DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 27Nduk, kamu bersiap-siaplah. Malam ini Rendi mengajak kita untuk jalan-jalan! Jangan lupa dandan yang cantik ya, tunjukkan kamu layak menjadi istrinya Rendi!" Kata Oma malam itu. "Memangnya mau kemana Oma?" Tanyaku penasaran. "Oma juga belum tahu, kamu siap-siap aja ya! Biar Zahra menjadi urusan Mbak Susi." Jawab Oma lagi. "Baik Oma," Jawabku kemudian. Setelah merias diri sebentar, aku mematut-matut diri di depan cermin, mencari tahu barangkali ada yang kurang dengan penampilanku malam ini. Mengenakan dress panjang warna maroon dipadu dengan hijab warna hitam membuat penampilanku terlihat elegan. Untuk sepatu saya memilih mengenakan flat shoes, di samping lebih nyaman rasanya juga tidak terlalu berlebihan. Selanjunya kusemprotkan parfum beraroma lembut untuk menyempurnakan penampilanku. Setelah kurasa cukup, aku segera keluar dari kamar untuk menyusul Oma dan Mas Rendi yang sudah menunggu di depan. Zahra juga sudah siap di gendongan Mbak Susi.
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 28"Kamu?" Kata itu keluar dari mulut mereka secara bersamaan. Sepertinya mereka saling mengenal. Siapakah wanita itu? "Zahra di mana Mas, aku ingin bertemu dengannya?" Tanya perempuan itu.Dia berusaha menerobos ke arah Mas Rendi yang menghalangi jalannya. "Untuk apa kamu mencarinya, bukankah kamu tak pernah mengharapkan kehadirannya?" "Tidak Mas, aku sangat menyayanginya. Izinkan aku bertemu sekali saja! Aku mohon?" Rengek perempuan itu kepada Mas Rendi. "Sampai kapanpun, aku tak akan membiarkanmu menemui Zahra, camkan itu!" Teriak Mas Rendi lagi. Kedua orang itu terus berdebat, tak ada yang mau mengalah. Sepertinya perempuan itu adalah Merry, mantan istrinya Mas Rendi. "Pergi! Aku tak sudi melihat wajahmu lagi. Zahra sudah bahagia hidup tanpamu." Gertak Mas Rendi pada perempuan itu. Wanita itu tampak kesal, matanya nyalang menatap sekitar. "Zahra ... Mama kangen sama kamu Nak!"Tiba-tiba perempuan itu berlari ke arah kami. Secepat kilat k
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 29Semenjak kejadian di restoran waktu itu, Oma dan Mas Rendi semakin protektif terhadap Zahra. Sepertinya mereka takut kalau Merry akan kembali berulah dan merebut Zahra. Oma juga memintaku untuk lebih memperhatikan Zahra, karena sepertinya Oma dan Mas Rendi juga kurang percaya terhadap Mbak Susi."Non, tolong Oma!" Teriak Bik Imah panik. "Ada apa Bik?" Tanyaku penasaran. "Oma pingsan Non. Ketika Bibik masuk kondisinya sudah seperti ini. Tadi saya penasaran karena sejak tadi Oma belum keluar kamar." Kata Bik Imah gemetaran. "Ada apa ini Bik?" Tanya Mas Rendi yang sudah berada di sebelahku. "Oma pingsan Den, sepertinya ada yang tidak beres!" Kata Bik Imah lagi. Mas Rendi segera menelepon dokter langganan keluarga, kemudian mengambil gelas teh di atas meja. "Siapa yang memberikan ini Bik?" Tanya Mas Rendi kepada Bik Imah. "Saya tidak tahu Den, waktu saya masuk gelas itu sudah ada di sana!" Jawab Bik Imah, tangannya menunjuk ke atas meja di mana
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 30Mendapat pertanyaan dari Oma, Mas Rendi menghela napas berat, kemudian menoleh kepada Dokter Rian untuk menceritakan semuanya."Oma hanya kecapekan saja, karena itu butuh istirahat lebih banyak dari biasanya." jawab Dokter Rian ramah."Oma, tumben tadi pagi minum teh?" tanya Mas Rendi kemudian. "Iya, tadi kebetulan Oma sangat haus ketika bangun tidur. Niatnya mau ambil air putih, eh ketemu Susi. Katanya sudah bikinin teh anget buat Oma, karena sudah kehausan ya Oma minum aja. Setelah itu tiba-tiba kepalaku terasa berat, jadi kembali ke kamar dan tidur lagi." terang Oma panjang lebar. Kami semua hanya mengangguk mendengar penjelasan Oma barusan. Sepertinya Mbak Susi memang sengaja mau meracuni Oma, untung saja teh itu baru diminum sedikit, sehingga tak begitu fatal akibatnya. "Untuk sementara waktu, Oma istirahat saja dulu. Kalau ada apa-apa panggil saja, kami siap membantu!" Kata Mas Rendi sembari mengusap-usap kaki Oma pelan. Oma hanya mengan
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 31Meski sifat jahilnya masih seperti dulu, namun sikapnya tak lagi kasar kepadaku. Aku berharap semoga saja ini menjadi awal yang baik bagiku dan juga hubungan pernikahan kami. Sekarang Mas Rendi juga sudah mau mengenakan cincin kawinnya dan memanggilku dengan sebutan 'Bunda'.Sungguh kemajuan yang sangat fantastis bagiku. Meski dia memanggilku bunda hanya ketika dihadapan Zahra, setidaknya dengan begitu, dia sudah mengajari Zahra untuk menganggapku sebagai ibunya. "Ayah, nanti kita main bareng lagi ya?" Rengek Zahra ketika Mas Rendi hendak berangkat kerja. "Iya Sayang, memangnya Zahra mau main apa?" Tanya Mas Rendi sembari mencium pipi gembil Zahra yang menggemaskan. "Ayah, geli!" Kata Zahra ketika Mas Rendi menggelitik perutnya dengan gemas. Aku hanya bisa tersenyum melihat keakraban antara Ayah dan Anak itu. Seakan kebahagiaan yang mereka rasakan juga menular kepadaku. "Aku pamit kerja dulu!" Kata Mas Rendi kepadaku setelah sebelumnya menuru
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 32Segera kustarter motorku menyusuri jalan yang tadi kulewati. Selama dalam perjalanan pulang, aku masih merasa sangat khawatir, takut ada yang berbuat tak baik kepada kami. Untunglah jarak dari rumah ke minimarket cukup dekat hingga tak butuh waktu lama, kami sudah sampai di rumah. Segera kuambil botol dan menyeduh susu. Setelah susu siap, segera kuberikan kepada Zahra yang sudah menunggu sembari terkantuk-kantuk. Zahra kugendong sambil minum susu. Tak lama kemudian, dia mulai terbuai ke alam mimpi. Zahra sudah tertidur dengan pulas, segera kubaringkan dia di tempat tidurnya. Aku yang sejak tadi sudah menahan ingin buang air kecil, segera berlari ke kamar mandi."Hah, apa ini?"Ketika sedang buang air kecil, aku terkejut karena ada noda darah di celana dalamku. Rupanya tamu bulananku datang lebih awal dari biasanya. Kucari pembalut yang biasa kusimpan dalam laci kamarku, barang yang sangat kubutuhkan saat ini. Apesnya, barang yang kucari juga h
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 33Dalam ketakutanku, dapat kulihat sekelebat bayangan hitam melintas di depanku. Seketika bulu kudukku meremang, membayangkan hal yang tidak-tidak. 'Ya Robbi, tolonglah hamba-Mu yang lemah ini, aku mohon,' doaku dalam hati. Bayangan hitam itu semakin mendekat, samar-samar aku mulai melihat bahwa yang berjalan ke arahku adalah seorang manusia, hatiku mulai lega. "Makan ini, kalau kamu masih ingin hidup!" gertak pria itu, sembari melemparkan nasi bungkus dan sebotol air mineral kepadaku. Syukurlah, dia mau memberiku makan, setidaknya dia masih membiarkanku untuk hidup. "Hemmm ... hmmm ....!"Aku berteriak agar dia mau melepaskan sumpalan di mulutku, dan berhasil. Pria itu menoleh ke arahku dengan wajah bengisnya. Seakan tahu maksudku, pria itu mendekat dan membuka ikatan kain yang menyumpal mulutku dengan kasar."Lepas!" Teriakku setelah mulutku tak lagi tersumpal kain. "Jangan harap Sayang, aku tak akan melepaskanmu. Kau adalah aset berharga bagi
Kedua pria itu terus berkeliling sembari mulutnya tak berhenti mengucap sumpah serapah yang memekakkan telinga. Hampir saja aku menjerit ketika seekor tikus kecil lewat di depanku. Untunglah tikus itu segera pergi dengan sendirinya.Namun, sepertinya aku belum bisa bernapas lega karena kedua pria itu semakin mendekat ke arahku. Bagaimana ini? Sungguh aku takut ya Allah, tolong aku, doaku dalam hati. Ketika sedang sibuk memikirkan jalan keluar, aku merasakan ada yang bergerak-gerak di bawah kakiku. Apa lagi ini, di saat panik seperti ini masih saja ada yang menggangguku. Gerakan di bawah kakiku semakin lama semakin kuat. Ketika kuraba, terasa empuk dan berbulu. Seketika aku berteriak ketakutan, 'tikus__!'Sungguh bodoh. Tanpa sadar aku justru menunjukkan di mana tempat persembunyianku. Kedua pria itu spontan menoleh ke arahku. Mereka tertawa terbahak-bahak melihatku ketakutan sembari memegang ekor tikus yang sudah putus. Rupanya tikus tadi tak sengaja terhimpit antara kakiku dengan
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny