Share

Bab 13

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-27 08:10:14

Langkahku semakin dekat pada meja di mana ada Harum dan teman-temanku yang lain, sekilas aku melirik ke arahnya, eh sepasang mata elang itu tengah tertuju ke arahku dengan senyum yang dikulum. Denyut-denyut dalam dada, untung gak ada suara, duh berasa nostalgia pada masa-masa SMA. Tatapan itu masih sama, persis seperti tujuh tahun lalu. Tatapan yang membuat Dewi memusuhiku hingga sebelum penghargaan ini diberikan. Barusan kan dia ngajak damai, eh.

Namun, fokusku terpecah pada tawa beberapa temanku yang tengah fokus pada layar gawai. Termasuk Harum, dia pun tertawa lepas sampai terpingkal-pingkal.

“Lihat ini, Yu! Pasti Dewi semakin merasa gak punya muka.” Harum menjuk layar gawai yang tengah dilihatnya bersama.

Aku pun beranjak duduk ke tempatku semula, lalu melongok pada kerumunan para mantan siswa. Kami sudah mantan, tapi kenang masih tersimpan.

“Ada yang lucu, ya?” tanyaku setelah berada di antara mereka.

“Lihat ini!” kekeh Harum. Tangannya menunjuk foto yang dishare di WAG alumni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Susiani Zalogo
lanjut thoooooor
goodnovel comment avatar
carsun18106
ngga sabar lanjut ke pelaminan xixixi
goodnovel comment avatar
Anggiria Dewi
yang Sabar ya Yu ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 14

    POV Dewi Acara reuni tahun ini, aku yakin, aku akan kembali menjadi bintang seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka biasanya begitu kagum padaku yang sudah beberapa kali muncul sebagai bintang iklan. Beberapa kali juga aku terpilih sebagai pemeran figuran dalam beberapa drama serial. Ya, walaupun baru hanya mendapatkan peran figuran, tetapi setidaknya aku sudah bisa membuktikan kalau aku ini memang berbakat di dunia entertainment.Jujur, aku sangat bersemangat menghadiri reuni yang sekarang. Apalagi, katanya reuni tahun ini akan ada penghargaan bagi alumni yang berprestasi. Aku yakin, aku akan menjadi salah satu yang termasuk di dalamnya. Bagaimana tidak, pihak sekolah pastinya bangga, dong! Dari sekian ribu alumni yang bertebaran, sepertinya hanya aku yang terjun di dunia entertainment. Gengsiku akan naik semakin tinggi, nanti akan aku posting pas aku memegang piala dengan anggunnya ketika dipanggil nanti. Ah, indahnya hidup ini. Kebahagiaan itu tak berhenti sampai disitu, meli

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 15

    Mobil fortuner milik Dion terus membelah keramaian. Aku duduk dengan jantung yang berdgub-degub. Tak bisa dipungkiri jika keberadaannya mampu membuka lembaran memori yang sudah kulipat rapat-rapat. “Hmmm, mau makan dulu, gak?” Suaranya terdengar lembut bertanya. “Makan?” Bimbang, antara mengiyakan dan tidak. Bukan apa-apa, aku hanya takut jika rasa ini semakin subur saja dan akan berakhir kecewa. “Aku sudah lama gak makan menu angkringan dekat alun-alun kota! Di sana ada bubur ayam yang enak banget, loh!” Aku masih berpikir, kadang lemot emang. Di dalam sini ribut berperang antara hati dan logika. Masih teringat kata-kata ibu padaku.“Neng, kita harus bisa ngukur diri. Kita bukan orang kaya. Jadi kalau mau cari jodoh yang sepadan saja. Gak perlu kaya, cukup dia baik, dewasa, sayang sama kamu dan memiliki penghasilan tetap. Ibu pernah punya pengalaman pahit dulu, jadi Ibu gak mau hinaan yang dulu Ibu terima, kamu alami juga.” Aku memejamkan mata, entah kenapa kriteria yang Ibu uca

