Mereka sudah bersiap-siap, dinar mengenakkan stelan jas berwarna hitam dengan sepatu kulit mengkilat begitujuga dengan kakek, mereka sangat mempesona, meskipun kakek sudah tua dia sangat modis dan pandai dalam berbusana, makanya banyak orang yang masih tertarik kepadanya, karena dia pemilik pulau itu.
dikamarnya Raccel berputar-putar didepan cerminnya, melihat masih adakah kekurangannya, dilihat dari sisi manapun dia sudah sangat sempurna, ditambah dia memakai dress berwarna hitam yang elegan, kali itu dia terlihat sangat dewasa dari biasanya, dia memakai kalung yang diberikan dinar untuknya dengan rambut tergerai indah, dia berjalan menemui kakek dan dinar yang sudah menunggunya.
"cucuku sangat cantik, seperti biasanya tidak ada yang lebih cantik dari cucuku ini" pujian kakek membuat Raccel senang dan langsung memeluk kakek dengan cerianya.
dinar melihat Raccel kali ini tanpa berkedip apalagi dia memakai kalung yang diberikannya itu tampak sangat cantik, dan ra
Mereka kembali kesuasana acara lagi dan duduk dengan canggung disebelah kakek yang masih berbincang, tentu sudah mulai larut dan makan malam pun sudah selesai, ini saatnya mereka pulang, tapi tiba-tiba maria menghampiri justin ayahnya itu, "ayah...tidakkah ayah akan memperkenalkanku dengan tuan muda ini" ucapnya manja "ah, ya tentu, tuan muda dinar ini anakku maria" "halo maria salam kenal" ucapnya dingin, itu membuat raccel senang karena dinar tidak terlalu memperdulikan maria, meski maria sangat cantik tetapi dinar tampak tidak tertarik kepadanya. "apa kalian sudah akan pulang? maukah aku antar melihat-lihat dulu disekitar villa?" pungkasnya, "tidak, terimakasih" jawab dinar dengan cepat, raccel berusaha menahan tawanya akan jawaban dinar, dan tentu membuat maria kesal. "dinar, pergilah melihat-lihat sebentar, kakek juga masih ada yang ingin dibicarakan dengan tuan justin dulu" ucap kakek menyela, agar dinar tidak bersikap dingin kes
Raccel dengan cepat dibawa perawat diruanngan gawat darurat, mereka menangani dan memeriksa raccel dengan baik, selama pemeriksaan berlangsung kakek tampak sangat cemas dan berjalan mondar mandir."kakek, duduklah dulu, raccel pasti baik-sbaik saja" ucap dinar mulai menenangkan kakek"tidak , bagaimana aku bisa tenang dia begitu karena aku lalai menjaganya" ucap kakek"maafkan aku kek, akulah yang lalai menjaganya" ucap dinar tertunduk, dalam kecemasan salah satu dokter menghampiri mereka,"bagaimana keadaan cucuku dokter?" tanya kakek"dia tidak apa-apa tuan, tapi kami heran kenapa ada beberapa sisik ini dikakinya" ujar dokter menjelaskan, sambil memberikan beberapa buah sisik berwarna merah keemasan."kami menemukan ini menancap kuat dikakinya, dan kami berusaha mencabutnya" lanjut dokter itu menjelaskan.kakek terhenyak seketika, dia sangat frustasi dan menangis, dinar berusaha menenangkan kakek dan baru kali itu dia melihat kakek
Kakek kembali kerumah bersama edward, begitu tampak khawatir diwajah kakek begitu juga dengan edward berusaha menahan kecemasannya pada gadis yang dicintainya itu. kakek yang tampak lelah memasuki rumah dan langsung memasuki kamarnya, sambil dia duduk disatu kursi malas yang biasa diduduki kakek"huuftt....aku sudah lalai, maafkan aku" ucap kakek sambil menghembuskan nafas beratnya, sangat jelas tampak penyesalan diwajahnya, entah kenapa dia begitu sangat bersalah, tentu banyak rahasia yang diketahuinya yang selama ini dia sembunyikan,"Raccel sebaiknya sudah mengetahui ini, aku akan menceritakannya nanti setelah dia pulang" ujar kakek sambil memejamkan matanya, tidak tau apa maksud dari omongan kakek itu, dia berusaha tidur karena dia kurang istirahat hari ini.Dirumah sakit dinar memandangi raccel yang tertidur, sungguh dia juga telah menyimpan rasa pada raccel sejak lama, tapi dia malah mencintai lunar lagi diluar sana, dia berfikir betapa brengseknya dia, te
Pagi itu kakek memerintahkan edward untuk menjenguk raccel dan dinar kerumah sakit, mungkin saja mereka sduah bisa pulang. kakek sendiri tidak bisa ikut menjemput karena dia merasa tidak enak badan hari ini. Dirumah sakit, raccel bersenda gurau dengan dinar, mereka sangat menikmati beberapa hari belakangan ini "raccel, sebiknya kita rahasiakan dulu hubungan kita ya" ucap dinar "ya, aku faham, kita akan ungkap pelan-pelan agar kakek mengerti"ucap raccel faham dan menyetujui itu "kita akan bicarakan ini nanti, jangan terburu-buru" lanjut dinar tersenyum agak sedikit lega "tok tok tok..." suara pintu diketuk pelan membuat dinar dan raccel menoleh "edward...kamu sudah datang" ucap raccel girang, dan tentu saja edward menyukainya yang seperti itu apalagi raccel sangat bersemangat melihatnya hari ini, edward tampak malu-malu mendengar raccel memanggilnya. "iya nona, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya edward sopan "aku sudah s
" kakek, bagaimana keadaan kakek hari ini?" ucap dinar sambil duduk disebelah kakek yang sedang bersantai didepan tv"aku baik-baik saja cucuku, dan jauh lebih baik dari biasanya, raccel bagaimana keadaannya?""dia sedang beristirahat dikamarnya kek, nanti aku akan melihatnya lagi kesana" ucap dinar sambil tersenyum"dinar, sebenarnya banyak yang ingin kakek sampaikn padamu, tentang raccel, apakah sebelumnya dia telah menceritakan sesuatu sebelumnya padamu?""hm...dia hanya bercerita dulu kakek menemukannya tergeletak ditepi pantai, dan ibunya tidak tau dimana, sejak itulah kakek mengangkatnya sebagai cucu, apakah itu benar kek?""ya, ada benarnya, tetapi tepatnya kakek bukan menemukannya, tapi kakek sudah berjanji kepada ibunya akan menjaganya dengan sangat baik" ucap kakek dengan wajah menunduk"apa? berarti kakek mengenali ibunya? kenapa kakek tidak memberitahu raccel tentang ini?""belum saatnya dia tau dari mana asal usulny
dinar berlama-lama disana memperhatikan raccel dengan seksama, dia berfikir betapa miripnya dia dengan lunar, sampai dia berfikir apa lunar dan raccel bersaudara. "hei, kamu sedang memikirkan apa?" ucap raccel tiba-tiba mengagetkan dinar "ah tidak, oh ya raccel aku ingin bertanya sesuatu apa boleh?" "ya tentu saja, silahkan apapun itu" jawab raccel tersenyum sangat manis "raccel apa kamu ingat wajah ibumu? atau darimana kamu berasal?" ucap dinar "aku tidak ingat sama sekali wajah ibuku apalagi darimana aku berasal, tapi kamu tau tidak saat aku memasukkan sebagian kakiku kelaut kaki ku serasa berdenyut seperti akan mengeluarkan sesuatu, aku rasa mungkin aku berasal dari laut" ucap raccel serius "oh ya? apa itu benar? kapan kau merasakan itu?" jawab dinar antusias "hahahahaa....haaa..." seketika suara tertawa raccel pecah seketika "kenapa kamu mudah sekali percaya dinar, kamu fikir aku ikan, atau putri duyung?" lanj
dikamarnya, dinar berbaring sambil bersandar ditempat tidurnya, melihat sisik yang menempel dikaki raccel beberapa hari yang lalu, sisik itu sangat indah, dan berkilau, tentu raccel tidak mengetahui itu, dinar akan mencari tau nanti jika dia berkunjung menemui lunar, menanyakan itu sisik apa dan dia begitu memikirkan lunar saat itu, sudah beberapa hari dia tidak menemui lunar, semoga saja lunar tidak marah padanya karena berhari-hari tampa kabar. jujur, dinar sebenarnya sangat merasa bersalah mencintai dua wanita diam-diam, tapi dinar harus menjalani itu, karena dia sangat menyayangi raccel entah itu sebagai adik atau pacar, tapi dia juga tidak bisa melepaskan lunar, apalagi dia sangat tau lunar lah wwanita yang disakiti ayahnya dimasa lampau "lunar, maafkan aku, tapi aku janji tidak akan sama seperti ayahku" ucap dinar sambil terus membayangkan bertemu dengan lunar, dia meletakkan sisik itu disamping meja tempat tidurnya, dan menarik selimut untuk tidu
Malam berlalu begitu cepat, dinar terbangun dan saat itu masih jam 5 subuh, dia bergegas mandi dan mengambil beberapa tangkai bunga mawar ditaman belakang, dia tidak sabar untuk bisa menemui lunar lagi setelah sekian lama, lunar pasti merasa sedih.setelah mengambil bunga dia pergi kedepan dan ternyata edward sudah bangun dan sibung mengelap mobil,"tuan, sudah bangun?" tanya edward sambil menunduk"iya, bisakah kamu mengantarku kepantai seperti biasanya?" jawab dinar lembut"tentu saja tuan, mari masuk" ucap edward membukakan pintu mobil untuk dinarmobil berangkat saat masih terlihat gelap, sebenarnya edward sangat bingung dan penasaran siapa yang ditemui dinar diluar sana, sampai dia selalu sembunyi-sembunyi dari semua orang dan edward yakin itu pasti seorang gadis, karena dinar selalu membawakannya bunga mawar yang indah.dinar memperhatikan edward yang dari tadi terdiam sambil sesekali memperhatikan lewat kaca tengah mobil,
Semua telah berkumpul didermaga kecil pulau itu, semua sangat tertata rapi disana, tampak sederhana tetapi sangat indah untuk dipandang. lunar mengeluarkan mutiara dari mulutnya dan tentu mencucinya dulu sebelum memberikannya pada dinar, dinar sangat gugup memegang mutiara yang sangat berharga itu, dia sebenarnya tidak tega tetapi ini satu-satunya cara agar bisa bertahan lebih lama untuk menemui ayah dan ibunya. dinar mulai menelan mutiara itu, semua baik-baik saja awalnya, setelah beberapa menit berlalu dada dinar bersinar seperti ada sesuatu yang melewati dadanya, dinar merasa sesak dan berpegangan pada tiang dermaga karena merasa dadanya sangat panas "apa kamu baik-baik saja?" tanya lunar cemas karena belum tentu mutiara miliknya akan cocok ditubuh dinar "ya, aku baik-baik saja, tetapi dadaku terasa panas" jawab dinar masih menahan sesak didadanya "nak apa kau yakin akan pergi?" tanya kakek khawatir melihat cucunya itu "yakin kek, k
Semua seakan terdiam dan seakan menyetujui akan hal itu, semua bubar terkecuali miana kakak nya sang raja, dia tertegun dan mencari kesana kemari, dia mencari dion yang dia anggap anaknya "kakak, ada apa? apa yang kamu cari?" tanya raja duyung pada kakak nya itu "apakah kau tak melihat anakku? ataukah dia belum datang?" tanya miana sambil melihat kesana kemari "uhm kakak, aku minta maaf karena dia meninggal saat ingin memberikan obat untukmu, tapi jangan khawatir kak kami menguburnya dengan baik" ucap raja gelagapan menyembunyikan kenyataan "apa?? kenapa kau tak memberitahuku dari tadi?" tanya miana histeris dan menangis "maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu memikirkan itu, sedangkan kamu belum pulih" ujar raja menunduk "bagaimana bisa begitu? dia menjagaku selama ini, ayahnya juga yang menyelamatkan aku waktu itu, meskipun dia bukan anak kandungku tetapi dia jadikan aku seperti orangtua kandungnya" jawab miana yang tak henti m
semua orang mulai pergi meninggalkan tempat itu, semua wakil pergi dan wakil dion tetap tak terlihat dari tadi, tapi mereka mendengarkan apa yang tuan harshaw katakan, semua bubar dengan cepat, dan hanya dinar dan kakek yang masih tertinggal disana."kakek, kenapa kakek berbohong padaku selama ini?" ucap dinar tampak sedih memandangi kakek yang sedari tadi merangkul raccel"maafkan kakek nak, semua demi kebaikan kamu, mereka semua masih aman dan tinggal dipulau terpencil yang jauh dari sini, kamu ingat kan waktu itu kakek menyuruhmu pergi pertemuan kesebuah pulau, nah pulau itulah yang seharusnya kau tuju" ungkap kakek penuh penyesalan"aku ingin bertemu dengan mereka kek, kita akan kesana kan?" tanya dinar"aku tidak yakin" ucap kakek sambil memandang raja duyung"nak, aku tidak bisa lagi menolongmu kali ini seperti waktu itu, dan gelembung itu pastinya akan bereaksi dengan cepat, karena semua sudah tau kan rahasia kami" ujar raja duyung mulai mer
"kakek...akhirnya kakek datang,!" ujar raccel sambil berlari memeluk kakek yang tampak kelelahan, raccel menangis kecil sambil menatap tubuh kakek yang melemah itu, kakek juga membalas pelukan cucunya itu, dia sangat mencemaskan raccel selama ini dan tentu saja kali ini dia tidak ingin kehilangannya lagi,"apa maksud semua ini ayah? kenapa ayah mengenalnya?" ujar lunar menatap tajam pada ayahnya, dia sangat heran yang selama ini tidak pernah siapapun tau tentang hal ini. dan begitujuga dengan wakil lainnya mereka sangat takjub dengan duyung yang mereka tahu hanya dongeng itu."ayah akan menjelaskannya nanti padamu, sekarang biarkan saja mereka pergi" ujar raja pada lunar tampak tidak ingin menjelaskan apa-apa didepan semua orang"apa yang anda sembunyikan selama ini? aku saja tidak tau anda mengenalnya" sambung sang ratu menatap tajam kembali pada suaminya itu"jelaskan saja...aku sudah disini" ucap kakek sambil terus memegang raccel dirangkulnya
lunar tampak berjalan bergandengan dengan raccel, tampaknya mereka sudah berbaikan, melenggang mendekati suara keributan ayahnya "ada apa? kenapa sangat berisik" ujar lunar sambil menoleh kearah depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat, begitu juga dengan raccel dia sangat terkejut, dinar sampai datang kesini pasti dia sangat mencemaskan raccel dan begitu juga kakek "dinar....syukurlah kamu menemukanku" ujar raccel berlari sambil memeluk tubuh dinar yang darit tadi mematung, wakil rayanpun tertegun dan menggeser badannya kebelakang, seketika keberaniannya menciut "raccel...apa mereka yang membawamu kesini?" tanya dinar menatap wajah saudaranya itu "tidak, ceritanya sangat panjang dinar, aku dibawa kesini oleh seseorang" ungkapnya "lantas bagaimana mereka semua ada disini?" tanya dinar penasaran "aku akan menceritakan itu nanti, apakah kakek baik-baik saja?" tanya raccel "ya, dia sangat mengkhawatirkanmu, dia ikut sebentar l
