Share

Season 2 / Bab 8b

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sini. Punya orang, jangan main rusak-rusak aja.” Gilang segera merebut buku itu.

Rizal tersenyum memandangi catatan yang ada di tangannya. Catatan sejarah sudah dikembalikan oleh Gilang saat itu. Tapi, masih ada beberapa catatan rupanya yang justru tak dikembalikannya.

Ya, catatan itu saat dia sudah kelas tiga. Rupanya tak hanya sekali dua kali dia berurusan dengan Ratih perihal pelajaran sekolah.

Pagi itu…

“Zal, tugas Pak Lukman dah jadi? Pinjem dong!” Bagas teman sebangkunya bertanya.

“Tugas apaan?”

“Jangan bilang kamu belum ngerjain ya? Kamu bisa distrap ntar!” Bagas mengingatkan.

Di kelas tiga, Rizal sudah tidak sekelas lagi dengan Ratih dan Dewi.

“Jam ketiga lho kelas Pak Lukman!” terang Bagas. Artinya tidak lewat jam istirahat. Padahal jam pertama dan kedua adalah pelajaran Bahasa Inggris.

Kelas terlihat genting. Semua murid saling contek untuk mengerjakan tugas.

“Dikumpulin emang?” Rizal yang masih bengong, bingung mau gimana. Mengerjakan dalam waktu cepat tak mungkin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Rasain loh Rizal tukang nyontek dn biar dia ketauan nyontek nuku nya Ratih ...
goodnovel comment avatar
carsun18106
flashback lg ternyata, dan jauh banget flashback nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2 / Bab 9a

    Pak Lukman masih memutari kelas saat menunjuk Rizal maju ke depan. Satu per satu siswa di periksa, adakah yang lalai mengerjakan PR itu. Dengan sedikit grogi, Rizal melangkah ke depan, membawa buku PR milik Ratih. Bahkan, dia sendiri tak begitu yakin, apakah tugas yang dikerjakan oleh Ratih benar atau salah. Peluh mulai menetes. Tapi, tak ada pilihan lain. Buru-buru dia menyalin tulisan Ratih ke papan tulis. "Nah, ini salah satu contoh siswa yang memperhatikan pelajaran Bapak!" Suara Pak Lukman saat Rizal selesai menyalin. Tak ada yang dilebihkan atau dikurangkan dari tulisan Ratih. Memang dia menulis cara pengerjaan dengan runtut dan mudah dipahami. Rizal mundur dengan perasaan lega. Gemuruh menyambut Rizal. Bagas segera melirik buku yang dipegang Rizal. Keningnya berkerut. Dapat pinjaman PR dari mana? Pikir Bagas. "Ada yang belum jelas?" Suara Pak Lukman kembali membahana. Kelas kembali senyap. "Saya kasih soal satu lagi." Pak Lukman menuliskan soal di papan tulis. Rizal y

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2 /Bab 9b

    Rizal mengangguk. Mereka keluar ruangan guru, setelah Pak Lukman mengembalikan buku Ratih. "Memalukan!" Gumam Rizal geram. Ratih hanya mengerutkan keningnya. Apa maksudnya? Namun, dadanya penuh bunga karena bersama orang yang selama ini dipujanya. "Tulisanmu di halaman belakang buku itu, memalukan!" ujar Rizal tegas, sebelum Ratih berbelok ke kelasnya. Ratih terbelalak. Dia baru ingat, sambil belajar dia mencoret-coret nama Rizal di bagian belakang buku itu. Bak orang kasmaran, melihat namanya saja, membuat Ratih deg-degan. "Nggak perlu kamu merasa sok pahlawan karena meminjamkan PR itu!" Rizal masih mengomel. Jantung Ratih rasanya mau copot mendengar ucapan kasar itu. Tapi, ya sudahlah. Mungkin cinta perlu usaha lebih keras lagi mengambil hatinya, batib Ratih. Dan Ratih tahu, apa yang kini dibutuhkan Rizal ada pada dirinya. Bukankah ini sebuah kesempatan, bukan? Batin Ratih lagi."Udah minta maaf?" Bagas menghampiri Rizal yang bermuka masam. Suara Bagas masih terdengar jelas

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 10a

    Rizal langsung kembali ke Jakarta. Selain karena keesokan harinya sudah ada meeting dengan klien, dia pun malas berlama-lama di kampung. Semua orang seolah memojokkannya. Kalau tidak memintanya rujuk, memintanya menikah lagi. Apakah menjadi duda tampak meresahkan, hingga dia harus segera mencari pendamping? “Lang, jam makan siang, ketemuan, yuk,” ajak Rizal melalui sambungan teleponnya. Bukannya meminta dibully oleh sahabatnya ini. Tapi, dia kadang dia juga jenuh jika harus makan siang sendirian. Menu delivery yang dipilihkan asistennya, sering membosankan. “Lagumu. Biasanya sok sibuk!” dengus Gilang. “Kamu yang kesini. Aku kan karyawan. Waktu istirahat nggak banyak. Beda sama bos!” ujar Gilang seraya menekankan kata “BOS” untuk temannya itu. “Bungkus!” Rizal buru-buru bersiap. Jalanan Jakarta saat jam makan siang sering macet. Apalagi perkantoran Gilang yang di pusat kota. Beda dengan kantornya yang di pinggiran. Benar kata Gilang. Enaknya jadi bos, bisa keluar kantor kapan saj

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 10b

    “Ya, aku cuma bantuin Ratih saja. Dia kan dulu dekat sama Sekar. Adiknya kapan itu ketemu sama Sekar. Curhat, biasalah cewek-cewek.” “Curhat apa?” “Intinya bapak dan ibunya Ratih pengen segera mantu. Adiknya Ratih yang minta tolong ke Sekar….” “Adiknya Ratih?” “Ah udah lah. Males ngomong sama kamu,” ucap Gilang. Makanannya sudah habis. Dia mengecek arlojinya. Tanda istirahat sudah habis. “Lang….Lang. Bentar, deh!” Rizal ikut berdiri saat Gilang hampir beranjak. “Itu, yang lagi makan di pojok sana, kamu tahu nggak?” Rizal menunjuk dengan dagunya. Gilang tak langsung menoleh. Dia mengambil jeda sejenak, agar tak terlihat sedang mengawasi seseorang. Mata Gilang melebar saat menyadari wanita yang dimaksud Rizal. “Dia kerja sekitar sini?” tanya Rizal lagi. "Nggak tau. Ntar aku tanya Sekar. Tapi emang pujasera di sini, yang makan dari mana-mana." Gilang sudah pergi. Namun Rizal masih belum bergeming. Entah mengapa jantungnya terasa ada yang aneh, demi melihat sekelebat bayang

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 11a

    Weekend. Pukul 06.00 pagi. Rizal sudah masuk kompleks perumahan tempat Gilang tinggal.“Siapa, tuh, Mas, pagi-pagi?” tanya Sekar saat mendengar deru mobil yang berhenti depan rumah mereka. Sekar sedang sibuk di dapur. Sementara Gilang bertugas memandikan buah hati mereka secara berurutan.Gilang dan Sekar sengaja tak memiliki ART menginap. Kalau pun ada, cukup untuk bantu-bantu beres-beres yang datangnya hanya saat Sekar sudah pulang kerja. Dia bekerja sehari beberapa jam saja untuk menyapu, mengepel dan menggosok pakaian. Selebihnya, Sekar menghandel semuanya sendiri, termasuk anak-anak biasanya dititipkan di penitipan.Gilang yang sedang memakaikan baju Aidan melonggokkan kepalanya. Dari posisinya, dia bahkan bisa melihat ke depan rumah.“Ngapain si Rizal datang jam segini,” gerutu Gilang.“Rizal?” Sekar mengerutkan keningnya. “Kamu janjian?” tanya Sekar. Dia sudah sebel dengan sosok bernama Rizal yang songong dan nggak punya perasaan. Bisa-bisanya suaminya itu bersahabat.“Nggak. N

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season2/ Bab 11b

    “Lang, kalau bisa, tunda dulu deh, saudaranya Sekar….” Ujar Rizal dengan intonasi yang mengiba. “Eh… pada ngomongin apa, sih?” Sekar yang semula sibuk menyuapi anak-anak, segera menyelesaikan tugasnya dan memberikan kesibukan lain ke anak-anaknya, karena penasaran dengan ucapan Rizal. “Sekar, beneran kalian mau jodohin Ratih sama saudaramu?” Tatapan Rizal beralih ke Sekar. Ibu muda itu sejenak mengerutkan keningnya, lalu matanya beralih menatap tajam ke suaminya minta penjelasan. “Mas, apa maksudnya ini?” Sekar masih menatap suaminya yang lahap makan nasi goreng seafood bikinannya. Gilang nyengir sejenak. “Kemarin aku ketemu Arfan di pujasera. Aku bilang ke Rizal, kalau mau aku jodohin sama Ratih aja, klo dia nggak mau,” jawab Gilang enteng. Sejenak Sekar terdiam mencerna ucapan Gilang. Tapi, beberapa saat kemudian, dia tersenyum. “Oh, iya. Bener-bener… Aku setuju. Pasti mamanya Kak Arfan setuju. Bude kan suka yang keibuan, baik dan matang. Persis Mbak Ratih.” Mendengar pujia

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2 / Bab 12a

    Sepulang dari rumah Gilang, Rizal langsung menyendiri di teras. Buru-buru dibukanya HP. Grup SMA yang sudah lama tak dibuka hingga notifikasi warna hijau mencapai angka ribuan, akhirnya dibuka juga. Bukan untuk membaca isinya, tapi mencari nomor seseorang. Dewita Maharani. Sebuah nama, membuatnya berhenti menggulirkan kontak di dalam grup itu. Mendadak jantung Rizal kembali berdebar. Rasanya yang sama dengan sepuluh tahun yang lalu. Tanpa sadar, ia menekan tombol panggil di nama itu. “Assalamualaikum….” Suara di seberang, membuat degup jantung Rizal tak karuan. Tanpa sadar, Rizal menekan tombol merah. “Tut…tut…tut.” Rizal tersenyum menertawakan dirinya sendiri menyadari tingkah konyolnya. Namun, betapa kagetnya ia, karena nomor yang baru saja dipanggil, justru memanggilnya kini. “Ya, Hallo…?” Jawab Rizal usai menekan tombol hijau. “Ini siapa ya? Barusan panggilan masuk ke telpon aku. Diangkat kok putus.” Suara lembut. Masih sama seperti sepuluh tahun lalu, membuat Rizal menjadi

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 12b

    "Aku nggak punya masalah dengannya, Wi." Egonya terlalu tinggi untuk sekedar mengaku salah.Namun, helaan nafas Dewi yang terdengar dari sambungan telepon, membuat Rizal tak enak.Rizal mengenal baik sifat Dewi. Salah satu yang disukai Rizal dari Dewi adalah tak pernah terlihat kecewa, meski melihat hal yang mengecewakan. --“Dasar ya, kamu, Zal. Sudah jelas-jelas salah. Nggak mau ngaku pula. Fixed. Gue nggak akan mau jodohin kamu sama Ratih!” Nadia yang sengaja ditemui Rizal di kantornya, langsung beranjak. Pria itu mengutarakan niatnya“Nad! Nad, tunggu dulu, dong. Jangan main pergi-pergi," cegah Rizal. Untungnya, mereka bertemu di lobi. Di gedung perkantoran tempat Nadia bekerja cukup luas. Ada banyak set sofa yang disediakan di depan akses masuk ke perkantoran itu. “Zal, aku kasih waktu kamu 2x24 jam. Kalau kamu serius, minta maaf dulu sama Ratih. Buang gengsimu. Kalau kamu nggak berubah, anggap aja, percakapan kita tempo hari nggak pernah ada!” ancam Nadia. Bukannya kaget at

