ada apa sih? Kamu pengen ngajakin aku 'lembur', disiang hari?" Goda Mas Rendi genit, sembari mengedipkan sebelah matanya. "Enggak Sayang, bukan itu! Aku sedang tidak ingin bercanda." ucapku serius, sembari menatap lekat manik mata suamiku itu. "Oke! Oke! Baiklah, kamu mau bicara apa Sayang, sepertinya serius sekali?" tanya Mas Rendi penasaran. "Ini tentang masa lalu. Aku harap, Mas mau berjanji tidak akan ma
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 76"Halo Tan, iya aku berangkat sekarang!" jawab Mas Rendi, kemudian mematikan teleponnya. "Ada apa Mas?" tanyaku, setelah Mas Rendi meletakkan ponselnya kembali. "Tante Widya mengajak kita berangkat sekarang!" jawab Mas Rendi, tatapannya menerawang jauh keluar jendela kamar kami. "Lalu?" tanyaku penasaran. "Kamu di rumah saja, biar aku yang berangkat bersama Oma. Aku tak ingin pria tengil itu menikmati wajah istriku." jawab Mas Rendi serius. "Baiklah, aku mengerti. Hati-hati di jalan ya Mas?" balasku kemudian. "Tentu Sayang, kamu juga hati-hati di rumah. Mas titip Zahra ya!" ujar Mas Rendi sembari mengecup keningku lembut. "Iya Mas!" jawabku lagi. Siang itu, Mas Rendi berangkat ke panti asuhan bersama Oma. Setelah mobil keluar dari halaman, aku bergegas masuk ke dalam rumah, untuk melihat Zahra di kamarnya. Aku penasaran, karena sejak pulang sekolah tadi, belum melihat wajahnya lagi. Ketika aku masuk ke dalam kamarnya, kulihat Zahra sedang t
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 77Merry menjelaskan panjang lebar, dengan air mata yang terus berderai. Aku merasa iba dengannya, apalagi dia memang berhak untuk menemui anak kandungnya sendiri. Namun, aku tetap harus waspada, karena berbagai kemungkinan bisa saja terjadi, mengingat sifat asli Merry yang sulit ditebak. "Lalu, apa yang ingin kamu lakukan setelah ini?" tanyaku penasaran. Aku ingin pergi jauh dari kalian, agar tak ada lagi yang mengusik kebahagiaan keluarga ini!" ucap Merry bersungguh-sungguh. Lagi, mendengar penuturan Merry, aku tak lantas percaya begitu saja dengannya. Bisa saja itu hanya akal busuknya, agar bisa merebut Zahra dariku. Apalagi, seakan dia sengaja datang saat Oma dan Mas Rendi tak ada di rumah. Untunglah aku sudah menyiapkan ponsel untuk merekam pembicaraan kami. Segera kukirimkan rekaman itu kepada Mas Rendi, kutambahkan pesan singkat agar dia segera pulang. "Jadi, di mana Zahra? Aku ingin menemuinya sekarang!" pinta Merry, masih dengan suara l
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny