Akhirnya Endra dan Naila memutuskan untuk bergabung dengan mobil Arya. Mereka berangkat setelah kendaraan Naila ditarik oleh derek. Naila membayar lebih agar mobilnya bisa tiba di bengkel dengan aman.
Arya kembali duduk di belakang kemudi. Naila dan Endra duduk pada jok belakang, sementara itu Alma sudah pada posisinya semula, dia diam tanpa kata, duduk manis pada jok di samping suaminya mengendarai.
Sepanjang perjalanan, mereka tidak ada yang saling bicara hingga. Jalan sudah berkali-kali berganti, kadang macet, kadang lancar, hingga akhirnya mobil yang ditumpanginya tiba di kediaman Arya.
Bunyi klakson membuat Bi Sumi yang baru saja terlelap menjadi bangun. Dia bergegas membukakan pintu. Mobil terhenti tepat di depan gerbang, Alma menurunkan kaca melempar senyum meski wajahnya
POV AUTHORSelamat Membaca!Arya sudah duduk pada meja yang dipesannya. Dia datang lebih awal dari pada waktu yang dijanjikan dengan Rangga. Lelaki itu selalu siap siaga karena dia pun belum tahu seperti apa sosok yang akan dihadapinya.Tidak berapa lama, sosok yang ditunggunya datang. Rangga langsung duduk berhadapan dengan Arya. Menyapa sekadar basa-basi.“Saya gak punya banyak waktu, kamu mau bicara soal apa?” Arya langsung pada inti.“Sabar, Bung! Saya juga malas berlama-lama, tapi saya yang mengundang Anda, silakan kalau mau pesan, pesan saja … saya yang bayar,” ucap Rangga dengan tenang.“Bicaralah cepat, aku gak punya banyak waktu,” tukas Arya lagi.
pov AlmaSelamat Membaca!“Awalnya, aku kira dia bercanda ketika malam itu aku telepon dia … dia bilang baru saja menikah … aku berharap itu salah … lalu aku mencoba meminta bantuannya untuk menjalin kerja sama dengan cabang perusahaan baru yang di Bandung, tetapi ternyata dia masih mengabulkannya … jika kamu jadi aku, apakah kamu akan berpikir kalau aku masih berarti untuknya?” tanya Naila sambil menoleh sekilas padaku.Aku menelan saliva. Terasa mendadak kering kerongkongan.Ya, jika aku menjadi Naila dan mendapatkan perlakuan seistimewa itu, maka aku pun akan berpikir demikian. Namun meskipun hatiku rasa tergores, aku kok merasa dia sengaja ingin menunjukkan kalau dia lebih istimewa dariku. Hati kecilku menolak untuk kalah di depannya. Aku menatap di
Pov AuthorSelamat membaca!Plak!Satu tamparan mendarat di pipi Miranti. Rangga memandang penuh amarah setelah mendapatkan sebuah kesimpulan dari hasil penyelidikan orang suruhannya. Amarahnya meluap ketiika tahu yang berada dibalik semua kegagalan pernikahannya itu ialah Miranti.“Kenapa? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?” Lelaki itu mendekat pada Miranti yang tengah memegang pipinya.Wanita itu tampak meringis tapi tidak ada tangis yang keluar. Lalu dia menyeringai penuh kellicikan.“Aku hanya tidak suka kamu menikah dengan Alma!” ucapnya dengan gemetar. Ada amarah yang tertahan.“Kamu
POV Alma Rekaman itu terdengar jelas di mana isinya merupakan pengakuan dari Mbak Miranti tentang kebenaran atas kejahatan yang dia lakukan. Aku menunduk sambil menghela napas. Tidak terasa titik air mata merembes. Entah aku menangis karena apa? Mungkin karena kasihan pada Mas Rangga dan ada rasa bersalah karena aku selama ini telah menuduhnya. Tanpa kusangka Mbak Miranti mendorong tubuhku seraya memekik,”aku benci kamu, Alma!” tukasnya. Dia langsung berdiri dan berlari. Disambarnya gawai yang dipegang Mas Rangga lalu dibanting dengan kesal. “Aku benci kamu, Ga! Benci kamu!” pekiknya sambil mendorong tubuh Rangga. Dia menangis tersedu sambil berlari meninggalkan kami yang kini terdiam kaku di sini. Mas Rangga menghampiriku dan berjongko
Pov author Arya bergegas menyiapkan pakaiannya ke dalam koper. Baru saja Danes menelpon jika ayah mereka sakit dan ada kegentingan kondisi salah satu perusahaan cabang. Sementara itu, Danes sedang business trip ke Jepang. “Nay, Dra … sorry kalian bisa berangkat sekarang juga bareng gue!” ucap Arya pada kedua tamunya. Mau tidak mau dia harus memintanya untuk keluar juga dari rumah. Endra mengerti, dia pun hanya menuruti saja apa yang diminta oleh Arya. Naila dan Endra bergegas merapikan barang-barang mereka. “Ar, boleh aku ikut menjenguk Om Ashraf?” Naila yang sudah rapi dan berdiri di sana bertanya. “Ya sudah, Nay … bareng aku. Aku juga mau sekalian jenguk,” ucap Endra.
PENGANTIN PRIA TIDAK DATANG MENJELANG AKAD #BATAL_NIKAH (24) - POV Author Kebaikan dan perhatian Rangga semakin meningkat akhir-akhir ini, membuat Lama semakin tidak nyaman. Perlahan, hatinya semakin yakin ke mana rasa itu berlabuh. Setiap sore, Alma selalu menunggu kabar dari Arya, meski hanya satu deret kalimat pertanyaan sudah makan, tapi itu cukup membuatnya tenang. Pada akhirnya, dia hendak memutuskan untuk kembali ke rumah di mana selama ini dia dan Arya tinggal. Ya, Alma sudah memutuskan hati itu akan berlabuh pada siapa. Alma sedang bersiap, duduk di depan menunggu mobil online datang. Semantara itu, Madina tengah menyiapkan bekal untuk putrinya. "Alma, ini bawa makanan yang sudah Mama buat, ya!" Ma
Aku duduk di tepi ranjang. Aroma khas pengharum kamar ini menguar membuat kerinduanku sedikit terobati. Aku pun tak tahu, apakah aku benar-benar merindukannya? Atau merindukan suasana kamar ini saja, di mana beberapa malam kami menghabiskan waktu berdua dalam diam. Dalam obrolan yang serba masih kaku dan tidur saling menjaga jarak karena malu dan ragu. Hari ini aku hendak membersihkan kamar ini. Sejak aku tinggal di sini, memang tidak pernah aku meminta Bi Sumi untuk menyentuh barang-barang dalam kamar ini. Biarkan aku menangani semuanya sendiri. Sambil membaca shalawat, aku mulai membersihkan debu-debu yang menempel pada lemari, meja, tepian tempat tidur, dan setiap sudut yang memungkinkan benda kecil itu hinggap. Lalu kuganti seprai, sarung guling dan ba
Pov AlmaSelamat Membaca!“Ayo …,” lirih Bang Arya sambil menepuk bahuku.Aku mengangguk, lalu membetulkan sekali lagi kerudung yang sebenarnya sudah rapi. Kembali ada rasa was-was ketika harus berkunjung ke rumah mertua. Apalagi aku sama sekali tidak mengenal seperti apa keluarga Bang Arya.Kami berangkat dalam diam. Selama dalam perjalanan pikiranku menerawang ke sana dan ke sini. Tidak tahu kenapa, hati ini teramat sangat gugup ketika harus bertemu dengan yang namanya mertua. Terlebih pernikahan ini dilakukan diam-diam, tanpa sepengetahuan mereka.“Bang, kalau orang tuamu gak setuju akan pernikahan kita gimana?” lirihku pada akhirnya setelah sekian lama berbagai kekhawatiran berkecamuk.“Setuju ataupun tidak, gak akan mengubah status kita yang sudah sah,” lirihnya sambil tetap fokus berkendara.Aku kembali terdiam. Bena
Pov Author Selamat Membaca! Maafkan kalau kurang maksimal. Masih oleng Mak Othornya 😁 Rumah Madina dan Alka sudah ramai sejak pagi. Beberapa tetangga turut rewang karena untuk pertama kalinya Madina dan Alka akan menyelenggarakan acara empat bulanan kehamilan untuk cucu pertamanya. Awalnya Nyonya Sinta bersikeras agar semua perayaan dilaksanakan di rumahnya. Namun Madina menolak, karena ingin terlibat langsung dalam syukuran calon cucu pertamanya itu. Meskipun demikian, Tuan Ashraf tidak kalah antusias dalam menyambut kehadiran cucu-cucunya. Lelaki yang masih terlihat jelas garis ketampanannya itu tidak mau tinggal diam. Sejak pagi, semua orang dibuat berdecak kagum dengan kiriman beragam makanan dengan kualitas premium ke kediaman besannya. Beragam makanan itu untuk