Bab terbaru

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 72

    “Besok aku ke kantor. Kita meeting semua ya. Jam delapan harus sudah siap.” Rizal tegas memberikan instruksi. Rizal teringat ancaman mantan mertua dan mantan iparnya. Mungkin ini adalah titik kulminasinya, setelah mereka tahu, pada siapa akhirnya Rizal memutuskan. Pasti saat dia tidak ada di kantor, mantan mertua dan iparnya itu mencarinya. Atau bisa jadi mereka mendengar dari Prita atau malah Desti sendiri. Bukannya dia sendiri yang mengenalkan Desti pada Ratih. Dan cerita Ratih kalau Desti pun berusaha menemuinya di kantor.“Minum, Mas.” Rizal tergagap saat Ratih sudah di dekatnya membawa segelas air putih.“Besok mulai kerja?” sambung Ratih. Ratih paham, urusan pekerjaan pasti sangat beragam.”Iya. Jam delapan ada meeting.”“Mau disiapkan sesuatu?”Rizal tersenyum. Pertanyaan Ratih mengingatkan statusnya yang sudah tak duda lagi.Kalau biasanya dia memikirkan diri sendiri, kini ada orang lain di sampingnya.”Kok malah senyum-senyum doang? Kamu biasanya pagi sarapan apa? Nasi goren

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 71

    Rizal menghentikan mobilnya di luar kompleks perumahan. Nomor Gilang disegera dihubunginya. “Lang, ketemuan sekarang!” ucapnya begitu nomor Gilang tersambung. “Astaga. Ada apa lagi sih, Zal. Udah berapa kali kamu ganggu aku?” terdengar suara ketus dari Gilang. “Bisa nggak?” Rizal tak menimpali ucapan Gilang. “Nggak bisa, Bos. Gue ini cuma pegawai rendahan. Nggak kayak elu yang CEO! Jam makan siang, deh,” tawar Gilang. “Justru gue nggak bisa jam makan siang.” “Eits. Tumben?” “Nggak usah ngeledek. Besok siang. Awas jangan bikin janji sama yang lain!” ”Ya nggak bisa jamin juga....” Gilang belum selesai bicara, namun Rizal dengan semena-mena menutup sambungan teleponnya. Pikiran Rizal sedikit terganggu dengan beragam hal. Pertama pertemuannya dengan Desta. Cepat atau lambat, keluarga Desti pasti tak akan tinggal diam mengetahui dirinya memutuskan menikah lagi, dan bukan dengan Desti. Padahal Papa Desti sudah berulang kali memintanya. Dan, perusahaan yang dipegangnya, tentu sekara

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 70

    ”Makasih, Sa.” Ekor mata Ratih mencari-cari Rizal yang tak kunjung kelihatan. Teman SMA-nya itu baru saja keluar dari supermarket. Dia tengah membawa tentengan belanjaan. “Ingat pesanku dulu. Jangan sampai kamu dimanfaatkan oleh Rizal.” Suara Danisa terdengar tegas dan mengancam. ”Aku duluan. Salam buat Rizal,” sambungnya. Belum sempat mencegah, Danisa sudah berlalu. “Kok malah bengong. Ayo. Katanya mau belanja.” Rizal mengambil alih troly yang dipegang Ratih. Mereka berdua masuk ke dalam area supermarket. Meski hari masih pagi, tapi supermarket ini sudah buka. ”Tadi ada Danisa. Kamu ingat kan? Nitip salam buat kamu.” Ratih berbicara sambil memberi kode Rizal untuk berhenti di stand aneka seafood. Kalimat paling belakang, sungguh menganggu Rizal. Rizal tahu, itu bukan salam biasa layaknya teman. Danisa, memang pernah kuliah satu kampus dengannya. Dulu, seperti Ratih, gadis itu dulu sering mencari perhatian padanya. Namun, lagi-lagi, Danisa bukan tipe yang Rizal inginkan.