"hm...wakil rayan, apa mungkin ada orang didalam sana?" tanya dinar sambil berbisik mengintip dari balik pohon ara"kita tidak tau apa yang ada disana sebelum kita melihatnya sendiri kan, kalau begitu ayo kita masuk" ajak wakil rayan degan berani"baiklah...ayo" ujar dinar berlari sambil mengendap-endap kedepan, dan mendapatkan jalan untuk masuk kegedung itu, tapi tak disangka-sangka didalam ternyata sangat indah, sangat hidup, lampu hias berjejeran didinding, semua ruangan wangi bunga, tapi entah bunga apa itu dinar tidak tau karena selama ini dia banyak mencium mawar saja.mereka melewati banyak ruangan yang pintunya tertutup rapat, tidak ada satupun yang sedikit terbuka, mereka juga sangat takut untuk membukanya satu persatu"hm..tuan dinar, sebaiknya kita cari dibagian depan saja, diruangan depan pasti lebih lebar dan leluasa untuk kita melihat sekitarnya" ucap wakil rayyan"ide bagus, ayo kita maju" jawab dinarmereka sudah sampai
"kakek, kita harus bagaimana? sudah sehari semalam kita mencari tapi mereka bahkan tidak meninggalkan jejak sama sekali" ujar dinar frustasi "kita akan terus mencarinya, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, tolong temukan dia dengan cepat,!" ujar kakek dengan suara lemah karena dia tidak bisa tidur sedikitpun "baiklah kek, kakek istirahat saja dirumah, biar aku saja yang pergi dengan para wakil" ujar dinar lagi "tidak, aku harus ikut, aku tidak bisa istirahat sebelum bisa menemukannya kembali" ungkap kakek sedih dengan kantung mata yang menghitam mereka mulai bersiap-siap mencari keluar daerah sana dan pergi mencari keperairan lainnya, seperti pulau-pulau kecil yang biasa mereka akses, tapi ada satu pulau terlihat diradar mereka yang tak berpenghuni tetapi memiliki bangunan diisana, itu membuat mereka penasaran, kenapa selama ini pembangunan disana tidak diketahui, sedangkan pulau kecil itu masih bagian dari pulau besar milik kakek, han
Malam itu terasa sangat mencekam, bahkan keindahan purnamapun sudah tak menenangkan lagi, darah mengalir dimana-mana membuat raccel mual tak biasa melihat pemandangan itu, melihat lekat-lekat dion yang sudah tercabik-cabik, sungguh malang jika benar yang disana itu ibunya berarti dia juga duyung kan, dan berdarah murni sepertiku karena ibunya duyung, tetapi kenapa tidak darah dia saja yang diberikan pada ibunya itu, fikiran itu sunggh sangat membingungkan raccel, atau apakah dion bukan anak kandung nya?raccel menepis semua fikiran itu saat ini, berusaha melupakan kejadian malam ini, berharap wanita tua itu bangun saja agar dia bisa menjelaskan siapa dion sebenarnya. raccel berbalik menyaksikan ibunya mulai menyayat tangannya sendiri untuk mendapatkan secangkir darah untuk wanita itukasihan...ya begitulah yang dirasakan raccel, tetapi ibunya harus melakukan itu, dan setelah darah itu diminumkan pada wanita itu, raja membereskan mayat wakil dion terlebih dahulu dan mem
"wakil dion...apa sudah selesai, aku sangat pusing" ujar suara raccel mengagetkan semua orang "raccel...kamu sudah sadar nak, ini ibu, bangunlah ini ibu" ujar lunar "i..ibu...? bagiamana ibu ada disini?" tanya raccel sambil duduk dan memegang kepalanya dan langsung kaget melihat semua ramai disana dan tak ada yang dia kenali selain lunar dan sania, dan melihat kekacauan itu dengan dion yang sudah tercabik cabik "ibu..ada apa ini? kenapa wakil dion...?" tanya raccel ketakutan "tidak apa-apa sayang, dai berusaha menyakitimu jadi ibu tidak sengaja melukainya" jawab lunar pelan memberikan pengertian pada raccel yang mulai ketakutan "a..apa? itu tidak mungkin ibu, dia memang menculikku, dia hanya ingin sedikit darahku, dan dia sangat baik padaku" ucap raccel ketakutan dan menjauhi ibunya "nak...maafkan ibu, ibu tidak sengaja" ujar lunar mendekati raccel lagi "kenapa ibu? kenapa harus membunuh? tidak bisakah ibu memberitahunya