Pov Author Selamat Membaca! Alma menelan saliva. Benar-benar gugup dan takut. Khawatir jika dirinya memang belum hamil. Tidak kuasa melihat wajah Arya kecewa nanti. “Bismillah, semoga Engkau memudahkan segalanya,” batinnya. Arya menuju ke bagian pendaftaran. Beberapa pasang mata tampak mencuri-curi pandang pada lelaki yang menggamit jemarinya itu. Tampak mereka mengusap perutnya, mungkin berharap memiliki anak rupawan seperti lelaki gagah yang membersamai Alma. Usai daftar. Mereka duduk berjejeran dengan beberapa wanita hamil. Namanya juga poli kandungan, isinya kebanyakan wanita-wanita hamil pastinya. Tampak mereka bersama masing-masing pasangan. Hanya ada satu orang yang tampak sendirian, hamilnya sudah kentara mungkin sudah tujuh bulanan. “Hamil
Pov Alma (bulan madu) Extra part Gaess! Selamat Membaca! Coba komen yang masih hadir di sini! 😁 Hari ini kami sudah berada di salah satu tempat yang jauh dari keramaian. Kata Bang Arya kami ini sedang bulan madu. Di sini hanya ada kami berdua. Entah seberapa kaya suamiku ini. Satu area pulau ini katanya hanya di sewa oleh kami selama seminggu. Selain para pekerja yang memang ada, tidak ada lagi pengunjung lainnya. Bang Arya melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangku. Aku menyandarkan kepalaku yang tak terbalut kerudung ini pada dada bidangnya. Kami duduk bersisian tanpa cela. Sesiang ini masih betah menikmati suasana cottage terbuka yang kami tempati. Dari sini, kami bisa langsung menatap indahnya riak gelombang lautan. Hembusan angin sepoi yang mendamaikan.&n
Pov Author “Bang, ini aku Alma---istrimu. Sadarlah, Bang! Maafkan aku yang bodoh ini! Kalau kamu sadar, aku berjanji akan mengabulkan apapun keinginanmu, Bang! Sadarlah, Bang!” ucapnya sambil terisak. Alma duduk pada kursi di tepi ranjang tempatnya berbaring. Detak jam dinding terdengar. Entah sudah berapa lama dia berbicara sendiri hingga akhirnya terlelap. Tiba-tiba dia menatap sosok berpakaian putih itu datang mendekat. Dia mengusap pucuk kepalanya dan berbisik. “Terima kasih, Dek … terima kasih sudah menjagaku,” lirihnya lembut. Wajahnya tampak. Gerak jemari yang digenggamnya membuat Alma mengerjap. Rupanya dia kembali tertidur dan bermimpi bertemu dengan Arya. “Bang, kamu sudah sadar?” Alma menata
Pov Alma Selamat Membaca! “Alma! Maafkan aku. Rumah tangga ini tidak bisa kita lanjutkan! Terima kasih sudah memberiku kebebasan! Aku bisa leluasa memilih hidupku ke depannya! Aku pergi … jaga diri baik-baik!” “B—Bang, B—Bang Arya!” Satu sentuhan mengguncang bahuku. Aku mengerjap ditengah isak. Rupanya aku tertidur selepas shalat isya tadi di kamar belakang. “Ma, kamu kenapa? Mimpi?” Anggrainin tengah menatapku. “Astagfirulloh ....” Aku menyeka sudut mata yang hangat. Aku menangis. Isaknya terbawa ke alam nyata. Barusan aku bermimpi, Bang Arya benar-benar terasa nyata. Dia memakai pakaian
Pov Author Selamat Membaca! Pikiran Arya berkecamuk. Semua campur aduk menjadi satu. Kalimat demi kalimat yang Azka ucapkan membuat dirinya benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik. Ya, memang foto itu benar, dirinya dan Naila pernah mengikat janji untuk menua bersama. Semua yang Azka ucapkan itu benar, dia menikahi Alma karena pernah berjanji jika dia akan membalas hutang nyawa pada Azka dengan cara apapun juga. Menikahi Alma tanpa cinta, itu juga benar. Awalnya dia memperlakukan dengan baik karena rasa tanggung jawab akan amanah dari sahabatnya itu. Harusnya Arya senang ketika lelaki itu tidak lagi menuntutnya untuknya terkungkung dalam hutang budi. Dia sudah bisa bebas kembali ke dalam kehidupannya tanpa terikat janji pada Azka untuk memperla
Pov Author Selamat membaca! Azka menatap punggung Alma yang sudah menghilang dibalik angkutan. Azka tahu, Alma akan baik-baik saja di sana. Azka juga tahu jika sudah ada pancaran rasa dari setiap tatapan adiknya pada Arya. Namun dia tidak berpikir jika di hati Arya---sahabatnya masih ada Naila. Azka memutar sepeda motornya. Dia menuju sebuah café. Alamat itu didapatkannya dari Riani yang mengirimkan foto pada Alma beberapa waktu tadi. Azka berjalan memasuki café tersebut dan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan. Benar saja, sosok yang dicarinya ada di sana. Arya tampak tengah duduk berhadap-hadapan dengan Naila. Tidak ada kesan resmi terkait pekerjaan. Bahkan tidak ada berkas dan laptop juga di antara mereka.
Pov Alma “Bismillahirrohmanirrohim!” Aku memejamkan mata sambil membuka amplop tersebut. Jujur hatiku bercampur antara was-was dan penasaran atas isi dalam amplop milik suamiku ini. Perlahan lembaran yang ada didalam itu kutarik keluar. Netraku menyipit, mengintip apa sebetulnya yang ada di dalam amplop ini. Tiba-tiba ada yang bergemuruh dalam dada. Ada dua lembar foto di sana. Tampak dalam gambar itu, suamiku sedang menyematkan cincin pada jemari seorang perempuan yang tidak lain ialah Naila. Begitupun pada foto yang satunya. Tampak dengan wajah sumringah, Naila menyematkan cincin pada jemari Bang Arya. "Ya Tuhaaan? Sejauh apa sebetulnya hubungan mereka dulu? Apakah mereka sudah bertunangan?" Hatiku rasanya tercubit. Meski itu masa l
Pov Author Selamat Membaca! Teriakan dari kamar Mina membuat semuanya terbangun. Mina berlari keluar setelah berhasil mendorong tubuh Mang Pian yang seperti kerasukan. Lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya dan berlari ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya malam-malam. Nyonya Sinta, Arya dan Alma turun dari lantai atas. Karena Mina berteriak sekuatnya di luar kamar. Mereka melihat wajah Mina yang panik ketakutan. Entin yang tengah terlelap pun terbangun. Sambil menggisik-gisik mata dia keluar. “Ada apa sih, Min?” tanya Entin sambil sesekali menguap. Matanya mengerjap-ngerjap. Arya, Alma dan Nyonya Sinta menuruni tangga dan mendekat ke arah di mana Mina berada. “