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 69

    Darah Rizal seolah mendidih. Dari kejauahan dia melihat istrinya yang tengah ngobrol dengan seorang pria.Awalnya dia pikir hanya seseorang yang ingin bertanya sesuatu. Namun, mendadak, dia merasa cukup mengenal sosok itu.Sejenak Rizal berusaha mengingat, hingga satu nama ada di kepalanya. Ya, saat itu, dia bertemu dengan pria itu di pusat kuliner di ibukota saat tengah janjian makan siang dengan Gilang.Ya, benar. Itu adalah pria yang akan dikenalkan pada Ratih oleh Gilang.[Lang, sepupu Sekar yang kamu sebut tempo hari namanya siapa?] Rizal langsung mengirim pesan ke Gilang. Dia sungguh tak mengingatnya.[Sepupu Sekar yang mana?] Tumben Gilang langsung membalas. Padahal biasanya sepagi itu dia akan sibuk dengan urusan domestic dan anak-anaknya.[Yang kamu kenalin ke aku sebelum aku melamar Ratih.][Hah? Emang ada apa? Pengantin baru kok malah nanyain rival?] Sebuah emotikon tawa ngakak terlihat di layar ponsel Rizal.Tanpa menunggu lama, Rizal langsung menelon sahabatnya itu.”Jawa

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 68

    “Mas, bangun. Udah adzan!” Tepukan lembut di pipi kanan sekaligus suara lembut yang memenuhi gendang telinganya membuat mata Rizal mengerjap.Pria itu bak hidup di alam mimpi. Bahkan dia baru menyadari di mana dia berada.“Jam berapa ini?” tanyanya. Tubuhnya merasa sungguh kelelahan. Dia bahkan seolah mati suri.”Jam 5.””Hah? Jam 5?”Rizal yang tadinya masih malas membuka mata, kaget dan refleks langsung terduduk.”Kok kamu baru bangunin?” Matanya masih berusaha mengerjap. Rambutnya acak-acakan. Namun tangannya sibuk mencari ponsel. Meyakinkan kalau dia benar-benar bangun kesiangan.Ditanya begitu, Ratih hanya terdiam. Dia memang sengaja tak membangunkan Rizal sebelum dia rapi.Ratih sudah mandi. Aroma sampo sudah tercium.Rizal langsung melompat dari tempat tidurnya. Dia tak peduli dengan penampilannya yang acak-acakan.“Siapin bajuku!” teriak Rizal sebelum dia menutup pintu kamar mandi.Sebenarnya dahulu saat masih bersama Desti, bahkan Rizal tak pernah meminta istrinya itu menyiap

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 67

    ”Dik, yuk kita balik. Barang-barang sudah mau diantar.” Rizal berucap setelah emnerima telepon dari seseorang. Rupanya pengirim barang yang dibelinya tadi sudah hampir tiba di rumahnya.Ratih mengiyakan.“Di, aku tunggu di rumah baru, ya!” Rizal memberi titah pada pemuda yang tengah menyusun barang-barang Rizal ke mobil box.“Siap, Mas!”Dalam perjalanan pulang mereka tak banyak bicara.”Dekat ya, Mas?” tanya Ratih setelah masuk ke kompleks yang dikunjungi pertama tadi.”Ya, kurang lebih. Sasti kan sekolahnya sekitar sini. Nggak mungkin pindah jauh-jauh,” ucap Rizal.Ratih mengangguk paham. Apalagi bapak-bapak seperti Rizal pasti rumit kalau ingin memindahkan putrinya ke sekolah yang baru.”Saat ini, mungkin kamu nggak akan masalah dengan anak suami kamu. Tapi, kita nggak tahu setelahnya. Jadi, hati kamu harus seluas samudera jika suami kamu bakal banyak mementingkan anak sambung kamu. Dia juga pasti punya beban sendiri dalam membesarkannya. Akan lebih baik kamu selalu support dia, di

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 66

    Mobil yang dikendarai Rizal masuk ke halaman.”Aman semuanya?” tanya Rizal pada Pardi sambil membuka kaca mobilnya. Pemuda yang selain membantu Rizal bersih-bersih, juga kadang merangkap menjadi orang kepercayaannya.“Aman, Mas.”“Pardi ini juga dari kampung kita. Masih saudara. Dia ikut sejak lulus SMA. Dia sekarang kerja sama aku, sambil aku suruh kuliah,” terang Rizal.”Jadi, ini rumah kamu?” tanya Ratih.Mobil Rizal berhenti.”Betul. Ini rumah aku dan Desti dulu. Sebentar lagi akan laku. Aku sudah menjualnya. Sebelum pulang kemarin, Mbak Siti sudah packing barang-barangnya dan milik Sasti. Barang-barangku juga. Nanti kita bawa ke rumah baru. Sisanya, semua furniture dan perabot, akan dijual saja. Hasil penjualan, aku bagi dua dengan Desti.”Ratih mengangguk.“Ayo turun,” ajak Rizal.Pria itu membuka pintu depan.Tak bisa dikatakan mewah jika dibanding rumah artis. Namun, tergolong cukup elit untuk ukuran masyarakat awam. Barang-barangnya pun terlihat berkelas.Rizal mencuri pandan

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 65

    Rizal terkekeh melihat Ratih yang belum nyambung. Puas rasanya dia bisa bercanda dengan pasangan. Hal yang hilang dari impiannya selama ini.Buat apa menikah, kalau semuanya palsu. Bahkan, selama pernikahannya, dia tak bisa menjadi dirinya sendiri. Sudah berkorban menjadikan pasangan sebagai ratu, malah berakhir dikhianati.Namun, Rizal tak ingin memutar waktu. Semua dapat diambil hikmahnya. Dia punya putri yang cantik. Dan tak menyesalinya.”Ayo, kalau sudah, kita bayar.” Rizal langsung menghubungi petugas di toko itu, menunjukkan item yang hendak dibeli, dan petugas mengecek ketersediaan di gudang.”Serius kamu beli semuanya?””Itu belum semua sayang. Bulan depan, kita beli lagi barang yang masih diperlukan. Sekarang seadanya dulu.”Ratih menghela nafas.“Kalau kamu bilang langsung belanja, aku bawa amplop dari teman-teman,” bisik Ratih.“Oh, klo gitu, besok kita belanja lagi…” Rizal mengedip-ngedipkan matanya.Refleks Ratih memukul lengan Rizal.“Coba hitung, sejak ijab qobul, kamu

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 64

    ”Sate Kambing, mau?” Rizal mengedip-kedipkan matanya.“Iya, nggak papa. Emangnya kenapa?” tanya Ratih. Bukannya dia sudah bilang mau apa saja.”Sama tongseng juga?” tawar Rizal tanpa menjawab pertanyaan Ratih.”Boleh.” Ratih tak mau ambil pusing masalah menu makanan. Dia malah kepikiran dengan rumah yang hendak mereka tinggali.Selama ini, Ratih tak berfikir sejauh itu. Dia pikir Rizal sudah punya rumah, jadi dia tinggal angkat koper. Meski sebenarnya dia mau menikah dengan duda, bukan karena asetnya. Tapi buat apa beli baru kalau yang lama masih ada dan masih bisa dipakai.”Nggak berubah pikiran?” tanya Rizal dengan ekspresi jahilnya. ”Kalau udah dipesan, nggak bisa berubah lho.”Ratih mendengus. Keningnya berkerut. “Seperti ada yang tidak beres,” gumamnya dalam hati.Kenapa Rizal berubah aneh. Apa selama sepuluh tahun memang banyak yang berubah. Atau selama ini dia memang tak tahu karakter Rizal.Kadang terlalu mengagumi orang, dapat menutupi sikap-sikap lainnya yang tak pernah terp

DMCA.com Protection Status