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 16

    “Ayu, masuk dan kamu, Dion, tolong jauhi Ayu! Dia akan segera menikah!” Kalimat singkat yang membuat aku seketika tercekat. Ada apa dengan ibu? Kenapa sikapnya berubah menjadi sinis dan dingin seperti itu? “Bu! Dion hanya nganter Ayu pulang, kok! Kenapa Ibu bahas nikah-nikah segala?” Aku menatap manik hitam yang tampak terhalang kristal bening itu. “Ibu sudah bilang sama kamu, Ayu! Jangan pernah berhubungan dengan orang-orang yang berbeda kasta!” Suaranya terdengar bergetar. Sepertinya ada kesedihan yang menggelayut di dalam hatinya. “Ahm, Bu, Ayu … maaf kalau kedatangan saya mengganggu. Saya hanya berniat mengantar Ayu pulang, tak lebih dari itu. Saya juga tak ada niatan untuk mengganggu hubungan Ayu dengan calon suaminya!” Dion tampak bersikap tenang dan berusaha menjelaskan pada Ibu. Aku menggeleng perlahan, tetapi tak tahu harus atau tidak menjelaskan pada Dion. Sampai saat ini, bahkan belum ada satu pun lelaki yang datang ke rumah untuk meminang. Kenapa tiba-tiba Ibu mengata

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 17

    Baru saja aku memanaskan motor matic kesayangan, beat warna hitam ini ketika terdengar klakson dari arah jalan. Ketikaku menoleh, ada sebuah mobil brio berwarna putih yang berhenti. Aku menautkan alis karena merasa tak familiar dengan mobil yang berhenti itu, hingga pintu mobilnya terbuka dan menampakkan sosok yang membuat aku terkesiap luar biasa. “P--Pak Faqih?” Aku mematung beberapa saat, menetralkan degub jantung yang berirama. Kekisruhan yang terjadi kemarin begitu mengganggu pikiranku. Aku bahkan lupa, ada janji yang belum selesai. Aku belum memberikan jawaban untuk Beliau. “Assalamu’alaikum!” Lelaki dengan kemeja lengan panjang warna maroon yang dipadu padankan dengan dasi hitam dan celana bahan itu turun. Sepatunya tampak mengkilap dan melenggang dengan ringan.“Wa’alaikumsalam!”Aku menghampirinya lalu mengangguk dan tersenyum. Biasanya aku meraih tangannya dan mencium punggung tangannya, bagaimanapun aku menghormatinya sebagai seseorang yang berjasa memberikan ilmu pengeta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 18

    Dua orang perempuan dengan pakaian glamour sudah berdiri di ambang pintu. Aku tahu siapa mereka, Dewi dan Tante Lani---mamanya Dion. Helaan napas kuhembuskan peralahan ketika melihat sorot mata penuh kebencian itu terpancar dari dua pasang mata yang berada di ambang pintu sekarang.“Rupanya … anak sama ibu sama saja. Sama-sama gak punya malu. Gak sadar diri kalau mereka pungguk, bermimpi merindukan rembulan!” Tante Lani langsung bicara dengan wajah judes dan nada merendahkan. Lalu apa tadi? Ibu dan anak? Apakah dia orang yang membuat Ibu menangis kemarin? Aku berjanji, andai iya, maka aku sendiri yang akan membuatnya menyesal sudah membuat perempuan yang kucintai, kembali menumpahkan air mata. Perempuan yang mati-matian perasaannya kujaga. “Ahmm … selamat siang, Tante! Maaf tolong jaga bicaranya! Tante boleh merendahkanku, tetapi jangan sampai menghina Ibu.” Aku menatap tajam perempuan dengan bibir merah itu yang masih berdiri di ambang pintu. Aku dan dia sejenak beradu pandang, te

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 19

    Pov Dewi Aku tersenyum, bahagia sekali rasanya melihat wajah Ayu yang tampak terpukul sekali oleh ucapan Tante Lani. Dia melangkah pergi meninggalkan rumah Dion seperti pecundang yang kalah perang. Beruntung, Tante Lani belum tahu jika Ayu sudah menjadi penulis terkenal. Bagi Tante Lani yang urusannya setiap hari berkecimpung dengan keuangan perusahaan, dia tak tak terlalu paham dunia entertain. Baginya, Ayu masih seorang remahan yang tak patut diperhitungkan. Namun, sialnya kenapa Om Subekti seperti mendukung hubungan Dion dengan Ayu. “Sudah! Sudah, Mam! Apa salahnya sih kalau anak kita dekat dengan Ayu! Papa lihat dia anak baik, bahkan dia sedang mulai belajar berwirausaha juga! Biasanya kalau orang punya kemauan seperti Ayu, dia akan telaten dengan keluarga dan sukses dengan karirnya!” Ck, kesal sekali aku. Dari awal, memang Om Subekti bahkan tak terlalu mempedulikan keberadaanku. Bahkan dia tak memuji ketika tahu aku menjadi bintang iklan. “Papa! Sudah deh, diam! Apa Papa pi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 20

    Pov Lani “Hmmm … menurut Dewi, Tan! Talkshow itu harusnya bintang tamunya satu saja! Jadi misal dia dipanggil ya gak apa, tapi Tante mintanya jangan bareng sama dia! Apalagi novel dia baru difilmkan katanya ‘kan? Jadi takutnya nanti fokus audience terpecah!” ucap Dewi padaku. Sepertinya ucapannya dia ada benarnya juga. Gimana kalau penonton malah fokus pada Peri Aksara dan bukan pada prestasiku yang membanggakan? Katanya novel dan filmnya tengah booming sekarang. Walau aku gak terlalu ngikutin, tapi dengar-dengar sih seperti itu. “Tante belum pernah sih kayak gini, dulu pernah diundang talk show juga memang Tante sama Om saja, gak ada bintang tamu lain! Bisa kepecah fokus audience, ya?” tukasku pun, setuju dengan pendapat Dewi. “Iya, Tante! Mending minta sama kru mereka buat ganti jadwal saja, Tante! Jadi jangan sampai ada dua bintang dalam satu panggung! Jadi nanti jatohnya gak fokus audiencenya!” Dewi kembali meyakinkanku. Dia memang selalu begitu, perhatian dan bisa diandalkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Bab 21

    Pov Lani Aku dan Dewi lekas keluar, Dion yang akan menyetir untuk kami. Dia tampak tengah berdiri di samping mobil dan menelpon seseorang. “Maaf ya, aku jadi gak bisa nganter! Kamu hati-hati, ya! Sampai ketemu di sana!” tukasnya. Namun gegas dia mematikan panggilan dan menatap ke arahku dan tersenyum penuh arti. “Nelpon siapa, Yon?” tanyaku. “Kejutan untuk Mama!” tukasnya singkat seraya tersenyum, sontak kedua alisku saling bertaut. Apa yang dia maksud kejutan untuk Mama? Sepanjang perjalanan, Dion lebih banyak diam. Dia tampak seperti tengah memikirkan sesuatu. Sedangkan aku yang duduk di belakang pun tak leluasa mengajak ngobrol Dewi yang memilih duduk di depan, di samping Dion. Hanya sesekali Dewi membahas terkait pekerjaannya dan kesibukannya saat ini. Suasana menjadi sedikit tak menyenangkan karena sikap Dion yang tampak setengah enggan. Fortuner putih yang dikendarai Dion sudah mulai memasuki jalanan bebas hambatan. Dipacunya kendaraan yang ditumpanginya dengan kecepatan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30

Bab terbaru

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 73 (end)

    Suara tangisan bayi terdengar nyaring ketika aku dan Bang Zayd baru saja menginjakkan kakinya di rumah sakit. Senyum pada bibirku terkembang sempurna. Akhirnya adik yang kutunggu-tunggu sejak dulu, kini sudah ada. Meskipun, jaraknya teramat jauh. Dia akan menjadi paman kecil putriku. “Tuh, tadi kelamaan wara-wiri, pas datang sudah lahiran!” tukas Bang Zayd. “Ya, kan beli-beli dulu, Bang. Kalau gak aku, siapa? Ibu kan punya anaknya satu saja.” Aku mendelik ke arahnya. Namun baru saja aku mengatupkan bibir. Dari arah berlawanan tampak anak-anak Pak Hakim muncul sambil menenteng paper bag juga. Tak kalah banyak pula dariku. “Hay, Syfa!” “Hay!” Aku melambaikan tangan juga ketika Bang Zayd menyenggol lenganku sambil berbisik, “Kamu gak sendiri, Syfa. Tuh, sekarang ada mereka.”“Iya, Bang. Keknya gegara kemarin makan mie instan, kecerdasanku langsung berkurang.” “Eh, kamu makan mie lagi?” “Duh, keceplosan. Sekali lagi doang, Abang … kan waktu itu malah Abang habisin.” Lalu obrolan i

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 72

    “Oh, ya? Ibu serius?” Aku terkejut senang. Ibu baru saja mengabarkan jika Bapak, Mama Renita dan Mbak Merina datang ke rumah. “Ya seriuslah, Syfa. Ibu juga sampai kaget. Gak nyangka.” Kudengar Ibu menjawab disertai kekehan. Duh senang rasanya mendengar nada bicara Ibu yang riang dan ringan. Hidupnya kini tampak lebih menyenangkan. “Tulus gak tuh minta maafnya? Tumben?” tanyaku lagi. Jujurly, aku tak percaya. Kok semudah itu mereka meminta maaf. Apakah insiden kemarin benar-benar membuatnya tobat? Aku memiringkan kepala untuk menjepit ponsel yang kuletakkan di antara bahu dan telinga. Sementara itu, satu tanganku sibuk mengaduk mie instan. Rasanya aku sudah tak tahan lagi mencium wangi yang menguar ini. Mumpung Bang Zayd gak ada. Akhir-akhir ini, aku berasa di penjara. Bang Zayd protektif banget. Mau ini, gak boleh, itu gak boleh. Padahal dokter juga bilang kalau sesekali gak apa-apa. “Semoga saja tulus, Fa. Alhamdulilah kalau mereka sudah sadar. Mungkin kejadian kemarin yang membu

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Sesion 2 - Bab 71

    Merina duduk tepekur di ruang tengah. Sudah dua hari berlalu dari kejadian memalukan di hotel itu, Merina sama sekali tak mau keluar. Dia terus-terusan mengurung diri di dalam rumah. Mentalnya tak kuat menghadapi ocehan dan cemoohan para tetangga.“Gak nyangka, ya! Ayahnya dokter, tapi anaknya mau-maunya jadi pelakor! Untung gagal nikah, ya!” “Iya, kasihan sekali istri pertamanya. Kemarin katanya pas datang ke acara itu lagi hamil besar, ya? Saya gak dateng kemarin soalnya.” “Iya Mbak e. Ya ampuun. Kita saja kaget dan shock. Apalagi pas tahu, itu duit yang dipake buat pesta, ternyata duit mertuanya si cowok!”“Masa, sih, Mbak? Gila, ya! Bener-bener itu janda bodong. Gak punya hati banget. Pasti dia goda habis-habisan itu cowok biar nempel! Gak nyangka, ya! Si Merina itu padahal anak dokter, ya!”Kalimat-kalimat cemoohan. Baik yang tak sengaja dia dengar, maupun tanpa sengaja dibacanya dari status WA dan sosial media, benar-benar merusak mood Merina. Semua menyalahkannya. Semua menyu

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 70

    “Kami datang, sekalian mau sebar undangan, besan!” Mama Renita berbasa-basi pada Mami Ayu. “Oh, ya? Selamat kalau begitu! Kapan acaranya?” Mami Ayu menatap Mama Renita dengan penuh senyuman. “Semingguan lagi dari hari ini. Besan wajib dateng, ya. Kami merayakannya lebih mewah dari pada yang dulu-dulu.”“Inysa Allah.” Aku hanya mendengarkan obrolan Mama Renita dengan Mami Ayu. Tetiba saja Mama Renita bilang besan, padahal kan yang besanan sama Mami Ayu, cuma Ibu. Kenapa pula dia ikutan ngaku-ngaku. Dia pun sama sekali tak menyapa Ibu, malah sibuk terus dengan Mami Ayu dan keluarganya. Ibu datang menyambut hanya bersalaman saja. Dia terus ngajak ngobrol lagi dengan Mami Ayu dan mengabaikan Ibu, aneh.“Alhamdulilah, calon suaminya sekarang itu dokter. Memang kalau keluarga dokter, coocknya sama dokter,” tukas Mama Renita sambil tertawa sumbang. Kulihat Mami Ayu merangkulnya penuh rasa persahabatan lalu mengajak Mami Renita menjauh. Ah, sayang … padahal aku tengah turut serta mendengar

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 69

    “Aish, gak akan bisa! We!” Aku makin senang menggodanya. Namun, aku yang lengah menubruk tubuh orang lain sehingga akhirnya Bang Zayd yang menang. Tanpa kusangka dia membopongku dan langsung membawa lari menuju cottage. “Siap-siap, Sayang!” bisik Bang Zayd yang membuat aku merinding. Suaranya berebutan dengan desau angin. Senyum pada bibirku mengembang bersama wajah yang terasa memanas. Mungkin sudah merona merah ketika langkah demi langkah akhirnya membawa kami ke cottage. Derit pijakkan lantai kayu terdengar. Bang Zayd membuka pintu dengan sikunya, lalu menjatuhkan tubuh kami sama-sama ke pembaringan. “Masih mau lari?” bisiknya. Sangat dekat sehingga degup jantungku berpacu sangat-sangat cepat. Meskipun bukan pertama kali, tapi berdekatan dengannya selalu seperti ini.*** “Ehm, Asyfa?!”Tangan Bang Zayd menguyel-uyel ujung hidungku, membuat bayangan romantis yang sedang kukenang berhamburan. “Ish, Abang!” Aku mendelik ke arahnya, sebal. Bisa-bisanya dia memanggilku di saat aku s

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 68

    Sebuah surat undangan kudapatkan. Arlia, gadis yang pernah membuatku cemburu pada Bang Zayd itu, ternyata berjodoh dengan Bang Irfan. Aku menggeleng sambil tersenyum sendirian menatap sepasang nama mempelai pada kartu undangan. Arlia dan Irfan. “Kenapa senyum-senyum sendiri, hmm?” “Eh, Abang. Ini … hanya pernah ingat dulu.” Aku menyimpan surat undang yang Bang Zayd bawa. Dia tak menyahut dan berlalu begitu saja, meninggalkanku dari sofa bed yang ada di ruang keluarga dan ngeloyor ke kamar. “Eh, kok kayak gak suka, ya?” Aku mengedik saja, lalu merebahkan tubuh. Syukurlah Bang Zayd ke kamar, jadinya aku bisa bebas tiduran. Tontonan yang tadi dia pindahkan pun, aku kembalikan pada tayangan semula, acara kartun yang sesekali membuatku tertawa. Cukup lama, Bang Zayd tidak kembali. Perlahan aku menguap karena rasa nyaman ini. Lalu tiba-tiba aku berada di suatu tempat yang indah. Aku sedang berada di sebuah kapal pesiar dan menikmati hembusan angin pantai ketika tiba-tiba ada seorang l

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 67

    “Apa? Zayd mau menikahi Karina?” Kali ini Mami Ayu yang terkejut. “Kalau gak salah dengar sih, iya, Mami. Syfa ke sini mau minta pendapat Mami. Baiknya kami gimana?” Mami Ayu tak menjawab pendapat Asyfa, tapi dia langsung menoleh pada Ainina sambil bicara, “Ai, telepon Abang kamu sekarang! Panggil ke sini! Biar semua masalah bisa jelas ujung pangkalnya!” Ainina sigap mengambil ponsel lalu menelpon Zayd. Sementara itu, Tante Harum dan Azriel berpamitan. “Jangan lupa, ya, datang nanti ke pernikahan Arlia, Syfa!” Tante Harum menepuk pundak Asyfa. Dia dan Azriel sudah berdiri untuk berpamitan. “Inysa Allah, Tante!” Asyfa tersenyum dan mengangguk sopan. Dia bukan tipe pendendam. Yang dulu-dulu dan sudah berlalu, ya, sudahlah. “Semoga segera dapat momongan, ya! Doakan juga Arlia agar bisa memiliki keturunan,” tukasnya dengan senyuman getir. Tiba-tiba ada perasaan aneh di hati Asyfa. Entah kenapa, dia merasa bersalah karena dulu tak berempati ketika mendengar jika Arlia akan sulit men

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 66

    Pov 3Asyfa menatap kartu debit yang dipegangnya. Reza melarangnya membayar. Lelaki itu sudah beranjak setengah jam yang lalu, tapi dirinya masih duduk termenung di saung lesehan itu. Entah kenapa, tiba-tiba Asyfa merasa malas untuk beranjak. Dunianya terasa asing, sunyi dan senyap. Rasa takut sendirian kembali datang. Memori waktu kecil terasingkan berlarian. Gegas dia beranjak pulang. Rupanya di rumah sudah ada Ainina dan Caca yang menunggunya. Kedua gadis itu tampak sumringah ketika kakak iparnya datang. “Mbak habis dari mana, si?” oceh Ainina sambil memeluk Asyfa singkat. Begitupun dengan Caca. “Habis dari rumah Ibu.” Asyfa menjawab datar lalu mengajak dua adik iparnya masuk. “Bang Zayd panik tahu, Mbak. Dia telepon Ibu, katanya Mbak Syfa sudah pulang, telepon si BIbi, belum sampe. Kamilah jadi diutus kemari.”Aku terkekeh, lalu menyuguhkan minuman dari lemari es untuk dua adik iparku, lalu duduk pada sofa dan mengambil satu biji softdrink. “Tumbenan juga sekhawatir itu.” Aku

  • DIKIRA MISKIN SAAT REUNI   Session 2 - Bab 65

    Pov 3Reza sedikit panik ketika mendengar kabar kecelakaan itu. Kemarin malam tepatnya, tapi dia sedang di Jakarta, masih ada pemotretan. Akhirnya baru pagi tadi dia sempat menjenguk gadis kecil di ruang ICU itu. Ketika dia berkunjung tadi, tampak kondisi gadis kecil itu sudah membaik. Reza pun tak lama di sana, dia gegas beranjak pergi lagi. Reza belum bisa show up tentang hubungan yang sudah dirancang oleh dua keluarga besarnya dengan perempuan pilihan Mama Pinah itu sekarang. Bagiamanapun, Reza belum resmi bercerai. Dia masih menjadi suami sah dari Merina. Pikiran Reza yang semrawut karena perseteruan Merina dan mamanya yang terjadi hampir di setiap detik, membuatnya enggan pulang. Apalagi ketika tiba di rumah, yang ada hanya rumah semrawut, dan pakaian kotor berserakan. Reza yang lelah butuh ketenangan. Dia pun akhirnya mampir dulu ke sebuah rumah makan. Letaknya yang strategis membuat rumah makan tersebut selalu ramai. Namun, ketika Reza hendak mencari tempat duduk ketika tiba-

DMCA.com Protection Status